Pernyataan Menkes Terawan Lebih Berbahaya dibandingkan Virus Corona, Fadli Zon: Menganggap Enteng!

Editor: Tommy Kurniawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pernyataan Menkes Terawan Lebih Berbahaya dibandingkan Virus Corona, Fadli Zon: Menganggap Enteng

TRIBUNJAMBI.COM - Pernyataan Menkes Terawan Lebih Berbahaya dibandingkan virus corona, Fadli Zon: Menganggap Enteng

Kritikan pedas dilayangkan Politikus Parta Gerindra kepada Pemerintah Indonesia yang dinilai kurang maksimal menangani virus corona di Indonesia.

Awalnya Fadli Zon beserta Juru Bicara Kepresidenan Fadjroel Rahman hadir di acara talk show Mata Najwa beberapa hari lalu.

Dalam acara Mata Najwa yang di pandu langsung Najwa Shihab mengambil tema 'Gara-gara Corona'

Kala itu Fadli Zon pun tampak memberikan kritikan terhadap pencegahan virus corona (Covid-19) yang dilakukan Pemerintah Indonesia.

Politisi Partai Gerindra itu mengatakan, Indonesia membuang waktu dua bulan dalam pencegahan virus corona.

Mendadak Pasien Suspect Virus Corona di Solo Meninggal Dunia, Ternyata Sempat dalam Pengawasan

Kru Alami Kejadian Menakutkan? Akhirnya Film KKN di Desa Penari Tunda Tayang 19 Maret 2020

Reaksi Jennifer Dunn saat Faisal Harris Pergi Temui Sarita Abdul Mukti dan Anaknya: Gak Ada Urusan!

Kejanggalan Sule ke Teddy, 10 Pengacara Urus Warisan Lina: Kenapa Bawa Pengacara Kalau Tidak Apa-apa

"Tetapi sebetulnya banyak waktu terbuang begitu saja selama mungkin dua bulan," kata Fadli Zon yang dikutip dari Mata Najwa.

"Karena kita sibuk dengan upaya untuk menegaskan (menyangkal-Red) bahwa tidak mungkin Indonesia ini akan terserang Corona," tambah Fadli Zon.

Dalam pernyataannya, Fadli Zon juga menyoroti pernyataan Menteri Kesehatan Terawan Agus.

Menurutnya, yang disampaikan Terawan Fadli Zon menerangkan, pernyataan yang kontraduktif dari Terawan menunjukkan public communicationnya sangat buruk.

"Jadi pernyataan-pernyataan (Terawan) justru lebih berbahaya dari corona. Jadi menganggap enteng," kata Fadli Zon.

Najwa Shihab - Fadli Zon (TribunNewsmaker.com Kolase/ Youtube Mata Najwa)

Kemudian, Fadli Zon menambahkan, dari pernyataan yang dilontarkan Terawan ada kesan angkuh atau sombong dalam menghadapi wabah Virus Corona yang sekarang sudah ditetapkan menjadi pandemi oleh WHO.

"Kalau kita sudah tahu sejak Desember 2019-Januari 2020. Harusnya protokol mitigasi bencana kita sudah jelas," tegas Fadli Zon.

"Saya tidak melihat mitigasi bencana itu jelas. Kita sibuk untuk melakukan self-denial, 'tidak ada-tidak ada, Indonesia bebas, Indonesia kuat'," tutur Fadli Zon.

Fadli Zon menerangkan, tentu masyarakat berharap wabah virus corona tidak terjadi di Indonesia.

Tetapi, pada waktu di awal penyebaran virus corona, negara tetangga saja sudah ditemukan banyak kasus.

"Saya termasuk yang awal pada waktu itu mengatakan perlu adanya protokol mitigasi bencana terhadap virus corona," tambah Fadli Zon.

Di sisi lain Fadjroel Rahman pun mengatakan soal protokol, Pemerintah telah menyiapkan protokol yang jelas.

"Kita sudah menyiapkan protokol kesehatan, protokol komunikasi publik, protokol pengawasan perbatasan, protokol pendidikan, dan protokol area publik dan transportasi," ujarnya.

Dan hal tersebut pun sudah bisa dibuka di website yang disediakan oleh pemerintah.

Fadjroel Rahman juga menyebut, setidaknya tidak menyampaikan soal corona kepada masyarakat dengan nada bombastis.

Namun lagi-lagi hal tersebut didebat oleh Fadli Zon, dirinya menyebut akan lebih baik yang disampaikan kepada masyarakat itu apa adanya.

"Saya kira bagus yang disampaikan oleh Juru Bicara khusus Corona, Achmad Yurianto, jauh lebih bagus ketimbang Menteri Kesehatan (Terawan) dalam membahasakan ini (Virus Corona) kepada publik," terangnya.

Metode Pemeriksaan yang Tidak Repites

Pemerintah mengatakan bahwa untuk penanganan virus corona tidak semua orang dilakukan pemeriksaan.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto dalam acara Mata Najwa Trans7 yang diunggah di kanal YouTube Najwa Shihab, Kamis (12/3/2020), mengatakan hal tersebut memiliki alasan yang jelas.

"Kita memiliki kebijakan bahwa tidak semua orang kita periksa tentunya harus ada alasan yang jelas."

"Karena kita juga menggunakan metode pemeriksaan yang tidak repites modelnya."

"Karena repites diakui bisa memeriksa cepat dalam jumlah banyak tetapi false positifnya lebih banyak."

"Dan ini tidak menjadi suatu ukuran standar bagi standarnya WHO, tetap menggunakan PCR dan sequencing," terang Yurianto.

"Dibeberapa negara bahkan karena gejalanya sangat random diperiksanya secara acak Pak, dan kita belum melakukan itu?" tanya Najwa.

Yurianto mengatakan, bahwa Indonesia belum menerapkan kebijakan tersebut.

"Kita belum mempunyai kebijakan seperti itu," kata Yurianto.

Najwa lalu menanyakan alasan Indonesia tidak melakukan kebijakan seperti di negara-negara lain dalam mendeteksi virus corona.

"Karena apa?" tanya Najwa Shihab.

Yurianto mengatakan, bahwa pemerintah tidak ingin membuat gaduh dan panik di masyarakat.

"Sekali lagi kita tidak ingin kemudian membuat gaduh, semua orang diperiksa, ini bukan sesuatu yang mudah," kata Yurianto.

 (Tribunnews.com/Garudea Prabawati/Andari Wulan Nugrahani/Nanda Lusiana Saputri)

Berita Terkini