Asing Terus Lepas Saham Unggulan, Analis: Saat yang Tepat Berinvestasi

Editor: Fifi Suryani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pria melintasi layar elektronik pergerakan saham di Jakarta, Selasa (7/4/2020). IHSG ditutup melemah 33,19 poin atau 0,69 persen ke level 4.778,64 dihari pertama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah DKI Jakarta.

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Investor asing terus melepas kepemilikannya atas saham-saham blue chips di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Asing membukukan jual bersih hingga Rp 2,67 triliun di seluruh pasar dalam seminggu terakhir.

Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, sejauh ini pelaku pasar mengantisipasi beberapa hal yang akan terjadi pada pekan depan.

Pekan depan, Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Jepang bakal mengadakan pertemuan bank sentral.

Berdasarkan proyeksi Nico, tingkat suku bunga tidak akan berubah. Tapi investor akan menanti kebijakan dan langkah yang akan dilakukan bank sentral.

Selanjutnya, AS dan Eropa juga akan mengumumkan pertumbuhan ekonomi yang diprediksi turun hingga kontraksi.

Apabila ekonomi kontraksi alias minus, sambungnya, tentu saja ini merupakan tanda awal sebuah resesi.

“Secara quater on quarter (qoq) kami melihat gross domestic product (GDP) AS berpotensi negatif, akan tetapi secara tahunan masih berpotensi berada di daerah positif, meski tentu saja terjadi penurunan,” kata Nico, Minggu (26/4).

Makanya investor asing masih menanti data-data tersebut serta menjaga likuiditas dalam bentuk cash, begitu pula untuk minggu depan.

Menurut Nico, dana asing berpotensi keluar lebih deras. Tapi jika harga saham di emerging market mengalami penurunan cukup signifikan, lanjutnya, hal ini tak menutup kemungkinan asing akan tetap menaruh porsi investasinya dalam emerging market, dan Indonesia salah satu pilihannya.

Selain itu, ada juga beberapa faktor yang bisa membuat dana asing kembali masuk ke pasar modal.

Sentimen berupa bauran kebijakan fiskal dan moneter, serta berbagai relaksasi dari regulator dapat membuat dana asing masuk ke pasar modal.

“Apabila kebijakan itu sesuai dengan yang dibutuhkan, maka asing akan kembali datang. Terpenting, pengendalian Covid-19 untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi,” imbuh Nico.

Dalam seminggu terakhir, asing telah menjual saham Bank Central Asia (BBCA) senilai Rp803,48 miliar, kemudian saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) sebesar Rp204,85 miliar, Astra International (ASII) sebanyak Rp202,6 miliar.

Selain itu, Telekomunikasi Indonesia (TLKM) juga mencatat jual bersih Rp195,98 miliar, disusul Bank Negara Indonesia (BBNI) senilai Rp122,84 miliar, dan Bank Mandiri (BMRI) sebesar Rp117,47 miliar.

Halaman
12

Berita Terkini