Berita Nasional

Menguak Sejarah Selekon Mataram, Tempat yang Buat Geger Warga Yogyakarta saat Ditemukan Jasad Bayi

Editor: Andreas Eko Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Selokan Mataram

Menguak Sejarah Selekon Mataram, Tempat yang Buat Geger Warga Yogyakarta saat Ditemukan Jasad Bayi

TRIBUNJAMBI.COM, SLEMAN - Warga daerah di Selokan Mataram di di Dusun Karanglo, Purwomartani, Kalasan, Sleman sempat geger dengan temuan tas yang isinya mengejutkan orang yang melihatnya.

Candra Gunawan (60) baru saja tiba di rumahnya saat ditemui Tribunjogja.com.

Ia mengatakan baru saja memberi kesaksian di Mapolsek Kalasan.

"Sebab di selokan depan rumah saya tadi pagi ditemukan mayat bayi dalam kaleng biskuit. Warga juga tadi langsung berkerumun," ujar Candra.

Candra menceritakan, penemuan bayi tersebut berawal dari laporan Sarjito (50).

Baca: Kronologi Pembunuhan Presenter TVRI, Naik Mobil hingga Tubuhnya Tergeletak di Selokan Penuh Tusukan

Baca: Presenter TVRI Tewas Mengenaskan Di Selokan, Isi Perut Terburai, Dahi & Lengannya Kena Luka Tusukan

Baca: Hilang Kendali, Motor Dokter Puskesmas di Sarolangun Masuk Selokan, Nasibnya Tragis

Pria yang bertetangga tak jauh dari rumahnya tersebut memberitahu bahwa ada temuan tas mencurigakan yang hanyut di selokan.

Saat Candra keluar rumah untuk melihat langsung, tas tersebut ditemukan dalam kondisi tersangkut batang bambu yang melintang di atas permukaan air.

"Warna tasnya hitam, kondisinya juga masih baru," kata pensiunan ini.

Istri Candra yang tidak mau disebutkan namanya bahkan mengungkapkan sejumlah warga sempat ingin mengambil tas tersebut. Sebab kondisi tas masih sangat layak pakai.

Candra dan Sarjito sendiri mengira isi di dalamnya adalah laptop, sebab mereka melihat ada kabel data mencuat dari dalamnya.

Namun saat dibuka, mereka terkejut menemukan dua batu bata serta sebuah kaleng biskuit terbungkus kresek plastik merah. Ia pun membuka kalengnya dan melihat ada lipatan kain.

"Pas kalengnya dibuka, saya kaget ada tangan bayi terlihat dari balik kain," kata Candra.

Pria berkumis ini memperkirakan tas berisi bayi tersebut dibuang tak jauh dari situ, persisnya dari arah barat.

Ada dugaan tas tersebut memang sengaja dibuang di selokan persis di depan rumahnya.

Baca: Ini Penyebab 15 Koperasi di Kota Sungai Penuh Tidak Aktif

Baca: Serangan Jantung, 1 Orang Jamaah Haji Asal Tanjab Barat Meninggal Dunia, Sempat Dirawat di RS

Baca: Pengakuan DJ Bebby Fey yang Kirim Video Tak Pantas ke Youtuber Ternama dan Berbuat Dosa Lalu Ditipu

Baca: Warga Sekernan Berhasil Kumpulkan Rp 10 Juta untuk Bantu Zainaba Kuliah ke Mesir

Meskipun demikian, Candra mengatakan sama sekali tidak mendengar suara ceburan air atau apa pun yang mencurigakan malam sebelumnya.

"Aliran air semalam juga cukup deras. Hanya siang ini saja baru terlihat sangat tenang," ujarnya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan tim forensik Polsek Kalasan, bayi tersebut lahir secara prematur. Sebab diperkirakan ia lahir saat baru berusia 6 bulan di kandungan.

Mengikuti hasil pemeriksaan, Candra mengatakan bayi berjenis kelamin laki-laki tersebut memiliki berat sekitar 5 ons dengan panjang 20 cm.

"Waktu ditemukan masih ada ari-arinya utuh. Namun saat itu tidak tercium bau sama sekali," tutur Candra.

Kapolsek Kalasan, Kompol Iman Santoso, turut membenarkan laporan adanya temuan jasad bayi tersebut. Menurut Iman, penemuan bayi terjadi sekitar pukul 08.30 WIB.

Pihak kepolisian sendiri sudah melakukan olah TKP, selain meminta keterangan saksi serta memeriksa kondisi bayi yang ditemukan.

"Kami akan memproses dan mendalami data-data yang sudah diperoleh untuk mencari pelakunya," kata Iman melalui pesan singkat. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Cerita Penemuan Mayat Bayi dalam Kaleng Biskuit di Selokan Mataram Kalasan, Seperti Ini Kronologinya

Sejarah Selokan Mataram

Aliran sungai itu dikenal dengan nama Selokan Mataram yang dibuat pada masa kolonial Jepang.

Selokan Mataram atau yang memiliki nama lain Kanal Toshiro merupakan Monumen "Tahta untuk Rakyat" peninggalan Sri Sultan Hamengkubuwono IX.  

Kanal Toshiro dibangun atas lobbying yang dilakukan Sri Sultan HB IX dengan tujuan untuk melindungi rakyatnya dari kerja paksa romusa.

Keberhasilan lobbying yang dilakukan Sri Sultan HB IX kepada Jepang untuk membangun aliran sungai menjadikan kemakmuran dan  kemandirian warga Jogja yang dapat dirasakan sampai sekarang.

Dahulu, saluran ini juga dibuat untuk mengairi sawah dan ladang petani terutama di bagian utara Yogyakarta agar bisa berproduksi sepanjang tahun.

Pembangunan Selokan Mataram ditujukan untuk mengairi lahan pertanian di Yogyakarta karena pada masa itu,  wilayah pertanian Yogyakarta cenderung gersang dengan hasil pertanian yang minim.

Baca: Pembukaan Acara Semirata Dekan PTN Wilayah Barat Bidang Ilmu Pertanian di Rumah Dinas Gubernur Jambi

Baca: Jambi Tuan Rumah Seminar Nasional Dekan BKS PTN Wilayah Barat Bidang Pertanian

Baca: Serda Rikson Anggota TNI yang Gugur Terkena Panah di Papua Berasal Dari Kodam II Sriwijaya

Baca: KPK Sebut Supervisi Pencegahan Korupsi di Pemprov Jambi Bergerak Positif

Aliran irigasi Selokan Mataram memiliki panjang lebih dari 30 km dari Sungai Progo bagian barat sampai Sungai Opak bagian timur.

Namun,  sejarah ini ini sering kali dilupakan bahkan tidak disadari oleh kebanyakan masyarakat Yogya maupun masyarakat luar Yogya yang menetap di Yogya untuk sementara waktu.

Hal ini tentu sangat disayangkan. Alangkah baiknya jika masyarakat yang berada di Yogya baik yang menetap sebentar atau menetap lama dapat mengetahui sejarah fenomenal tersebut.

//

Selokan Mataram Sebagai Penyelamat Warga Yogyakarta

Kekejaman Romusha membuat Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono IX  membuat strategi untuk menyelamatkan warga Yogyakarta dari kerja paksa  Romusha.

Beliau melaporkan kepada Jepang bahwa Yogyakarta adalah daerah minus dan kering, di sertai  usulan kepada Jepang agar  warga Yogyakarta diperintahkan untuk membangun selokan yang menghubungkan Kali Progo dan Sungai Opak.

Selokan tersebut berfungsi sebagai  pengairan dan irigasi pertanian sehingga hasil pertanian nantinya dapat digunakan untuk mensuplai pangan tentara Jepang.

Pemerintah Jepang akhirnya menerima gagasan Sri Sultan, sehingga masyarakat Yogyakarta terbebas dari kekejaman Romusha dan disibukkan membuat Selokan Mataram.

Selain itu legenda yang dikenal masyarakat yang menyebutkan bahwa Sunan Kali Jaga pernah berujar, bahwa Yogyakarta akan makmur jika Kali Progo dan Sungai Opakbersatu.

Dari legenda tersebut, Selokan Mataram menjadi penghubung menyatunya kedua Sungai besar tersebut.

Selokan Mataram yang dibangun saat pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono IX , menjadi kelanjutan dari pembangunan di wilayah hulu Selokan Mataram yaitu selokan Van Der Wijck dan Bendungan Karang Talun.

Baca: Tari Seblang, Ritual Mistis di Banyuwangi yang Dikait-kaitkan Dengan Cerita Horor KKN di Desa Penari

Baca: Ini Penyebab 15 Koperasi di Kota Sungai Penuh Tidak Aktif

Baca: Serangan Jantung, 1 Orang Jamaah Haji Asal Tanjab Barat Meninggal Dunia, Sempat Dirawat di RS

Kedua bangunan pengendalian air tersebut mengaliri areal perkebunan tebu di sebagian wilayah Kabupaten Sleman dan sebagian wilayah Kabupaten Bantul.

Sri Sultan Hamengkubuwana IX dilantik pada hari Senin Pon tanggal 18 Maret 1940.

Berbarengan dengan  situasi pergerakan dan perjuangan kemerdekaan RI.

Sri Sultan Hamengkubuwana IX berperan besar dalam keberadaan atau proses demokratisasi dan modernisasi Kraton Yogyakarta.

Masa ini terjadi perubahan penting yaitu bergesernya konsep kekuasaan absolut bergeser kearah yang bersifat demokratis dari konsep keagungbinatharaan menjadi konsep kekuasaan ‘Tahta Untuk Rakyat’

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

IKUTI FANPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:

Berita Terkini