“Sebagai Penguasa Perang, saya merasa ada wewenang mengambil keputusan darurat untuk kepentingan rakyat, ialah dengan barter gula dengan beras. Saya tugasi Bob Hasan melaksanakan barter ke Singapura, dengan catatan beras harus datang lebih dahulu ke Semarang,” demikian pengakuan Soeharto dalam Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya (1989).
Namun Soeharto diselamatkan Mayjend Gatot Subroto.
Menurut Gatot, Soeharto masih bisa dibina.
Akhirnya, Soeharto pun disekolah di Seskoad di Bandung.
Akhir Hayat Jenderal Nasution yang Menyedihkan
Nasib Jenderal AH Nasution dan Jenderal Ahmad Yani berbeda sat terjadi peristiwa penculikan jenderal AD, 30 September 1965.
Ahmad Yani tewas sementara AH Nasution berhasil melarikan diri.
Baca: Gadis 16 Tahun Dianggap Dalang Terjadinya Perang Gengster Kutabumi dengan Cadas di Tangerang
Baca: Penyidik Selesaikan Berkas Kasus Duplikat KTP, Tersangka dan Barang Bukti Diserahkan ke Jaksa
Baca: Usai Lebaran, Pemerintah Kembali Membuka Rekrutmen CPNS 2019, Pahami Kebutuhannya Berikut!
Baca: Wabup Amir Sakib Mantapkan Diri Maju Pilkada Tanjab Barat 2020 Mendatang
Baca: Tumor Ganas Dilehernya Membesar, Seniman Pembuat Alat Musik Tradisional Muarojambi Ini Butuh Kita
Namun Nasution harus kehilangan putrinya Ade Irma Suryani.
Nasution masih hidup hingga tahun 2000.
Selepas menjadi Ketua MPRS dan melantik Soeharto sebagai presiden ke-2 kariernya meredup.
Di orde baru Nasution nyaris tak kebagian peran mengurus negara.
Yang terjadi malah ia dicekal orde baru.
Nasution juga tidak boleh muncul dalam acara kenegaraan dimana ada Presiden Soeharto.
Bahkan sampai urusan mobil Holden Priemer tua lungsuran dari Hankam yang dipakai Nasution sehari-hari ikut ditarik dari kediamannya.
Sebuah cerita di penghujung hayatnya malah membuat banyak orang bersedih.
Kabarnya ia tak mewariskan kekayaan materi pada keluarganya, kecuali kekayaan pengalaman perjuangan dan idealisme.