Saat itu, dijelaskan penerima atas nama menantunya sudah pindah ke Desa Leuweungkolot.
"Tapi dia ngotot dan saya sebetulnya juga bukan RT-nya Nenek Arni. Makanya saya juga bingung, kenapa marah-marah soal uang ke saya," imbuh AS.
Kepada Nenek Arni, AS juga memastikan bahwa bansos yang bersumber dari Pemkab Bogor berupa beras itu tidak pernah ada pemotongan jatah.
Pasalnya, keluarga mantan menantu Nenek Arni sudah ikhlas untuk memberikan 15 kilogram beras kepada sang Nenek.
Sementara, sisa 15 kilogram lagi diberikan kepada tetangga yang lain.
"Kata Nirlana, ini kasih saja ke mantan mertua dan ke tetangganya. Jadi sedikit pun saya enggak ngambil dan saya salurkan semua, karena sudah ada kesepakatan dan beras turun 2 karung kecil, jadi total 30 kilogram," kata AS.
AS juga menyayangkan sikap pemerintah daerah yang terkesan abai dalam menyelesaikan pendataan bansos.
Menurut dia, buruknya pendataan penerima bansos membuat ketua RT sebagai penyalur bansos menjadi pusing.
Bahkan ketua RT sering menjadi sasaran protes warga.
Terlebih ada warga yang cemburu karena belum mendapat bansos, hingga menganggap pengurus wilayah tidak adil.
"Jadi kadang-kadang saya sedih, kerja sudah capek, tapi disalahkan. Makanya saya kepancing emosi, karena sudah terjadi beberapa kali. Padahal niat kita agar bansos merata, tapi malah jadi sasaran caci maki," ujar AS.
Ketua RT mengaku khilaf
Musyawarah berlangsung hingga dini hari dengan beberapa pihak termasuk kepolisian.
Alhasil, pelaku mengakui kesalahannya saat dilakukan pemanggilan dan mediasi itu.
Dari pengakuannya, ketua RT Asep mengaku khilaf saat menampar nenek Arni.