Menindaklanjuti hal ini dicarikan solusi kemana mana ke seleuruh Indonesia, kemudian ada yang menawarkan bantuan tapi dengan bayaran tidak jelas.
Ada juga yang menawarkan bawa ke Jakarta dan bawa ke Pekanbaru. Namun tindakan itu tidak dilakukan karena percaya pada staf yang membidanginya.
"Tetapi teman-teman di BPKAD ahli-ahli IT di Setda Tanjab Barat masih bisa diharapkan. Progresnya sudah 98 persen," katanya.
Permasalahan ini pun dikatakan Rajiun, dari keterangan ahli IT yang dimiliki akan segera tuntas dalam dua hari kedepan.
Dampak yang sangat dirasa yakni mengulang proses APBD, di penganggaran mulai dari awal hingga terbitnya DPA.
Diungkapnya, aplikasi yang menutup ini namanya si Roger Virus Roger. Namun disana terdapat nomor yang bisa dihubungi apabila ingin memperbaikinya. Bayaran yang diminta pun tak tanggung-tanggung bisa mencapai Rp 150 juta.
"Memang ada tawaran untuk menghubungi tapi kalau kita hububgi data akan dibuka sedikit demi sedikit. Dimintanya sampai Rp150 juta," ujarnya.
Disinggung sebelum serangan virus tidak dilakukan backup data, Rajiun mengatakan sebetulnya teman sudah melakukan Backup data. Tapi backup data juga disimpan di server yang terserang virus.
Solusinya kedepan mungkin di APBD 2020 untuk penyimpanan data disimpan di tempat terpisah. (Darwin Sijabat/ Tribunjambi.com)