"Kita minta wali murid yang mungkin dekat dengan yang belum memiliki HP untuk memberi info terkait tugas atau informasi penting lainnya. Alhamdulilah wali murid juga saling tolong-menolong," ungkapnya.
Upaya lain yang dilakukan oleh Nuraini yaitu meminta orang tua yang tidak memiliki gawai untuk mengambil tugas, lembar kerja peserta didik (LKPD) di sekolah. Karena menurut Nuraini peran orang tua tidak bisa dihilangkan semasa Covid-19 ini untuk memberikan pendampingan kepada anak dalam pembelajaran di rumah.
"Ini yang penting, memberikan pemahaman kenapa kita harus belajar dari rumah. Sehingga jika ada siswa yang tidak memiliki gawai maka solusinya bisa datang ke sekolah dengan protokol kesehatan, seperti layanan drive thru," kata dia.
3. Mengidentifikasi guru yang memiliki kemampuan memanfaatkan teknologi
Nuraini mengakui setelah adanya pandemi mengharuskan guru melakukan pembelajaran jarak jauh yang artinya menggunakan teknologi. Namun Nuraini mengakui tidak semuanya guru bisa mengoperasikan kemajuan teknologi.
“Jangan dulu berbicara Zoom, Cisco Webex, Google Classroom atau yang lainnya, untuk mengoperasikan perangkat laptop saja masih ada yang harus ditingkatkan lagi kompetensinya,” ujarnya.
Penemuan di lapangan tersebut membuat Nuraini melakukan pemetaan dengan mengumpulkan kekuatan siapa saja guru yang sudah bisa mengoperasikan laptop, dan bisa melakukan pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan teknologi aplikasi seperti Zoom tadi.
Nuraini berharap dukungan guru-guru yang menguasai teknologi dengan mengajarkan temannya yang tidak bisa memanfaatkan teknologi bisa memperpendek jurang pemisah antara guru satu dan lainnya.
“Ada manfaatnya ya, jadi saya bisa mengajak semua guru yang bisa untuk mengajarkan guru lainnya yang belum bisa,” tambah Nuraini.
4. Membelikan kuota untuk guru dan memasang WiFi sekolah
Datangnya Covid-19 memang mengubah segalanya, demikian yang disampaikan Nuraini. Karena adanya pandemi, pihaknya langsung membelikan kuota bagi para guru untuk melakukan pembelajaran dari rumah.
“Agar tidak membebani guru, setelah menghitung ulang RKAS, kita anggarkan untuk pembelian kuota bagi para guru, agar lancar selama belajar dari rumah,” katanya.
• Provinsi Jambi Kini Bisa Lakukan Uji Swab Mandiri
• Buron 17 Tahun Maria Pauline Tiba Bandara Soetta, Langsung Jalani Rapid Test
Selain membelikan kuota bagi guru, Nuraini juga memperkuat jaringan internet di sekolahnya, agar jika ada guru yang ke sekolah tetap melakukan pembelajaran, juga untuk mempermudah staf tata usaha dalam menjalankan tugasnya.
“Protokol kesehatan tetap dijalankan, menjaga jarak dan memakai masker walaupun guru ke sekolah,” kata Nuraini.
5. Menyusun ulang RKAS di masa Pandemi
Setelah dilanda pandemi, tentu saja rencana dan anggaran sekolah mengalami perubahan. Mau tidak mau Nuraini harus menyusun ulang Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS). Seperti halnya di awal tahun ajaran baru.