"Ya, dia bilang tidak bersalah. (Aisyah mengatakan) Saya tidak bersalah, cuma korban doang. Saya percaya dengannya, (saya) percaya dia tidak bersalah," kata Benah saat dihubungi wartawan BBC Indonesia, Rebecca Henschke, melalui telepon hari Senin (02/10/2017).
"Masak masih anak kecil mau ngegituin orang gede. Gak ada lah. Pokoknya anak ibu tidak bersalah aja, cepet-cepet kembaliin aja."
Benah mengungkapkan penegasan tersebut ketika ia dan Siti Aisyah berbicara melalui telepon.
Dalam pembicaraan ini, Siti Aisyah meminta keluarganya tak perlu datang ke Kuala Lumpur, Malaysia, untuk mengikuti persidangannya.
"Bilang suruh berdoa saja dari sini. (Ia mengatakan) Dari KBRI, dari Kementerian datang menjenguk Siti," kata Benah.
Gara-gara ditawari "prank"
Pada persidangan di pengadilan Tinggi Shah Alam, Kuala Lumpur, Kamis (22/2/2018), sejumlah fakta terkait Siti Aisyah terungkap.
Wanita tersebut mengaku bahwa dirinya ditawari untuk aksi kejutan atau "prank" bagi stasiun televisi.
Kuasa hukumnya mengatakan, kliennya direkrut untuk mengambil bagian dalam sebuah acara TV oleh sekelompok orang yang dipercaya agen Korea Utara.
Siti Aisyah dalam kesaksiannya mengaku ditawari uang oleh Ri Ji U, warga Korea Utara yang mengaku warga negara Jepang bernama "James".
James mengaku merancang lelucon untuk acara televisi di pusat perbelanjaan, hotel dan bandara.
Pengacara Siti Aisyah, Gooi Soon Seng mengatakan, ke dua kliennya diminta menyelinap di belakang orang dan mengolesi wajah mereka dengan lotion.
Hebatnya lagi, Siti Aisyah ternyata sudah disiapkan sebagai eksekutor sejak lama dan dirinya tidak menyadari bahwa ia sedang masuk perangkap sebuah aksi intelijen.
Sebab, sebelum membunuh Kim Jong-nam, ia sudah melakukan pranks tersebut sebanyak tujuh kali di Kamboja dan Malaysia.
Aisyah bertemu dengan James saat melakukan perjalanan ke Phnom Penh, Kamboja, pada 21 Januari 2017.