TRIBUNJAMBI.COM - Mengejutkan! pawang buaya dari Australia, Matthew Nicolas Wright dan Chris Wilson didatangkan untuk menangkap buaya berkalung ban di Sungai Palu.
Matthew Nicolas Wright dan Chris Wilson tiba Palu sejak Minggu (9/2/2020), guna menangkap buaya berkalung ban.
Dalam laman mattwright.com.au, Matt disebut sudah menangkap puluhan buaya.
Di Palu, strategi penangkapan buaya dengan membuat perangkap ukuran panjang 4 meter, lebar 1,2 meter, dan tinggi 1 meter.
Jebakan akan dipasang di Jembatan 2, Jalan Gusti Ngurah Rai, Kota Palu, Sulawesi Tengah, dengan menggunakan umpan satu ekor bebek hidup.
"Saya berharap trap ini bisa berhasil berdasarkan pengalaman kami di lapangan. Sudah banyak buaya yang kami tangkap dengan menggunakan trap atau jebakan ini," kata Matt, Selasa (11/2/2020).
Tim Satgas menyiapkan dua trap untuk menangkap dan melepaskan ban di leher buaya, tapi baru satu yang digunakan.
Namun, jebakan yang dipasang belum membuahkan hasil hingga Rabu (12/2/2020).
• Inilah Skenario Terburuk yang Bisa Terjadi dari Mewabahnya Virus Corona, Covid-19 Tak Bisa Punah?
Ada seekor buaya di depan pintu jebakan.
Namun, bukan buaya berkalung ban.
Disela-sela menunggu kemunculan buaya berkalung ban yang menjadi target, Matt ditantang tim BKSDA menangkap buaya yang lebih kecil sebagai latihan.
Matt memenuhi tantangan ini dan menangkap buaya di Sungai Palu Kamis dini hari.
Aksi Matt ini diunggah di akun instagramnya.
Great night last night
We got the local wildlife team BKSDA together & headed out to catch the crocodile we‘re after.
Once on the water the team leader asked me if we could catch a smaller croc as a training so I could show everyone what to do before the main event. Environmental conditions in the water out here are very tough, coupled with the fact this croc isn’t hungry because of the large food source in the river so we need to make sure we are as prepared as we can be for this challenge and that everyone knows what their role is during the catch.
Its been a great journey over here working in partnership with this local community and the Indonesian Goverment. I’m loving being able to share my knowledge with my new Indonesian mates and show them how to catch and release a large saltwater crocodile in a skilled and most importantly, humane way. And I’ve learnt a thing or two as well which I’m looking forward to taking back to Oz.
We are now honing in on the big fella to relieve him of the tire around his neck but more than anything I’m thrilled as part of this mission and to leave these key skills and education behind with this great team Stay tuned. #wildlife #conservation #education @bksdasulteng @willow_nt #indonesia #australia @australia #friends #worktogether #globalpartner
Aksi Matt Wright ini menjadi tontotan warga yang mengerumuni lokasi penangkapan.
Bahkan sebagian mengira buaya yang ditangkap adalah buaya berkalung ban.
Sedangkan rekan Matt Wright, Chris Wilson mengungkap posisi buaya berkalung ban yang menjadi target mereka.
Ini berkat penggunaan drone yang mereka bawa.
''Another good start to the day, we have located the Michelin Croc again down at the mouth of the river and now experimenting with a home made Gannet for the drone to deploy a bait and snare, thankfully the NINE foreign correspondent @renaehenry was kind enough to deliver a fresh Cucumber for me!! Fingers crosses for tonight’s,'' ujarnya.
Sejak 2016, belum ada yang mampu menangkap buaya berkalung ban yang berkeliaran di sungai Palu, Sulawesi Tengah.
Sejumlah cara telah dilakukan, termasuk memanggil para ahli satwa.
Namun, hingga kini ban masih berada di leher buaya tersebut.
Berikut sejumlah upaya yang telah dilakukan untuk menangkap buaya tersebut:
Pasang kerangkeng 2016
Sejak 2016, Dinas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah telah mencoba untuk menyelamatkan dan melepaskan ban dari leher buaya tersebut.
Beberapa usaha di antaranya dengan jala yang diberi pemberat dan menggunakan kerangkeng.
Namun, upaya itu tak berhasil.
Panji petualang 2018
Panji Petualang(YouTube/Panji Petualang)
Upaya melepaskan ban dari leher buaya terus dilakukan.
Salah satunya datang dari Panji si Petualang.
Bersama timnya, Panji datang ke sungai Palu tahun 2018 untuk mencoba menangkap buaya tersebut.
Namun, saat itu Panji masih kesulitan menentukan cara menangkap buaya.
"Kita bisa saja pakai pancing dengan menggunakan umpan daging, cuma posisinya kalau pakai kail takutnya mulut buaya bisa terluka.
Atau bisa juga saya berenang sampai onggokan pasir dimana buaya berkalung ban itu berjemur, kemudian kita jerat pake tali, cuma memang resikonya besar," ujar Panji, Minggu (21/1/2018).
"Karena selain arusnya deras, saya juga berpikir karena ada satu buaya lagi yang besarnya sama, juga sedang berjemur. Jangan sampai saya nantinya yang diselamatkan,” kata Panji menambahkan.
Upaya Panji menangkap buaya gagal dilakukan.
Sayembara dan panggil ahli satwa asal Australia 2020
BKSDA Sulawesi Tengah menggelar sayembara untuk menangkap dan membebaskan buaya yang terjerat ban bekas di lehernya.
Menurut Kepala BKSDA Sulawesi Tengah, Hasmuni Hasmar, pihaknya kekurangan personel untuk menyisir sungai Palu hingga Teluk Palu.
Beberapa pihak sebenarnya sudah berinisiatif melakukan penyisiran.
Namun, hingga saat ini belum berhasil.
"Jika ada masyarakat berhasil melepas ban bekas di leher buaya itu, kami akan berikan imbalan," kata Hasmar tanpa menyebut bentuk dan nilai imbalan yang akan diberikan.
Namun, tak berselang lama, sayembara ditutup karena sepi peminat.
BKSDA kemudian membentuk satgas untuk menangkap buaya tersebut.
Tim kemudian merancang strategi menangkap buaya, yaitu menggunakan harpun (sejenis tombak). Namun, upaya itu tidak juga berhasil.
Sebagian artikel ini dikompilasi dari Kompas.com dengan judul "Dari Panji Petualang hingga Bule Australia Matt Wright Belum Mampu Tangkap Buaya Berkalung Ban di Palu"