Anak-anak Ikut Demo Tolak UU Cipta Kerja di Jakarta, Bosan Belajar Jarak Jauh Jadi Alasan

Editor: Rahimin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anak di bawah umur mengikuti aksi tolak UU Cipta Kerja di kawasan Patung Kuda, Jakarta, Selasa (13/10/2020). Aksi menolak UU Cipta Kerja yang awalnya hanya banyak digelar kaum buruh dalam perkembangannya juga diikuti berbagai elemen masyarakat, dari mahasiswa, pelajar, hingga anak-anak di bawah umur.

TRIBUNJAMBI.COM - Demonstrasi penolakan UU Cipta Kerja yang berlangsung Selasa (13/10/2020) banyak ditemukan anak-anak yang masih sekolah.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia ( KPAI), Jasra Putra mengatakan, berdasarkan penelusurannya, anak yang ikut demonstrasi berujung rusuh di Jakarta pada Selasa (13/10/2020), salah satunya karena bosan tidak sekolah tatap muka.

"Saya menghampiri anak perempuan, ia mengaku sekolah di SMK Jatinegara. Ia datang ke lokasi diajak teman temannya dan ia mengaku mulai bosan pembelajaran jarak jauh (PJJ)," kata Jasra kepada wartawan di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Pergoki Istri Bugil di Kamar Bersama Pria Lain, Suami Langsung Sabetkan Clurit ke Kepala Tetangganya

Baca juga: Nikita Mirzani Tiba-tiba Mencabut Dukungan Atas Demo UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Baca juga: 125 Prajurit TNI AD Dikirim ke Amerika Serikat, Latihan Bersama US Army

Ia mengatakan, latar belakang anak ikut demo banyak dari mereka yang kurang perlindungan keluarga, seperti karena putus sekolah, orangtua jarang pulang karena tempat kerja yang jauh, dan PJJ yang belakangan cenderung hanya berisi aktivitas pengajaran penugasan pekerjaan rumah.

Jasra mencontohkan, salah satu peserta demo yang merupakan siswa SMP dari Tangerang. Ia datang ke Jakarta Pusat dengan naik kereta.

Pengunjuk rasa membakar Halte Transjakarta saat berunjuk rasa menolak UU Cipta Kerja di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Kamis (8/10/2020). Hari ini aksi unjuk rasa penolakan pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja terjadi di berbagai daerah di Indonesia, termauk Ibukota Jakarta. (THE JAKARTA POST/SETO WARDHANA)

Anak itu mengaku ikut demo setelah diajak temannya di media sosial dan kondisi di rumahnya yang tidak nyaman. Dari pengamatan Jasra di lapangan, anak yang ikut berunjuk rasa tampak bergerombol dan tidak memperhatikan orasi yang disampaikan dari mobil komando.

Dengan kata lain, kedatangan mereka cenderung tak peduli terhadap tujuan utama aksi. Jika terjadi provokasi, mereka rentan terjebak dalam kerusuhan, bahkan terlibat.

Baca juga: Ketahuan Hamil, Anak 16 Tahun Kabur dari Rumah, Tak Tahan Terus-terusan Digarap Ayah Angkat

Baca juga: 336 Kabupaten Kota Zona Oranye Penyebaran Covid-19, Satgas Nilai Pemda Lengah dan Merasa Nyaman

Baca juga: Ketika Prabowo dan Fadli Zon Beda Pendapat Soal UU Cipta Kerja, Pengamat: Jadi Idola Karena Oposan

Jasra mengatakan, kesehatan anak di sekitar aksi demo juga buruk, seperti merokok, tidak ada yang mengingatkan menggunakan masker, dan lingkungan sekitar cenderung melakukan pembiaran.

Padahal, Jakarta merupakan kawasan zona merah Covid-19 yang mewajibkan warganya menerapkan protokol kesehatan.

"Anak menjadi kelompok rentan di dalam lautan massa seperti ini, apalagi kondisi pembatasan selama pandemi, menambah ketertekanan anak. Dengan membanjirnya informasi menyebabkan anak anak mudah terlibat, akibat kondisi psikologis mereka," kata dia.

KPAI, kata dia, akan segera melaksanakan sidang pleno dengan memanggil perwakilan lintas kementerian/lembaga, organisasi pelajar, ormas, forum anak, dan unsur terkait dalam urun rembug situasi yang melibatkan anak.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "KPAI Temukan Anak yang Ikut Demo karena Bosan Pembelajaran Jarak Jauh",

Berita Terkini