Jadi, apa pun kondisi yang terjadi, korban akan selalu disalahkan oleh pelaku.
Sementara pelaku, tidak merasa bersalah atas situasi yang ia ciptakan sendiri.
Ini sebenarnya mirip dengan narsisme, tetapi bukan berarti orang narsis merupakan predator seksual.
5. Mengejek pasangannya
Predator seksual tidak mempertimbangkan pikiran dan perasaan korban, sebaliknya ia akan memfokuskan pada diri sendiri.
Ejekan dan hinaan bisa dengan mudah dilontarkan pada korban, baik terkait penampilan maupun hal-hal yang merendahkan.
Pelaku juga mengorek cerita masa lalu korban untuk digunakan sebagai bahan merendahkan dan meremehkannya suatu hari nanti.
• Benny dan Tim Kecil Kopassus di Rimba Kalimantan, Pertempuran Maut 1964
6. Menindas secara seksual
Pelaku akan menindas korban dengan cara memaksanya melakukan kegiatan seksual di luar batas kemampuannya.
Dia tidak akan peduli dan tidak mau menghormati batas-batas kemampuan seksual yang ada sehingga korban pun merasa tertekan dan perasaan yang sungguh tidak nyaman.
Hal ini akan menyebabkan korban merasa terhina dan ketakutan.
7. Melemahkan pasangan
Seorang predator seksual akan melemahkan korban dengan cara menjadi segala sesuatu baginya.
Bukannya positif, hal ini akan menjauhkan korban dari siapapun yang bisa menolongnya.
Segala hal baik akan ia jejalkan pada si korban sehingga jika ia tidak ada, korban akan merasa begitu kesepian dan tidak percaya diri.