"Nah empat tahun masa kepemimpinan saya, saya gunakan dengan baik."
Ia menuturkan sejumlah pretasi yang dicapainya bersama timnya, hingga mengubah universitas yang kala itu dipimpinnya dari berakreditasi B menjadi A.
"Saya berhasil meningkatkan akreditasi universitas dari B ke A, itu tidak mudah Bang Karni, BAN-PT itu institusi yang amat independen dan profesional, pada saat itu di kementerian hanya tiga, UIN Jakarta, UIN Malang, dan UIN Jogja," ujarnya.
Ia juga menyebutkan prestasi lain yang diperoleh kampus di bawah kepemimpinannya.
Mudjia kemudian mengatakan ia kemudian mendapat dukungan senat untuk maju mencalonkan diri sebagai pejabat Kemenag.
Akan tetapi saat itu ia mengatakan ada sejumlah penilaian yang remang-remang.
"Hanya ada penilaian yang agak remang-remang, ada penilaian namanya penilaian subjektif, apa itu? Moralitas, manajerial, kerjasama, dan kompetensi."
"Nah beberapa aspek ini, orang dalam tidak bisa menilai orang luar. Bagaimana kita bisa menilai orang yang tidak pernah di kampus. Paling ya kompetensi, atau kualifikasi."'
Baca: Gempa Mengguncang Padang Pariaman pada Pagi Hari, Ini Lokasinya Menurut BMKG
Baca: Elektabilitas Jokowi-Maruf vs Prabowo-Sandiaga Versi Litbang Kompas pada Gen Z hingga Silent Gen
Bersama dengan dua calon lain, yakni dari UIN Surabaya dan IAIN Jember akhirnya dilakukan sejumlah penilaian.
Ia kemudia lolos menjadi calon terbaik di antara ketiga calon tersebut.
"Setelah itu masuklah kami dibawa ke pansel (Panitia Seleksi) yang dibentuk oleh Menteri Agama sendiri."
"Pertanyaan pansel kurang lebih sama tentang internal kampus, bisa diduga bahwa calon dari luar juga mengalami kesulitan."
Ia pun menjadi calon yang digadang akan memenangkan jabatan di Kemenag tersebut.
"Nah sehingga di akhir pansel, saya diberi ucapan selamat oleh semua, bahkan oleh pegawai yang menemani 'bahwa andalah yang direkomendasi', secara lisan memang," kisahnya.
Bahkan ia dianjurkan segera memboyong keluarganya menhadiri pelantikan jabatan yang saat itu disebut akan berlangsung hari Kamis.