Setelah jadi Menteri Pertahanan di kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin, Prabowo Subianto baru diizinkan masuk Amerika Serikat. Alasan Prabowo ditolak masuk Amerika Serikat akhirnya terungkap.
TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Kini Prabowo Subianto diizinkan masuk Amerika Serikat, setelah menjadi Menteri Pertahanan.
Sebelumnya, Prabwo Subianto masuk dalam daftar hitam Amerika.
Dia pernah ditolak masuk negara Paman Sam itu karena beberapa sebab.
Apa alasan sebenarnya Prabowo Subianto masuk daftar hitam Amerika Serikat akhirnya terungkap.
Baca Juga
• Lampu Asmara Meriam Bellina, Adegan di Film Roro Mendut (1982) Batal karena Terlalu Vulgar
• Misteri Pura Kuno di Sarolangun, Siapa yang Membangun? BPCB Paparkan Analisis
• Pegawai Bank Klik OKE, Ternyata Salah Transfer, Rp 3,6 Miliar Masuk Rekening Lain, Nasabah Divonis
Wakil Ketua umum Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan bahwa sejak Prabowo Subianto menjadi Menteri Pertahanan terdapat sejumlah negara yang hendak bersilaturahmi, termasuk dari Amerika Serikat.
Mereka silaturahmi sekaligus menyampaikan undangan kepada Prabowo.
"Jadi begini memang sejak jadi Menhan ada beberapa dari negara yang kemudian bersilahturahmi kepada pak Prabowo termasuk dari tim Amerika Serikat. Kemudian dalam silaturahmi itu juga menyampaikan undangan-undangan untuk berkunjung," kata Dasco di Kompleks Parlemen, Senayan Jakarta, Selasa, (29/10/2019).
Karena Mantan Danjen Kopassus itu masih merancang sejumlah kebijakan pada bidang pertahanan.
"Namun karena kesibukan pak Prabowo yang masih menata mempelajari dan kemudian membuat rencana-rencana untuk departemen pertahanan sehingga rencana keluar negeri itu termasuk ke Amerika belum terjadwalkan," katanya.
Untuk diketahui, dengan undangan tersebut Prabowo diperbolehkan ke Amerika.
Pasca reformasi 1998, Prabowo dan sejumlah petinggi militer Indonesia sempat ditolak masuk negara adidaya tersebut.
Dikritik pengamat
Pengamat dari Amerika Serikat mengkritik penunjukan Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi).
Wakil Direktur Center for Strategic and International Studies, Washington, Amerika Serikat, Brian Harding mengaku kecewa dengan keputusan Jokowi melantik Prabowo.