Bupati Jembrana Tolak Pembangunan Tol Jawa Bali, Ternyata Ini Alasannya, Berdampak Secara Ekonomi?

Editor: Leonardus Yoga Wijanarko
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Selat Bali

“Prakarsa (inisiatif) dari badan usaha yang tentunya sudah mendapatkan endorsement (dukungan) dari pemprov, dan diusulkan ke PUPR,” tambah Danang.

Biar Tak Ramai

Namun saat dikonfirmasi kemarin sore, Kepala Dinas PUPR Bali, I Nyoman Astawa Riadi, menyatakan belum berani berkomentar banyak mengenai rencana penyambungan Tol Trans Jawa dengan Tol Gilimanuk-Tabanan ini.

"Sebaiknya jangan diberitakan dulu sebab kami masih fokus ke pekerjaan yang segera-segera dulu," kata Astawa saat dihubungi melalui sambungan telepon.

Ditanya apakah BPJT Kementerian PUPR sempat berkonsultasi dengan Dinas PUPR Provinsi Bali terkait rencana tersebut, Astawa belum menjawab secara tegas.

"Mungkin ke Pak Gubernur sempat dikoordinasikan.

Karenanya jangan dulu diberitakan sebab mungkin Pak Gubernur mau fokus di mana dulu sekarang. Biar tidak ramai," ujarnya.

Sebelumnya, sejumlah media online nasional sudah ramai memberitakan rencana Tol Trans Jawa yang disambung dengan Tol Gilimanuk-Tabanan di Bali.

Bahkan wacana ini kini menjadi isu hangat di media-media sosial.

Wacana pembangunan tol penghubung Ketapang-Gilimanuk ini sebenarnya ulangan dari rencana pembangunan jembatan Jawa-Bali beberapa tahun lalu.

Rencana itu gagal karena ditolak masyarakat Bali. 

Alasan penolakan karena mengantisipasi kepadatan penduduk dan meningkatnya tindak kriminalitas.

Selain itu adanya kepercayaan umat Hindu di Bali mengenai cerita Mpu Sidi Mantra, yang menyebutkan Pulau Jawa dan Bali tidak boleh disambungkan.

Bila disambung maka akan terjadi malapetaka buat warga Bali.

"Awya angatepaken Jawa muang Bali, yan atep Jawa Muang Bali, rusak ikanang Bali pulina stananing hyang (Jangan sekali-sekali menyatukan Bali dengan Jawa. Kalau disatukan Bali akan rusak)," kata Ketua PHDI Bali, Prof. Dr I Gusti Ngurah Sudiana, beberapa waktu lalu.

Halaman
1234

Berita Terkini