TERNYATA Eksekusi Orang Gemuk dan Orang Kurus Beda Cara: Algojo Terpidana Mati Mengisahkan

Editor: ridwan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang algojo sedang mengeksekusi hukuman cambuk kepada pelanggar syariat islam, Selasa (12/4/2016) lalu.

Kirk berjalan di belakang Farrell, tanpa harus mendorongnya. Tanpa ragu-ragu Pierrepoint menuju pintu jebakan. Di tengah pintu itu ia berhenti, berbalik menghadapi Farrell dan menaruh tangannya di pundak pemuda itu.

Dalam waktu sekejap saja, kain penutup sudah diselubungkannya ke kepala Farrell. Dengan gesit pula Pierrepomt mengalungkan tali gantungan, lalu membungkuk untuk menepuk bahu Kirk yang baru selesai mengikat pergelangan kaki Farrell.

Mereka berdua menyingkir dari pintu jebakan. Segera pintu itu menjeblak ke bawah. Farrell merosot berbareng dengan bunyi nyaring daun pintu jebakan memukul dinding lubang. Mungkin semua narapidana di penjara itu ikut mendengarnya.

Beberapa saat kemudian keadaan sunyi-senyap. Seorang pejabat memecah keheningan dengan berkata, "Delapan detik. Sudah selesai."

Delapan detik! Betapa cepatnya. Padahal ini dihitung mulai dari saat Farrell dijemput dari selnya sampai ia tergantung dalam keadaan tidak bernyawa lagi di ujung tali.

Gara-gara buku kriminal

Keinginan saya untuk menjadi petugas penggantung orang timbul pada usia sebelas tahun, ketika saya membaca buku Edgar Wallace.

Wallace pernah beberapa kali melihat orang digantung, karena pada awal abad ini wartawan masih boleh menyaksikan kejadian tersebut.

Ia mempergunakan pengalamannya untuk bahan cerita kriminal yang mencekam. Saya begitu terkesan membacanya, sehingga memutuskan akan menjadi algojo. Padahal tak ada nenek moyang saya yang berprofesi demikian.

Sebagai anak petani, pekerjaan pertama yang saya peroleh hanyalah sebagai tukang las di pertambangan batu bara di Nottinghamshire.

Seusai PD II saya bosan menjadi tukang las. Saya pun menulis surat pada Koran News of the World, menyatakan keinginan saya untuk menjadi algojo. Saya bertanya ke mana mesti melamar.

Pengasuh ruang surat pembaca keheranan. "Kami tidak mengerti mengapa Anda ingin melamar pekerjaan itu, sebab tidak lama lagi algojo tidak dibutuhkan."

Soalnya, waktu itu di parlemen sedang terjadi debat-debat perkara penghapusan hukuman mati. Namun, saya diberinya juga sebuah alamat.

Ternyata lamaran saya ditolak, karena jumlah algojo sudah cukup.

Dua tahun kemudian tahu-tahu saya dipanggil ke Penjara Lincoln, untuk menghadap Brigadir E.R. Patol-Walsh. "Saya harus melewati beberapa lapis pintu angker. Brigadir tampaknya tidak tertarik kepada saya. Wajahnya baru menunjukkan minat ketika ia tahu saya senang menembak.

Halaman
1234

Berita Terkini