Tokyo walaupun sebagai ibukota Jepang saat itu dan berlabel kota maju, namun kehidupan masyarakat kelas bawahnya amat susah.
Abe juga turut merasakan susahnya hidup di Tokyo lantaran ia terlahir di keluarga kurang mampu.
Pada umur 17 tahun tepatnya tahun 1922, Abe yang sudah menginjak remaja mulai menunjukkan sifat labilnya.
Baca Juga : Rejeki Nomplok! Wanita Ini dapati Harta Karun Senilai Rp 4 Miliar di Perut Ayam Peliharaannya
Ia mulai sering bolos sekolah, berdandan menor, bergaul dengan remaja seumuran dengannya diluar rumah dan cenderung liar.
Saking tak terkontrolnya, Abe malah sempat diperkosa oleh kenalannya sendiri akibat pergaulan bebasnya.
Bukannya sembuh setelah mengalami kejadian itu, Abe semakin menjadi-jadi dengan kelakuan negatifnya.
Kedua orang tuanya juga sudah jengah dengan kenakalan Abe yang pada akhirnya ia dijual ke tempat dimana 'pembentukan' Geisha (pelacur) di Yokohama.
Namun Abe malah kegirangan mendengar hal itu.
Memang sedari kecil Abe bercita-cita menjadi seorang Geisha dengan kehidupan glamornya.
Dan ia amat bangga jika kelak cita-citanya itu terwujud.
Patut dicatat, kala itu menjadi Geisha dilegalkan di Jepang.
Lima tahun Abe menjalani pekerjaannya menjadi wanita penghibur sampai akhirnya ia terkena penyakit Syphilis.
Namun layaknya sebuah pekerjaan legal, penyakit syphilis Abe berhasil diobati karena mendapat jaminan kesehatan dari negara.
Singkat cerita, Abe lambat laun mulai meninggalkan dunia hiburan malamnya karena berbagai masalah pelik yang mendera.