Berita Katolik

Paus Fransiskus Tetapkan Mgr Ignatius Suharyo Sebagai Kardinal, Ini Perjalanan Pelayanannya

Penulis: Andreas Eko Prasetyo
Editor: Andreas Eko Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mgr Ignatius Suharyo

Dikutip Tribunjambi.com dari katoliknews.com dan dilaporkan langsung oelh Vaticannews.va, salah satu di antaranya adalah Uskup Agung Jakarta yang juga Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo.

Nama-nama para kardinal baru ini dibacakan setelah Angelus di Lapangan Santo Petrus, Vatikan.

Dari 13 kardinal baru ini, 10 di antaranya memenuhi syarat untuk mengambil bagian dalam konklaf atau upacara pemilihan paus baru, termasuk Mgr Suharyo.

Mereka akan menerima topi merah dalam upacara konsistori pada 5 Oktober mendatang.

Paus Fransiskus juga mengumumkan tiga uskup dan uskup agung yang berusia di atas usia 80 tahun sebagai kardinal, di mana mereka tidak memenuhi syarat untuk memilih dalam konklaf.

Mereka, kata dia, telah secara luar biasa memberikan pelayanan untuk gereja.

Dengan penetapan Mgr Suharyo, dengan demikian saat ini Indonesia memiliki dua kardinal.

Satunya lagi adalah Julius Kardinal Darmaatmadja SJ, yang sudah berusia 84 tahun.

Baca: Andrew White Jadi Kaya Raya di Bali Usai Tak Tampil Lagi di Layar Kaca, Ternyata Ini Sumber Uangnya

Baca: Kembali Ke Bumi Sakti Alam Kerinci, Wali Kota Fasha Disambut Hangat Warga

Baca: Masih Kenakan Baju Pengantin, Wanita Ini Menangis Peluk Jasad Ayah yang Meninggal Jelang Akad Nikah

Baca: Dishub Tambah Halte Bus Trans Siginjai, Mahasiswa Bisa Naik Turun di Dalam Kampus

Ignatius Suharyo, putra Florentinus Amir Hardjodisastra dan Theodora Murni Hardjodisastra, lahir di Sedayu, Bantul, DI Yogyakarta, 9 Juli 1950. Dulu, ia bercita-cita menjadi polisi. Namun, begitu masuk SMP, tiba-tiba seorang pastor menghampirinya dan berkata: ”Kamu mau menjadi pastor?” Ia pun langsung menjawab, ”Baik, Pastor.”

Sesudah ditahbiskan sebagai imam diosesan, 26 Januari 1976, almarhum Kardinal Yustinus Darmojuwono, Uskup Agung Semarang, meminta Suharyo untuk melanjutkan studi ke Roma, Italia. Suharyo menyelesaikan studi doktor teologi biblis di Universitas Urbaniana, 1981.

Saat pulang ke Indonesia, ia mengira cita-citanya sebagai pastor paroki buyar karena harus mengajar di seminari tinggi selamanya.

Suharyo berpikir hidupnya akan sesempit wilayah pelayanannya, mulai dari studi sebagai mahasiswa di seminari tinggi, ditahbiskan menjadi imam, mengajar di seminari tinggi, pensiun, tinggal di wisma pastor sepuh di belakang kampus, hingga ”beristirahat” di makam pastor di depan wisma itu.

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

IKUTI FANPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:

 

Berita Terkini