Baru pukul 14.00, Siat Moy dan perwira intelijen Kodim Mempawah memastikan Ah San ada di pondok. Tim kembali dilingkupi kegembiraan.
Dengan kecepatan kuning, mereka terus merayap mendekati sasaran, hingga akhirnya dari jarak 200 meter terlihatlah pondok kayu.
Itulah rumah persembunyian Ah San.
Tiba-tiba, anjing-anjing penjaga pondok tersebut berloncatan ke arah tim Halilintar sambil mengonggong keras.
Hendro segera meneriakkan komando. "Serbuuuuu," katanya sambil lari sekencang-kencangnya ke arah pondok.
"Abdullah alias Pelda Kongsenlani mendahului saya lima detik untuk tiba di sasaran. Dia mendobrak pintu dengan tendangan mae-geri dan langsung masuk. Saya mendobrak jendela dan meloncat masuk," tutur Hendro.
Duel Hendro vs Ah San
Hendro berteriak pada Ah San. "Menyerahlah Siauw Ah San, kami bukan mau membunuhmu."
Tapi Ah San enggan menyerah.
Dia menyabet perut Kongsenlani menggunakan bayonet hingga usus prajurit itu terburai.
Hendropriyono menyuruh anak buahnya keluar pondok. Dia sendiri bertarung satu lawan satu dengan Ah San.
"Dengan sigap, saya lemparkan pisau komando ke tubuh Ah San. Tapi tidak menancap telak, hanya mengena ringan di dada kanannya," kata Hendro menggambarkan peristiwa menegangkan itu.
Kini, Hendro tanpa senjata harus menghadapi Ah San yang bersenjatakan bayonet.
Memang ada senjata yang ditaruh di belakang tubuh Hendro, tapi mengambil senjata dalam keadaan duel seperti ini butuh beberapa detik.
Hendro takut Ah San keburu menusuknya. Hendro lalu melompat dan menendang dada Ah San.