Perwira Kopassus Berdoa, Minum 'Air Aneh Suguhan Warga Sambil Tahan Napas karena Rasa Hormat

Editor: Duanto AS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kopassus

Bukan teh atau kopi yang disuguhkan, melainkan air aneh. Perwira Kopassus ini kaget namun mampu menguasai diri. Dia berdoa, meminumnya sambil menahan napas.

TRIBUNJAMBI.COM - Meski dilatih untuk ganas di medan pertempuran, anggota Kopassus dikenal jago mengambil hati masyarakat.

Cara itu dilakukan di mana saja Kopassus bertugas, termasuk saat menjadi pasukan perdamaian di negeri-negeri konflik.

Mengambil hati masyarakat merupakan satu di antara strategi yang dipelajari dalam latihan.

Cara ini sangat efektif. Satu di antaranya yang dikisahkan perwira Kopassus yang ditugaskan di Sudan pada 2006, Mayor Umar.

Nukilan dari Buku Kopassus untuk Indonesia karya Iwan Santosa dan EA Natanegara, mengisahkan saat itu Mayor Umar ditugaskan di Sudan.

Sudan merupakan negara yang dilanda perang saudara berkepanjangan.

Negeri ini hancur karena perang saudara dan keamanan menjadi satu di antara permasalahan.Hampir setiap hari terjadi kekerasan, pemerkosaan dan pembunuhan.

Rakyat merasa khawatir dan terancam keselamatannya saat pergi keluar rumah.

Mereka memilih untuk berada di dalam rumah dan tak beraktivitas di luar karena ancaman kekerasan sewaktu-waktu bisa terjadi.

Baca Juga:

 Denjaka Kopaska Kopassus Meluncur di Laut, Perompak Somalia Tak Bekutik Minta Ampun

 TRIBUNWIKI - Daftar Nama Gubernur Jambi dari 1957-Sekarang, Ada yang Bapak Anak

 Mengenal Seni Shadowology - Perpaduan Gambar dan Bayangan yang Butuh Imajinasi Tinggi

 Jadwal All England 2019, Pebulu Tangkis Indonesia Berlaga di Turnamen Legendaris

 Harta Karun Emas Soekarno di Sungai Batanghari, Ternyata Ini Asal Emas yang Terlarut di Aliran Air

Akibatnya, sekedar butuh kayu bakar untuk memasak pun tak ada yang berani mencarinya ke pinggiran hutan.

Umar pun pernah satu kali menyambangi rumah warga, Sudan yang warganya mayoritas muslim memang mudah didekati oleh orang Indonesia yang mayoritas muslim.

Kunjungan tersebut disambut dengan tangan terbuka oleh masyarakat Sudan.

Namun karena tak memiliki apapun untuk disuguhkan, warga mengambil air minum yang disuguhkan untuk Umar.

Saat melihat kondisi airnya, Umar kaget, warnanya keruh dan yang membuatnya kaget air tersebut diambil dari wadah yang sama untuk memberi minum kuda.

Di negeri yang berada di benua Afrika dan sedang bertikai air menjadi satu diantara sumber daya yang susah untuk dicari.

Komando Pasukan Khusus (Kopassus) (net)

Saking ingin menghormati tamunya, warga memberikan satu-satunya hal berharga yang mereka miliki, yakni air.

Karena tak ingin mengecewakan tuan rumah, sambil menahan nafas ia pun terpaksa meminumnya.

Tapi di kali berikutnya, dia punya trik agar terhindar dari penghormatan yang amat berisiko menimbulkan sakit perut tersebut.

Belajar dari pengalaman tersebut Umar pun kemudian mempunyai trik untuk menolak secara halus setiap kali Ia berkunjung ke rumah warga dan disuguhi hal yang serupa.

Setiap kali disuguhi air minum seperti ini, akhirnya Umar menolaknya dengan mengaku sedang berpuasa.

30 Kopassus vs 3.000 pemberontak

Kopassus sebagai unsur TNI pernah menjalankan misi yang dianggap mustahil oleh seluruh angkatan bersenjata di dunia.

Kejadiannya berawal pada 1962 di negara Kongo yang waktu itu sedang bergejolak.

TNI kembali diminta oleh United Nations/Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk kembali mengirim pasukan perdamaian ke Kongo.

Di bawah pimpinan Letjen TNI Kemal Idris, pasukan perdamaian indonesia tersebut diberi nama Kontingen Garuda III (Konga III) yang anggotanya diambil dari Batalyon 531 Raiders, satuan-satuan Kodam II Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur tempur lainnya termasuk Kopassus yang waktu itu masih bernama Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat ( RPKAD).

Ilustrasi: Satu diantara Pasukan Garuda yang ditugaskan TNI sebagai pasukan perdamaian ()

Konga III berangkat dengan pesawat pada bulan Desember 1962 dan akan bertugas di Albertville, Kongo selama delapan bulan di bawah naungan UNOC (United Nations Operation in the Congo).

Daerah yang menjadi medan operasi pasukan Garuda terkenal sangat berbahaya.

Di situ terdapat kelompok-kelompok milisi atau pemberontak pimpinan Moises Tsommbe yang berusaha untuk merebut daerah tersebut karena kaya akan sumber daya mineral.

Kisah heroik Kopassus

Kopassus Garuda 3 di tahun 1961 sebelumnya melakukan aksi heroik di Kongo. Hubungan interaksi antara pasukan Konga III dengan pasukan perdamaian negara lain terjalin sangat erat.

Mereka terdiri dari pasukan perdamaian Filipina, India dan bahkan dari Malaysia yang pada tahun 1962 Indonesia sedang gencar-gencarnya menyerukan konfrontasi Ganyang Malaysia dikobarkan, tapi di bawah bendera PBB sikap tersebut hilang karena profesionalitas personel Konga III.

Kontingen pasukan perdamaian India merupakan yang terbesar dan terbanyak jumlahnya di UNOC dan terorganisir dengan baik, sedangkan pasukan Garuda hanya berkekuatan kecil akan tetapi mampu melakukan taktik perang gerilya dengan baik.

Bukan hanya soal perang melulu, Konga III juga mengajarkan masyarakat setempat untuk mengolah berbagai macam tumbuhan yang berada di sekitar mereka untuk dijadikan makanan, seperti cara mengolah daun singkong sehingga enak dimakan.

Suatu hari, terjadi serangan mendadak di markas Konga III yang dilakukan oleh pemberontak yang diperkirakan berkekuatan 2000 orang.

 Lihat Pusar mu, Bisa Prediksi Kepribadian Dari Bentuk Pusar

 Bismillah Aku Menerima Lamaranmu @reinobarack Postingan Pertama Instagram Syahrini

 Kado Paris Hilton untuk Syahrini Bikin Heboh, Ternyata Tahu Seluk Beluk Asmara Princess dan Reino

Markas Konga III dikepung oleh para pemberontak tersebut.

Tembak menembak terjadi dari jam 24.00 malam hingga dini hari,.

Tidak ada pasukan Garuda yang meninggal pada kejadian itu, hanya beberapa luka ringan dan segera ditangani oleh tim medis.

Sedangkan para pemberontak setelah melakukan serangan itu langsung mundur ke wilayah gurun pasir yang gersang.

Tak mau berdiam diri saja, seluruh pasukan perdamaian di Kongo dari semua negara peserta langsung melakukan rapat koordinasi untuk melakukan pengejaran terhadap gerombolan pemberontak.

Hasilnya, dibentuk tim berkekuatan 30 orang yang berasal dari RPKAD/Koppasus untuk melakukan pengejaran hingga ke markas pemberontak sekalipun.

Raut wajah bersemangat tinggi berkobar di tiap-tiap personel prajurit RPKAD yang terpilih untuk melakukan pengejaran itu.

Iringan doa dari semua pasukan perdamaian menyertai ke 30 prajurit itu karena mereka akan berada di wilayah yang disebut "no man’s land" alias wilayah tak bertuan.

Itu merupakan daerah terlarang bagi pasukan PBB, karena di kawasan itu pasukan dari india pernah ditembaki sampai habis tak bersisa.

Sat-81 Kopassus (Kaskus)

Ke 30 pasukan RPKAD yang menyusup ke sarang pemberontak itu dipimpin seorang kapten dan 5 orang letnan.

Mereka menyamar layaknya penduduk setempat. Badan dan wajah digosok arang sehingga hitam menyerupai kulit penduduk setempat, ada juga personel yang berpakaian layaknya wanita membawa bakul sayuran.

Menurut informasi, pemberontak berkekuatan 3.000 orang bersenjata lengkap termasuk kendaraan lapis baja.

Personel RPKAD yang menyusup itu juga mendengar informasi bahwa penduduk setempat termasuk pemberontak sangat takut dengan apa yang dinamakan Hantu Putih.

Hantu Putih yaitu sosok berpakaian putih berbau bawang putih.

Hal ini dimanfaatkan personel RPKAD, dengan mengubah penampilan penyamaran. Mereka menggunakan jubah putih yang mengembang apabila ditiup angin.

Isyarat serangan diberikan oleh komandan pada saat waktu menunjukkan jam 24.00 malam.

Dengan sangat cepat para personel RPKAD yang menyerang menggunakan kapal yang dicat hitam-hitam menyerang melintasi danau Tanganyika yang tidak berada jauh dari "no man’s land".

Personel RPKAD yang sudah menyamar menjadi "Hantu Putih" ini atau yang dikenal oleh masyarakat setempat Spiritesses berhamburan keluar dari kapal. Mereka langsung menyerang para pemberontak.

Pemberontak yang kaget dan memercayai yang dihadapi adalah hantu, langsung hilang semangat dan ketakutan kocar-kacir.

Bahkan ada seorang pemberontak yang sedang membakar ayam, karena kaget, langsung melempar ayam dan mengenai seorang anggota RPKAD.

Selang 30 menit, pemberontak sekaligus keluarganya menyerah dan markasnya dapat dikuasai.

Puluhan anggota pemberontak tewas. Di RPKAD hanya satu orang yang cedera terkena pecahan proyektil granat.

Hasil ini langsung diinformasikan yang selanjutnya kontingen pasukan perdamaian yang lain datang untuk mengamankan daerah tersebut.

Sejak saat itu, anggota Kontingen Garuda III dikenal oleh orang-orang Kongo dengan julukan Les Spiritesses/Hantu Putih,.

Bisa dibayangkan, hanya dengan 30 orang RPKAD berhasil menawan 3.000 orang pemberontak bersenjata lengkap.

Hasil gilang gemilang ini bahkan mendapat pujian dari komandan UNOC letnan Kadebe Ngeso dari Ethopia, ia mengatakan bangga dengan dan takjub atas keberhasilan ke 30 anggota RPKAD Kontingen Garuda III dalam misi yang dianggap mustahil itu.

Sampai sekarang misi yang dilakukan oleh ke 30 anggota RPKAD itu masih menjadi legenda di Misi Pasukan Perdamaian PBB seluruh dunia.

Tentang Kopassus:

  • Pendirian aktif: 16 April-sekarang
  • TNI: Angkatan Darat
  • Tipe: Pasukan Khusus
  • Kemampuan spesialisasi: Anti-gerilya, operasi pengintaian khusus, peperangan unkonvensional, intelijen sabotase, anti-teror
  • Jumlah personel: dirahasiakan
  • Grup: terbagi 5 grup dengan spesialisasi masing-masing

Kisah militer dan pasukan elite tni dapat dibaca di Tribunjambi.com.

IKUTI KAMI DI IG

 Harta Karun Emas Soekarno di Sungai Batanghari, Ternyata Ini Asal Emas yang Terlarut di Aliran Air

 KPK Panggil 13 Kepala Daerah di Jambi, Pemeriksaan Besar-besaran Harta Kekayaan Bupati-Wali Kota

 Gambar Bayi Pegang Kunci, Ramalan Masa Depan Luna Maya Tiba-tiba Menghangat, Ini Artinya

 Kemaluan Istri Dipegang Saudara Ipar saat akan Mandi, Suami Tebas Tangan Pelaku hingga Putus

Berita Terkini