"Karena begini, kalau ada calon lawannya, calon yang tidak serius katakanlah, saya kira masyarakat tidak akan memilih calon yang tidak serius itu," imbuhnya.
Sementara itu jika melawan kotak kosong, maka persaingan masih akan tetap terjadi.
Masyarakat yang tidak menyukai atau tidak mendukung Gibran pastinya berani untuk memilih kotak kosong.
Dirinya mencontohkan fenomena di Pilkada Kota Makassar 2018 yang justru dimenangkan oleh kotak kosong, terjadi lantaran tidak sejalan dengan calon tunggal tersebut yang waktu itu adalah pasangan Munafri Arifuddin dan Andi Rachmatika Dewi.
"Tapi kalau dia lawan kotak kosong, maka kotak kosong itu akan menjadi simbol perlawanan dan jangan lupa di Makassar yang menang kotak kosong," terang Refly Harun.
"Jadi simbol perlawanan bahwa untuk menunjukkan apakah masyarakat Solo mau atau tidak dengan Gibran misalnya," lanjutnya.
Namun, dirinya mengingatkan supaya fair andai melawan kotak kosong, maka Pilkada Solo 2020 tetap berjalan dengan prinsip demokrasi, yakni secara jujur dan adil.
"Yang paling penting Pilkadanya harus jujur dan adil, tidak ada money politic, tidak ada intimidasi dan lain sebagainya," kata pakar hukum tata negara tersebut.
"Sepanjang itu jujur dan adil, maka nanti kotak kosong kalah yang harus diterima. Tapi kalau kotak kosong yang menang ya harus diterima juga hasilnya," pungkasnya.
Simak videonya mulai menit ke-3.25:
(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)