Sebelum KKB Mengepung dan Menembaki Pasukan TNI, Panglima TNPB-OPM Egianus Kogeya Bocorkan Data Ini

Editor: bandot
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pimpinan KODAP III Ndugama, Egianus Kogeya

Selain itu, dalam media sosial yang disebarkan oleh Sabby bahwa KKB juga mengeluarkan ultimatum antara lain bahwa, “Komandan POS dan Anggota menurunkan bendera merah putih dalam waktu dekat, dan warga sipil non Papua cepat meninggalkan wilayah Nduga, sebelum kami melakukan serangan selanjutnya".

Menanggapi kabar tersebut, pihak TNI dan Polri telah melaksanakan pengecekan langsung di lapangan dan menyatakan bahwa info tentang kontak tembak tersebut adalah hoaks dan tidak mendasar.

“Fakta yang sebenarnya adalah bahwa sekitar pukul 14.40 Wit tanggal 26/2/2019 bertempat di Kampung Yal Distrik Yal Kabupaten Nduga, Papua, gerombolan separatis pimpinan Egianus Kogoya telah melakukan pembakaran 1 unit eksavator milik PT Istaka Karya yang sudah tidak beroperasi lagi (rusak) yang dilakukan oleh kelompok KKB," ungkap Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi, dalam rilis yang dikirim ke Kompas.com, Kamis (28/2/2019).

“Sebelum melakukan pembakaran eksavator milik PT Istaka Karya, kelompok KSB tersebut melepaskan tembakan sebanyak 2 kali. Dalam aksi tersebut sama sekali tidak terjadi kontak tembak apalagi sampai jatuh korban,”lanjut Aidi.

Menurut Aidi, isu ini sengaja digulirkan oleh gerombolan separatis Nduga untuk menciptakan teror kepada masyarakat.

Baca: Alumni 212 Bakal Geruduk Gedung DPRD DKI Besok Untuk Dukung Anies Jual Saham Perusahaan Bir Ternama

Baca: Rian Rela Rogoh Kocek Rp80 Juta Agar Bisa Bersama Vanessa Angel, Bibi Ardiansyah Minta Ini ke Jokowi

Baca: Ahok BTP Beri Ucapan Selamat Hari Raya Nyepi: Momentum Bagi Kita Menjadi Individu yang Lebih Baik

Karena hasil identifikasi aparat keamanan bahwa gerombolan separatis pimpinan Egianus Kogoya di Nduga sudah terjepit dan kekurangan bantuan makanan.

Sebab, hampir seluruh kampung sudah dikuasai oleh aparat keamanan.

Pihak KKB selalu menggunakan rakyat sebagai tameng dengan cara mengintimidasi rakyat dan memaksa untuk mengungsi.

“KKB selalu berupaya membentuk opini dengan memutarbalikkan fakta seolah-olah TNI/Polri yang melakukan kejahatan kemanusiaan dengan isu ribuan rakyat mengungsi dan kelaparan di hutan. 
Padahal kehidupan sosial dan roda perekonomian di Kabupaten Nduga berjalan dengan normal," ujar Aidi.

Menurut Aidi, masyarakat yang kembali ke kampung pasca-pembantaian terhadap puluhan karyawan PT Istaka Karya pada 2 Desember 2018 lalu telah mendapatkan perlindungan dan bantuan bantuan makanan.

Mereka juga menerima layanan kesehatan dari aparat keamanan maupun pemda setempat. Menanggapi ultimatum oleh KKSB di Nduga, Aidi menyatakan bahwa Kabupaten Nduga adalah bagian dari wilayah kedaulatan NKRI sebagaimana daerah lain di seluruh nusantara.

Ia menegaskan, NKRI tidak akan mundur apalagi tunduk hanya karena adanya ultimatum dari kelompok gerombolan separatis.

Pihak TNI/Polri akan memberikan perlindungan keamanan kepada seluruh warga negara Indonesia, termasuk di Nduga.

“Di sisi lain, gerombolan separatis selalu memutarbalikkan fakta bahwa TNI melaksanakan pelanggaran HAM. Namun faktanya gerombolan separatis itulah pelaku pelanggaran HAM berat yang selalu melancarkan teror kepada penduduk sipil. Mereka melakukan serangan kepada siapa saja tampa membedakan yang mana kombatan atau non-kombatan. Karena mereka adalah kelompok liar yang tidak berpendidikan dan tidak mengerti hukum,” katanya.

Aidi mengimbau kepada seluruh warga sipil, terutama di Nduga, agar jangan terlalu takut terhadap ancaman dari gerombolan separatis tersebut.

Sebab, tujuan mereka adalah menciptakan keresahan dan rasa takut kepada masyarakat. Namun seluruh warga harus tetap waspada dalam melaksanakan akti"vitas dan selalu berkoordinasi dengan aparat keamanan.

Warga masyarakat harus aktif untuk menjaga keamanan lingkungan secara swadaya dan memberikan informasi kepada aparat keamanan tentang kedudukan dan aktivitas gerombolan separatis,” imbaunya.

Ia menambahkan, pemerintah Indonesia akan tetap melanjutkan pembangunan infrastruktur di Nduga untuk mejamin kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tak terkecuali di daerah pedalaman Papua termasuk di Nduga.

TNI akan menambah pasukan untuk mengamankan proses pembangunan tersebut.

Tambah 600 Personel TNI

Kelompok Kriminal bersenjata (KKB) Papua hingga kini masih membuat ulah. Pasukan gabungan TNI-Polri pun hingga kini masih melakukan perburuan.

Bahkan kabar terbarunya, sebanyak 600 prajurit TNI dikirim ke Papua untuk emberi keamanan bagi pekerja Jalan Trans Papua yang bekerja.

Pangdam XVII/Cenderawasi Mayjen TNI Yosua Pandit Sembiring mengatakan, saat ini ada 600 prajurit TNI disiagakan untuk menjaga keamanan proyek pembangunan di Nduga, Papua.

Proyek pembangunan di Nduga sempat terhenti karena aksi penembakan dari kelompok kriminal bersenjata (KKB). Kejadian itu mengakibatkan sejumlah pekerja dari PT Istaka Karya tewas.

“Pasukan TNI tersebut akan digelar di sepanjang jalur pembangunan Trans Papua Wamena-Mumugu, khususnya dalam pembangunan jembatan. Teknis pelaksanaannya pembangunan akan dilanjutkan oleh satuan zeni konstruksi (zikon) TNI AD, sedangkan tenaga ahli tetap dari PT Istaka Karya dan PT Brantas," ujar Yosua melalui keterangan tertulis yang diterima, Selasa (5/3/2019).

Yosua mengatakan, pembangunan infrastruktur di Nduga merupakan salah satu program strategis nasional, sama halnya dengan program-program lainnya di seluruh Indonesia yang bertujuan untuk membuka isolasi daerah, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

“Negara tidak boleh mundur hanya karena adanya teror dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Negara akan tetap melanjutkan pembagunan sampai selesai, ini demi untuk kemaslahatan dan kesejahteraan seluruh rakyat,” ujarnya.

“Masih ada saudara kita yang mempersenjatai diri secara illegal dan melakukan serangkaian tindakan kekerasan dan merongrong kedaulatan negara. Termasuk mengganggu proses pembangunan di Papua. Itulah sebabnya proses pembangunan tersebut harus diamankan oleh prajurit TNI,” ujar Yosua melanjutkan.

Buru KKB Papua, Anggota Brimob Bharada Udin Terseret Arus dan TNI Kirim 600 Personel Tambahan (Tribun Medan)

Yosua mengatakan, saat ini warga sudah mulai kembali ke kampung mereka dan menjalani kehidupan sosial dan ekonomi secara normal.

Yosua menyebut, KKB selalu memutarbalikkan fakta, membuat seakan-akan TNI merupakan pelaku penjahat kemanusiaan.

“Mereka membuat opini bahwa yang dibantai di distrik Yigi pada bulan Desember tahun lalu adalah anggota TNI yang menyamar, tapi nyatanya media bisa melihat langsung korban dikembalikan ke keluarga semuanya adalah warga sipil. Bahkan kita lihat yang sedang viral di media sekarang, keluarga membuat surat terbuka kepada Presiden agar informasi tentang nasib anggota keluarganya yang masih dinyatakan hilang agar segera terungkap,” ujarnya.

Egianus Kogeya Terjepit

Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi membongkar tujuan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya berani menebar teror lagi di Nduga, Papua

Dilansir dari Kompas.com, menurut Aidi, isu ini sengaja digulirkan oleh KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya untuk menciptakan teror kepada masyarakat Nduga

Karena hasil identifikasi aparat keamanan bahwa KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya di Nduga sudah terjepit dan kekurangan bantuan makanan.

Baca: Prajuritnya Makan Tempe, Pilot TNI AU Ini Marah, Buang Makanannya saat Tahu Para Jenderal Makan Enak

Baca: 4 Hari Hilang di Hutan Kerinci, Tim Gabungan Belum Temukan tanda-tanda Warga Pentagen yang Hilang

Sebab, hampir seluruh kampung sudah dikuasai oleh aparat keamanan. Pihak KKB selalu menggunakan rakyat sebagai tameng dengan cara mengintimidasi rakyat dan memaksa untuk mengungsi.

“KKB selalu berupaya membentuk opini dengan memutarbalikkan fakta seolah-olah TNI/Polri yang melakukan kejahatan kemanusiaan dengan isu ribuan rakyat mengungsi dan kelaparan di hutan. Padahal kehidupan sosial dan roda perekonomian di Kabupaten Nduga berjalan dengan normal," ujar Aidi.

Menurut Aidi, masyarakat yang kembali ke kampung pasca-pembantaian terhadap puluhan karyawan PT Istaka Karya pada 2 Desember 2018 lalu telah mendapatkan perlindungan dan bantuan bantuan makanan.

Mereka juga menerima layanan kesehatan dari aparat keamanan maupun pemda setempat.

Menanggapi ultimatum oleh KKB di Nduga, Aidi menyatakan bahwa Kabupaten Nduga adalah bagian dari wilayah kedaulatan NKRI sebagaimana daerah lain di seluruh nusantara.

Ia menegaskan, NKRI tidak akan mundur apalagi tunduk hanya karena adanya ultimatum dari kelompok gerombolan separatis.

Pihak TNI/Polri akan memberikan perlindungan keamanan kepada seluruh warga negara Indonesia, termasuk di Nduga.

“Di sisi lain, gerombolan separatis selalu memutarbalikkan fakta bahwa TNI melaksanakan pelanggaran HAM. Namun faktanya gerombolan separatis itulah pelaku pelanggaran HAM berat yang selalu melancarkan teror kepada penduduk sipil. Mereka melakukan serangan kepada siapa saja tampa membedakan yang mana kombatan atau non-kombatan. Karena mereka adalah kelompok liar yang tidak berpendidikan dan tidak mengerti hukum,” katanya.

Aidi mengimbau kepada seluruh warga sipil, terutama di Nduga, agar jangan terlalu takut terhadap ancaman dari gerombolan separatis tersebut.

KKB Papua atau OPM keluarkan 7 ultimatum untuk pemerintah Indonesia (TRIBUN VIDEO)

Sebab, tujuan mereka adalah menciptakan keresahan dan rasa takut kepada masyarakat.

"Namun seluruh warga harus tetap waspada dalam melaksanakan aktivitas dan selalu berkoordinasi dengan aparat keamanan. Warga masyarakat harus aktif untuk menjaga keamanan lingkungan secara swadaya dan memberikan informasi kepada aparat keamanan tentang kedudukan dan aktivitas gerombolan separatis,” imbaunya.

Ia menambahkan, pemerintah Indonesia akan tetap melanjutkan pembangunan infrastruktur di Nduga untuk mejamin kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tak terkecuali di daerah pedalaman Papua termasuk di Nduga.

TNI akan menambah pasukan untuk mengamankan proses pembangunan tersebut.

Seperti diketahui, Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) kembali melalukan aksi teror di Distrik Yal, Kabupaten Nduga, Papua.

Kali ini para KKB Papua itu melakukan penembakan kepada petugas keamanan dan membakar alat berat milik PT Istaka Karya pada Rabu (27/2/2019).

Dilansir dari Kompas.com, Wakapendam Letkol Inf Dax Sianturi menuturkan informasi aksi teror yang dilakukan oleh kelompok KKB di Nduga telah diterimanya.

Pimpinan KKB Goliath Tabuni (kiri) dan Lekagak Telenggeng (Facebook/KOMNAS-TPNPB)

Bahkan menurutnya, informasi aksi teror KKB itu datang dari masyarakat setempat

"Kami dapat dari masyarakat memang kemarin (Rabu) sekira pukul 20.00 WIT, KKB melakukan aksi pembakaran satu unit ekskavator yang tidak beroperasi atau dalam keadaan rusak di Distri Yal, Nduga," ungkap Wakapendam melalui rilis ke Kompas.com, Kamis (28/2/2018).

Wakapendam menegaskan tembakan yang dilakukan ke arah petugas keamanan oleh kelompok KKB hanya dua kali, selanjutnya mereka kabur.

"Tidak ada laporan adanya kontak tembak, hanya saat melaksanakan aksi bakar alat berat KKB melakukan tembakan sebanyak dua kali," kata Wakapendam.

Sebelumnya beredar pula berita di media sosial adanya kecaman dari KKB yang mengusir seluruh masyarakat dari Kabupaten Nduga. Namun aparat mengaku itu adalah propaganda KKB.

Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) melalui Egianus Kogoya mengeluarkan tujuh ultimatum untuk Indonesia.

Isi ulitimatum OPM yang disampaikan Egianus Kogoya itu adalah kepada warga sipil non-Papua, agar meninggalkan wilayah Kabupaten Nduga, per tanggal 23 Februari 2019.

Ultimatum tersebut disampaikan pentolan TPNPB-OPM, Egianus Kogeya melalui media sosial Facebook TPNPB pada Sabtu (23/2/2019).

Setidaknya ada 7 poin ultimatum yang Egianus Kogoya layangkan kepada pihak Indonesia.

Satu di antara ultimatum berisi ancaman tembak kepada warga non-Papua yang masih ada di Nduga.

Karena warga sipil non-Papua dianggap TPNPB sebagai anggota TNI / Polri yang menyamar.

Selain itu, Egianus Kogoya yang menyebut dirinya Panglima Kodap III Ndugama, menegaskan bahwa TPNPB-OPM tidak akan pernah berhenti perang sampai ada pengakuan kemerdekaan Papua dari RI.

Berikut 7 poin ultimatum yang disampaikan pihak TPNPB:

1. Perang kami TPNPB kodap III Ndugama tuntut Kemerdekaan Bangsa Papua Barat untuk Penentuan Nasip sendiri

2. Perang kami tidak akan pernah berhenti sampai pengakuan kemerdekaan Papua.

3. Kami minta kepada pemerintah Indonesia tuntutan pengakuan kemerdekaan Papua hanya dengan kontak senjata.

4. Kami TPNPB/OPM tidak mintah pembangunan dan bama seluru masyarakat 32 Distrik Kab Nduga minta Merdeka.

5. Seluruh Tanah Ndugama dari ujung sampai ujung manusia Rambut Lurus Warna kulit putih adalah musuh utama TPNPB Kodap III Ndugama karena banyak anggota TNI/POLRI pria, wanita yang selama ini menyamar ibu Guru suster dan tukang Bangunan bahkan sopir taksi kami akan tembak.

6. Kami harap Pos TNI yang bertugas di Distrik Mbua segera hentikan operasi di perkampungn masyarakat.

7. Sampai dengan pernyataan ini kami keluarkan semua warga sipil non Papua kosongkan dearah Kabupaten Nduga. kalau sampai masih ada kami akan tembak.

Aksi Brutal KKB Pimpinan Lekagak Telenggen yang Tewaskan 1 Prajurit TNI

Aksi baku tembak terjadi antara prajurit TNI dan kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang diduga pimpinan Lekagak Telenggen, Jumat (18/1/2019)

Dilansir dari Suar.id (group SURYA.co.id), KKB pimpinan Lekagak Telenggeng adalah yang paling berbahaya di “Segitiga Hitam” Papua.

Nama “Segitiga Hitam” Papua digunakan untuk wilayah yang mencangkup Kabupaten Puncak, Puncak Jaya, dan Lanny Jaya.

Tiap-tiap wilayah tersebut kabarnya dikuasi oleh tiga kelompok bersenjata yang berbeda.

Lantas, seperti apa aksi brutal KKB pimpinan Lekagak Telenggen selama ini?

Yang jelas, bukan sekali atau dua kali kelompok ini melakukan aksinya.

Pada Januari 2014 lalu, KKB pimpinan Lekagak Telenggen pernah melakukan dua kali serangan di wilayah Kabupaten Puncak Jaya.

Serangan pertama mengakibatkan satu warga sipil tewas, atas nama M. Halil, seorang tukang ojek asal Makassar, Sulawesi Selatan.

Pada serangan kedua, kelompok ini menembaki pesawat milik Susi Air jenis Pilatus dengan nomor lambung PK VVV.

Pesawat ini ditembaki ketika mendarat di Bandara Mulia, Puncak Jaya.

Kabarnya, kelompok ini sudah beroperasi sejak 2006 lalu.

Menurut mantan Kabid Humas Polda Papua, Kombes Patrige Renwarin, kelompok ini juga disebut sering melakukan penjarahan terhadap warga setempat.

Pada 2016, KKB pimpinan Lekagak Telenggen menyerang karyawan PT Modern yang sedang mengerjakan proyek jalan trans-Papua di Kabupaten Puncak, Papua.

Dalam aksi yang terjadi pada Selasa (15/3/2016) itu, empat orang tewas.

Mereka adalah Anis, David, Andi, dan Daud.

Seperti dilaporkan RRI, ada tujuh orang yang sedang bekerja saat itu.

Tak lama kemudian, datang sejumlah orang melakukan kekerasan dan penganiayan.

Kapolda Papua, Irjen Pol Paulus Waterpauw menuturkan, kelompok yang melakukan penyerangan diduga KKB pimpinan Lekagak Telenggen yang kerap beraksi di Wilayah Kabupaten Puncak, Papua.

“Sekelompok masyarakat yang diduga dikomandani  Lekagak Telenggen diketahui melintasi bukit seberang Distrik Sinak,” ujarnya saat itu.

“Jumlahnya cukup banyak, tapi apakah betul mereka kita lihat saja hasil olah TKP dari para Perwira kita dilapangan.”

Dan yang paling baru adalah serangan terhadap prajurit TNI yang sedang mendistribusikan logistik ke pos-pos TNI.

Menurut keterangan Kapenmdam 17 Cenderawasih Kolonel Inf. M. Aidi hari ini, Sabtu (19/1/2019), kontak tembak itu terjadi di daerah Longsoran Baganbaga, sekitar pukul 12.10 WIT.

Mula-mula pasukan TNI bergerak dari Distrik Mulya menuju Distrik Yambi.

Sesampainya di daerah Longsoran Baganbaga, KKB menyerang mereka dari ketinggian.

Menurut laporan Kompas.com, pasukan TNI kemudian berusaha membalas tembakan itu dan melakukan pengejaran.

Tapi karena kondisi medan yang sangat sulit, KKB yang diperkirakan berjumlah belasan orang itu berhasil melarikan diri secara terpencar.

Ketika melakukan pembersihan, prajurit TNI menemukan beberpa barang bukti.

Di antaranya dua buah magasen senapan panjang berikut amunisinya, dua buah Tongkat Komando diduga milik Lekagak Telenggen, 2 buah stempel TPN OPM dan sejumlah dokumen TPN OPM.

Seorang prajurit TNI bernama Pratu Makamu tewas dalam serbuan tersebut.

Pratu Makamu tertembak di bagian paha sebelah kiri.

Sedianya dia akan dievakuasi ke Timika guna mendapatkan pertolongan medis, pada Jumat kemarin.

Namun karena terkendala cuaca, evakuasi tidak bisa dilaksanakan.

Korban akhirnya meninggal dunia, sekitar pukul 15.50 WIT, karena mengalami pendarahan serius.

Saat ini jenazah Pratu Makamu masih disemayamkan di Yambi untuk menunggu evakuasi ke Timika yang rencananya akan dilaksanakan Sabtu ini.

"Sementara itu, situasi di Distrik Yambi Puncak Jaya, kondusif aktifitas masyarakat tetap berjalan secara normal, pasukan TNI melaksanakan siaga sambil menghimpun informasi tentang kedudukan KKSB," pungkas Aidi.

Baku tembak antara TNI dengan KKB Papua ini bukan pertama kalinya terjadi

Sebelumnya, baku tembak TNI dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua terjadi di Kampung Gigobak, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, Papua, Rabu (9/1/2019) sekitar pukul 08.55 WIT.

Baku tembak TNI dengan KKB Papua di Sinak ini menyebabkan 1 anggota KKB tewas dan 1 anggota TNI terluka

Dilansir dari Kompas.com, baku tembak TNI dengan KKB Papua di Sinak ini terjadi saat TNI tengah menuju Bandara Sinak guna mengambil logistik.

Namun, di dalam perjalanan mereka ditembaki sekolompok KKB pimpinan Lerymayu Telenggen.

Prajurit TNI kemudian melakukan perlawanan dengan membalas tembakan sehingga terjadi kontak tembak.

"Pasukan TNI berhasil memukul mundur KKSB hingga melarikan diri masuk hutan," kata Kapendam 17 Cenderawasih Kolonel Inf M Aidi dalam keterangan tertulisnya, Rabu (9/1/2019).

Saat dilakukan pengejaran ditemukan satu orang anggota KKB tewas tertembak.

Belum diketahui identitasnya karena tidak memiliki kartu pengenal.

Namun dari tas noken yang dibawah terdapat bendera bintang kejora dan telepon seluler.

Baku tembak itu juga juga melukai seorang prajurit TNI bernama Praka Subhan Razak yang bertugas sebagai sopir.

Korban menderita luka tembak di betis. Korban dari TNI telah dievakuasi ke RSUD Timika menggunakan Hely Bell guna mendapatkan perwatan medis.

Saat ini kondisi korban dalam keadaan stabil.

"Sedangkan korban KKSB telah diserahkan kepada kepala kampung setempat untuk pengurusan jenazah," kata Aidi.

Diberitakan sebelumnya, sudah ada tiga anggota KKB tewas dalam baku tembak dengan tim gabungan TNI-Polri

Kabar tewasnya tiga anggota KKB ini dibenarkan oleh Wakapendam XVII/ Cendrawasih Letkol (Inf) Dax Sianturi.

Melansir dari kanal YouTube Kompas TV, Wakamendam XVII/ Cendrawasih memastikan bahwa ketiga anggota KKB itu ditembak dalam operasi pencarian dan pengejaran KKB

Namun, tiga jenazah anggota KKSB itu tidak ditemukan karena dibawa oleh anggota KKB lainnya.

"Separatis yang tewas dalam kontak senjata dengan prajurit gabungan TNI - Polri adalah sejumlah tiga orang.

Ini terjadi pada saat, satu orang pada saat proses evakuasi korban selamat, kemudian dua orang tewas pada saat baku tembak dengan aparat yang sedang melakukan penyisiran di area Puncak Kabo." jelasnya.

Letkol (Inf) Dax Sianturi juga mengatakan bahwa hal ini membantah adanya kabar tentang jatuhnya korban sipil saat penyisiran.

"Ini juga membantah adanya informasi yang mengatakan bahwa telah jatuh korban sipil selama penyisiran" pungkasnya.

Hingga saat ini, tim gabungan TNI dan Polri masih melakukan pengejaran KKB di sekitar Distrik Tigi, Papua.

Berikut video selengkapnya:

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

IKUTI FANSPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:

Berita Terkini