9. Marilah wahai perempuan, gadis. Bangkitlah, marilah kita berjabatan tangan dan bersama-sama mengubah keadaan yang membuat derita ini. (Hal. 86)
10. Cinta menimbulkan cinta kembali. Tetapi pandangan yang merendahkan tidak akan menumbuhkan rasa cinta. (Hal. 89)
11. Anak perempuan yang pikirannya telah dicerdaskan serta pandangannya telah diperluas tidak akan sanggup lagi hidup dalam dunia nenek moyangny a (hal. 93)
12. Celakalah manusia yang terkubur oleh kemauan raksasanya sendiri yang keras bagaikan besi! Hanya ada satu kemauan yang boleh dan harus ada pada kita, yaitu kemauan mengabdi pada kebajikan (hal. 111)
13. Peradaban, kecerdasan pikiran, belumlah merupakan jaminan bagi kesusilaan. Sebab dalam kebanyakan hal, kesalahan tidak terletak pada mereka sendiri, melainkan pada pendidikan mereka (Hal. 123)
14. Dan bagaimanakah ibu-ibu bumiputera dapat mendidik anak-anaknya, kalau mereka sendiri tidak berpendidikan (hal. 124)
15. Jangan bersusah hati bila permohonan tidak dikabulkan. Bukankah dengan demikian hidup saya tidak sia-sia. Dan, siapa yang mencari kebaikan akan menemukan sendiri kebahagiaan (Hal. 125)
16. Bermimpilah, bermimpilah. Kalau hal itu membuat kamu bahagia, mengapa tidak? (Hal. 136)
17. Untuk dapat menghargai, orang harus dapat mengerti dulu. Dan untuk dapat mengerti, aduh, itu kepandaian yang sukar sekali dicapai! Tidak dapat dipelajari dalam satu hari, bahkan dalam satu tahun! ( Hal. 140)
18. Setia, kata yang sederhana. Tetapi maknanya sedemikian besar dan dalam! Melebihi cinta. (Hal. 154)
19. Tak ada yang mustahil di dunia ini! Sesuatu hal yang hari ini kita teriakkan mustahil, esok akan menjadi kenyataan yang tak dapat disangkal. (Hal. 164)
20. Dalam perjalanan, berbagai hal yang saya lihat dan dengar semakin menguatkan saya bahwa kecerdasan otak bukanlah segalanya. Kita harus memiliki kecerdasan lain yang lebih tinggi, yang saling mendukung untuk mengantarkan orang kearah yang dituju. Disamping otak, hati juga harus dibimbing. (Hal. 178)
21. Kepercayaan meletakkan kewajiban besar dan tugas semacam itu membawa serta tanggungjawab besar (Hal. 185)
22. Sampai kapanpun, kemajuan perempuan itu ternyata menjadi faktor pentinh dalam peradaban bangsa. (Hal. 192)
23. Hanya orang-orang yang tabah dan memegang teguh pemikirannya yang dapat melawan kekejaman dan kekerasan kekuasaan dunia. (Hal. 199)