Kondisi Terkini Menag Fachrul Razi, Positif Corona, Frekuensi Pertemuan dengan Jokowi
TRIBUNJAMBI.COM - Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono mengatakan, Menteri Agama Fachrul Razi sudah lama tidak bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menag tidak menggelar rapat tatap muka langsung dengan Presiden dalam beberapa waktu belakangan.
Pernyataan Heru tersebut menanggapi kabar Menteri Agama terkonfirmasi positif Covid-19.
"Enggak ketemu dengan Bapak. Sudah lama enggak ketemu, sudah 1-2 bulan, semoga cepat sembuh," kata Heru kepada wartawan, Senin (21/9/2020).
Meski ada jajaran kabinet yang kembali terkonfirmasi Covid-19, Heru mengatakan Presiden tidak akan mempercepat jadwal tes uji usap atau swab.
Karena, menurut Heru, Presiden rutin melakukan swab setiap seminggu sekali.
• Diam-diam Atta Halilintar Ternyata Pernah Temui Adik Tirinya dan Bongkar Pengakuan Sang Ayah
• Jelang Laga Timnas U19 Indonesia vs Bosnia, Shin Tae-yong Puji Stamina Garuda Muda : Ciamik
• Kerap Disebut Settingan, Pasangan Billy Syahputra dan Amanda Manopo Makin Mesra, Ini Buktinya!
"Swab tetap rutin. Minggu ini swab," ujarnya.
Menurut Heru, selama dalam menjalankan tugas, baik rapat kabinet maupun rapat dengan yang lainnya, Presiden menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Salah satunya, selalu menggunakan masker dan face shield.
"Kan Pak Presiden tetap jaga jarak, pakai face shield, terus ruangan di Istana kan dibuka semua. enggak pakai AC," paparnya.
Sebelumnya Wartakotalive memberitakan, Menteri Agama Fachrul Razi terkonfirmasi positif Covid-19.
Namun demikian, saat ini kondisi fisiknya dalam keadaan baik.
Kabar ini disampaikan oleh Staf Khusus Menteri Agama Kevin Haikal.
"Pada 17 September, Menag melakukan tes swab dan hasilnya positif."
"Namun, alhamdulillah kondisi fisik beliau hingga saat ini terpantau baik, tidak ada gejala-gejala mengkhawatirkan,” terang Kevin dalam siaran pers Kemenag, Senin (21/09/2020).
"Meskipun dalam kondisi yang baik, saat ini Menag tengah menjalani proses isolasi dan istirahat."
"Ini bagian dari wujud komitmen beliau dalam menaati peraturan protokol kesehatan dan memutus mata rantai kemungkinan penyebaran."
"Kami mohon doa dari masyarakat, semoga prosesnya berjalan lancar serta Menag bisa lekas sembuh."
"Semoga hasil swab berikutnya negatif, sehingga Menag dapat menjalankan tugas-tugasnya kembali," lanjutnya.
Juru Bicara (Jubir) Kementerian Agama, Oman Fathurahman menambahkan, Menag sementara ini akan fokus menjalani proses isolasi dan pemulihan kesehatan.
Untuk pelaksanaan tugas birokrasi, Menag sudah mengoordinasikan dan sekaligus mendelegasikannya kepada Wakil Menteri Agama, serta memberi arahan kepada para pejabat terkait.
"Pelaksanaan program Kemenag, utamanya dalam ikut mencegah penyebaran Covid-19 di lembaga pendidikan agama dan keagamaan serta lembaga keagamaan menjadi perhatian Menag."
"Beliau minta agar itu berjalan dengan baik. Bantuan yang disalurkan juga agar tepat sasaran dan akuntabel."
"Menag minta agar program-program dan layanan keagamaan tetap berjalan. Koordinasi akan tetap dilakukan melalui daring," tuturnya.
Menurut Oman, Menag juga mengimbau masyarakat untuk mematuhi anjuran pemerintah dengan disiplin dalam penerapan protokol kesehatan.
"Siapapun bisa terkena Covid-19 ini, tidak ada kecuali, mari kita saling berempati, saling menguatkan, dan berikhtiar dengan mematuhi protokol kesehatan."
"Semoga pandemi ini bisa segera teratasi," harap Oman.
Gejala mengejutkan Covid-19
Publik mungkin sudah amat menyadari beberapa gejala umum infeksi Covid-19.
Misalnya, munculnya batuk kering, sesak napas, demam, meriang, sakit otot, sakit tenggorokan, hingga kehilangan kemampuan indra penciuman.
Di samping itu, kita juga mendengar adanya gejala dalam bentuk ruam kulit yang aneh, tanda dari kuku kaki, dan bahkan konjungtivis atau mata merah.
Namun, ada sejumlah gejala yang baru saja terungkap belakangan, berdasarkan hasil penelitian dan pengalaman para dokter yang menangani kasus tersebut.
Melakukan pemeriksaan dan mencari bantuan profesional memang merupakan langkah yang paling tepat ketika kita merasakan gejala yang mengganggu.
Namun mengetahui gejala-gejala yang muncul juga bisa menjadi cara untuk melindungi diri sendiri.
1. Silent hypoxia
Gejala aneh ini bahkan mengejutkan bagi sebagian dokter yang sudah berpengalaman puluhan tahun.
Gejala ini membuat pasien menderita infeksi paru-paru kronis, dengan tingkat oksigen yang sangat rendah.
Namun, tidak ada masalah pernapasan sama sekali.
Dalam sebuah opini yang ditulis untuk New York Times, Richard Levitan, MD, menjelaskan lebih dalam tentang hal ini.
Dia mengatakan, kebanyakan pasien dengan kondisi tersebut dilaporkan sakit selama seminggu atau lebih dengan gejala demam, batuk, sakit perut dan kelelahan, tetapi napas mereka menjadi pendek di hari mereka datang ke rumah sakit.
"Pneumonia mereka jelas telah berlangsung selama berhari-hari, tetapi saat mereka merasa harus pergi ke rumah sakit, mereka seringkali sudah dalam kondisi kritis," ungkap dia.
2. Pembekuan darah dan stroke
Salah satu gejala Covif-19 yang terkadang mematikan berkaitan dengan pembekuan darah yang tidak normal.
Ahli radiologi intervensi Yale Medicine yang berspesialisasi dalam prosedur jantung yang dipandu gambar, Hamid Mojibian, MD memberikan penjelasannya.
Dia mengatakan, otopsi pasien Covid-19 menunjukkan mikroemboli (gumpalan kecil) di berbagai organ yang menjelaskan beberapa disfungsi organ pada pasien.
"Pasien Covid-19 memiliki risiko lebih tinggi untuk membentuk gumpalan darah arteri yang bisa sangat berbahaya," kata dia.
Namun, tingkat berbahayanya bergantung pada di mana gumpalan terbentuk atau bermigrasi.
"Semua organ dalam tubuh kita bergantung pada darah yang dibawa melalui sistem arteri untuk berfungsi dengan benar."
"Setiap gangguan suplai darah dapat mengakibatkan konsekuensi yang parah," tambah Mojibian.
Ada sejumlah laporan pembekuan terjadi di aorta, arteri ginjal (menyebabkan infark ginjal), dan tungkai (menyebabkan kaki hitam dan gangren).
Namun, yang paling merusak adalah gumpalan di pembuluh darah otak yang dapat menyebabkan stroke, bahkan pada orang yang lebih muda.
3. Penyakit mirip sindrom kawasaki
Pada 6 Mei lalu, otoritas negara bagian New York mengeluarkan peringatan yang menjelaskan bahwa ada 64 anak di negara bagian tersebut dirawat di rumah sakit dengan kondisi aneh.
Para dokter menggambarkan kondisi mereka seperti "sindrom inflamasi multisistem pediatrik."
"Secara klinis menyerupai proses inflamasi masa kanak-kanak lainnya, penyakit kawasaki."
Demikian diungkapkan profesor pediatri sekaligus dokter penyakit menular pediatrik dari Yale School of Medicine, Thomas Murray, MD.
Contoh gejala yang harus diwaspadai orangtua antara lain demam tinggi yang berkepanjangan, mata merah, ruam, nyeri otot, muntah, dan diare.
Biasanya, kondisi ini terjadi beberapa hari setelah infeksi awal.
4. Masalah pencernaan
Penelitian baru mengklaim, banyak pasien Covid-19 mungkin tidak mengalami gejala pernapasan sama sekali, pasien malah menderita gejala gastrointestinal seperti diare, mual, dan muntah.
Sementara penelitian awal menemukan, kurang dari empat persen pasien Covid-19 memiliki gejala gastrointestinal.
Lalu, sejumlah penelitian yang lebih baru menemukan angka itu mendekati 11 persen, sementara beberapa penelitian lain mengklaim angkanya bisa mencapai 60 persen.
5. Kebingungan parah
Kelelahan adalah gejala umum Covid-19, tetapi pada beberapa orang terutama lansia, dilaporkan pula sejumlah gejala baru seperti disorientasi dan kebingungan parah.
Dalam pedoman klinis yang diterbitkan The University of Lausanne Hospital di Revue Medicale Suisse, disebut, kondisi tersebut dapat menyertai demam dan masalah pencernaan.
Joseph R. Berger, profesor neurologi di Rumah Sakit Universitas Pennsylvania, meyakini, gejala kejiwaan ini mungkin disebabkan oleh silent hypoxia yang dijelaskan di atas.
Kondisi itu adalah kekurangan oksigen di otak karena rendahnya kadar dalam darah.
"Otak tidak dapat menahan tingkat oksigen yang rendah. Ketika otak tidak mendapatkan cukup oksigen, pasien akan menderita hipoksia, yang pada akhirnya dapat mengubah cara berpikir mereka," kata Berger kepada Inquirer.
6. Lemah dan dehidrasi
Direktur medis dari Ruth and Harry Roman Emergency Department di Cedars-Sinai Medical Center, Dr. Sam Torbati, memaparkan tentang kondisi ini.
Dia menjelaskan, manula yang dirawat awalnya tampak seperti pasien trauma tetapi belakangan ditemukan mengidap Covid-19.
Menurut dia, mereka menjadi lemah dan dehidrasi. Ketika mereka berdiri untuk berjalan, mereka pingsan dan itu membuat mereka mengalami luka parah.
Torbati melihat orang dewasa yang lebih tua terlihat sangat bingung dan tidak dapat berbicara, yang pada awalnya tampak seperti menderita stroke.
"Ketika kami mengujinya, kami menemukan apa yang menyebabkan perubahan ini adalah efek sistem saraf pusat dari virus corona," kata dia kepada CNN.
7. Gejala Berlanjut
Menurut WHO, kebanyakan orang dengan kasus Covid-19 ringan akan pulih dalam dua minggu, sementara infeksi yang lebih parah membutuhkan waktu 3-6 minggu untuk mereda.
Namun, menurut laporan baru dari New York, ada beberapa orang melewati batas 30 hari tersebut dan masih melaporkan gejala Covid-19, terhitung sejak dites negatif.
Kerri Noeth, wanita yang sudah memasuki hari ke-36 infeksi, mengatakan kepada ABC7NY, dia pernah ke UGD dua kali sejak tanda 14 hari dengan gejala berkelanjutan masih saja ada.
Termasuk rasa terbakar dan kesemutan di dada dan lehernya disertai dengan hot flash.
Ada pula Susan Silverman, yang pada hari ke-38 masih menderita kehilangan indra dan penciuman, sakit lengan dan vertigo, meskipun semua gejala tersebut tidak hanya berkaitan dengan Covid-19.
"Berbagai gejala yang tersisa, terutama jantung berdebar-debar, dan ketidaknyamanan yang luar biasa di dada dan tulang rusuk saya," kata Silverman.
Apa yang harus dilakukan?
Jika kita merasakan gejala-gejala tersebut, atau bahkan gejala tradisional lain dari Covid-19, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyarankan untuk segera hubungi profesional medis, terutana dirasa ada risiko tinggi.
Mereka yang memiliki risiko tinggi menderita penyakit dari Covid-19 adalah:
- Usia di atas 65 tahun.
- Orang yang tinggal di panti jompo atau fasilitas perawatan jangka panjang.
- Orang yang memiliki penyakit paru-paru kronis atau asma sedang hingga berat, kondisi jantung yang serius, memiliki berat badan berlebih atau obesitas, dan memiliki diabetes.
Juga mereka yang memiliki penyakit ginjal kronis dan sedang menjalani dialisis, atau memiliki penyakit hati. (*)
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Menteri Agama Fachrul Razi Positif Covid-19, Sudah Dua Bulan Tak Bertemu Jokowi