TRIBUNJAMBI.COM - Batik bukan milik satu daerah semata di Indonesia.
Keberadaannya menjadi kebanggan pada setiap daerah yang mengangkatnya, termasuk Jambi yang mempunyai ciri khas batik tersendiri.
Menurut Bagus dalam buku Batik Jambi yang ditulisnya, ditandai oleh adanya makam Keluarga Pakubuwono III tahun 1787 di Desa Lubuk Landai.
Ada pun Pakubowono III disebut-sebut hijrah bersama keluarga dan pengikutnya dari Jawa Tengah dengan membawa serta perajin batik
. "Namun, (batik Jambi) mulai diproduksi pada abad ke-18."
"Beberapa imigran dari Jawa, seperti Jogja, Solo dan Demak pindah ke sana dan mengenalkan tradisi batik (ke) Jambi," kata Bagus saat berbincang dengan Kompas.com beberapa waktu lalu.
Motif batik Jambi, menurut Bagus, lebih sederhana. Beberapa motif yang umum ditemukan adalah ceplok dan bulat.
• Sekilas Tentang Hari Batik Nasional dan 7 Motif Batik Populer di Tanah Air
• Lowongan Kerja PT Indofood Oktober 2020 untuk Lulusan SMA/SMK, Tersedia 110 Posisi
Motif-motif tersebut tak muncul dengan sendirinya.
Menurut Bagus, selama ini batik Jambi kental pengaruh sejumlah elemen--India, China, Jawa, dan Islam. India, misalnya, muncul dalam motif ceplok-ceplok yang tampak sederhana.
Sementara China dari sisi floral.
Ada pun Jawa memiliki keterikatan seperti motif Merak Ngeram di Jambi yang menyerupai Babon Angkrem di Jawa.
Lalu pengaruh Islam dalam batik Jambi ditandai dengan tidak memunculkan motif figuratif, seperti hewan dan manusia.
"Pengaruh Islam juga ada motif seperti huruf (bernafas) Islam, tapi tidak kentara," kata dia.
Kekhasan lain dari batik Jambi adalah warna merah.
Rumah batik besutan Bagus, misalnya, didominasi dengan kain batik warna merah yang menjadi ciri khas.