"Tidak perlu syarat apa pun, tanpa bunga, dupa, juga puasa. Kalau memang ada bendanya, dalam waktu kurang dari 10 menit benda itu sudah bisa saya ambil," ujarnya yakin.
Setibanya di lapangan, Yamin akan mengamati terlebih dahulu tanah dan sekitar lokasi untuk memastikan ada tidaknya benda pusaka.
Begitu yakin memang ada benda pusaka, ia akan bermeditasi.
"Semua benda gaib, artinya yang bukan milik orang, itu ada roh halus yang menunggu," ujarnya. Karena itu perlu kulonuwun atau permisi kepada roh penunggunya. Begitu dipersilakan masuk, ia baru bercakap-cakap dan mengutarakan maksudnya untuk meminta benda itu.
Begitu penunggunya setuju, maka benda yang dimintanya itu tiba-tiba muncul dari dalam tanah,dan terbang. Pada saat itulah Yamin secara refleks akan menangkapnya.
"Sesudah itu, sama seperti orang bertamu yang diberi barang, saya mengucapkan terima kasih. Itu saja, tidak ada syarat lain," Yamin memaparkan cara ringkas yang sering dilakukannya.
Namun tak jarang, Yamin yang juga. dikenal bisa memberikan jimat penglarisan, menghadapi penunggu yang menolak memberikan benda-bendanya.
"Saya sudah minta baik-baik, kalau tidak boleh akan saya paksa," jawabnya serius.
Ternyata, ia mengaku sering melakukan pemaksaan itu dengan alasan, "Jauh-jauh saya datang. Kalau gagal, 'kan malu dengan orang yang minta tolong pada saya tadi."
Bahkan pula, kalau penunggu itu membandel, ia harus melalui pertengkaran batin yang cukup sengit.
Baca: Dikira Suami Sendiri, Ibu Muda Digauli Teman Suaminya hingga Tersadar dan Lakukan Ini di Dalam Kamar
Baca: BEBBY Fey Bongkar soal Sosok Pria Cium Area Sensitifnya dalam Video Syiur, Bukan Atta Halilintar
Baca: Tak Tuntas di Lembaga Adat, Sengketa Lahan PT Minimex dan Warga Sarolangun Berlanjut ke Pengadilan
Baca: Sinopsis Film John Wick di Bioskop Trans TV, Tayang Pukul 21.00 WIB, Lihat Aksi Keanu Reeves
"Namun pada dasarnya manusia itu panas, jadi mereka tidak akan pernah menang melawan manusia," ujar Yamin menjelaskan mengapa ia tidak pernah gagal mengangkat benda pusaka dari dalam tanah.
"Tapi biasanya, benda pusaka yang diperoleh secara paksa akan berakibat negatif bagi yang memilikinya," jelasnya sambil mencontohkan alangannya, entah pemiliknya sakit-sakitan, atau benda itu tiba-tiba hilang, kembali ke tempat asalnya.
Seperti yang dialami oleh seseorang dari Desa Trucuk, Klaten, yang minta tolong untuk diambilkan keris.
"Walau penunggunya tidak rela, saya memaksa dan berhasil mendapatkannya. Tapi, belum seminggu orang itu sakit-sakitan, dan datang pada saya mengembalikan keris itu," ia mencontohkan sambil melanjutkan bahwa setelah keris dikembalikan ke "pemilik" aslinya dengan cara melabuh atau membuang di pertemuan dua sungai, orang Desa Trucuk itu sembuh seketika.
Sedangkan cara jarak jauh ditempuh bila memang ia tidak mungkin sempat mendatangi langsung tempat penyimpanan benda pusaka itu.
"Tapi sebelum melakukan upaya itu saya harus tahu dulu nama kampungnya, letak lokasinya, dan gambaran keadaan sekitarnya."