"Inilah ke depan akan menjadi bahan pemikiran dinas terkait untuk bisa dikemas dan dijual sedemikian rupa, terutama untuk bahan obat. Karena informasi yan kami terima dari hasil uji laboratorium kadar yodiumnya jauh lebih baik dari garam biasa," ungkapnya
Disamping itu juga, Air garam Gunung Inum Tinggi sangat potensi dikembangkan menjadi objek wisata.
Dengan tingginya minat wisatawan yang berkunjung, masyarakat Batang Asai Kabupaten Sarolangun terus berupaya menampilkan destinasi wisata lokal yang mampu menjadi magnet bagi wisatawan.
"Sekarangkan masyarakat kita memang dimanjakan dengan wisata alam diseluruh wilayah baik itu di jambi maupun di sarolangun. Untuk Air garam inum ini sedikit memiliki keunikan dan kami dari dinasparpora akan memperjuangkan dan akan memenuhi prasarana yang memang bisa menunjang prawisita ini lebih baik,"Katanya.
Sudah Ada Sejak Tahun 1445
Hal unik terjadi di Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.
Masyarakat menemukan adanya sumber air yang terasa asin padahal lokasinya di atas gunung.
Lokasi sumber air asin tersebut berada di Kecamatan Batang Asai, Kabupaten, Sarolangun.
Air asin di atas gunung tersebut merupakan satu diantara keunikan Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki oleh Kecamatan Batang Asai.
Oleh masyarakat setempat gunung tempat sumber air asin tersebut disebut Gunung Inum Tinggi.
Ternyata, Air gunung yang asin itu telah dimanfaatkan oleh warga sekitar sejak lama sebagai garam maupun keperluan lain.
Baca: Jadwal Sepak Bola Hari Ini, Timnas U-22 Indonesia Vs Vietnam di Piala AFF U22 2019 Sore Ini
Baca: Jalan Tertimbun Longsor di Bukit Bulan Sarolangun Belum Ditangani, Alat Berat Tak Bisa Masuk
Baca: Tes Kepribadian Berdasarkan Urutan Lahir, Anak Pertama Atau Bungsu, Dari Tanggal Dan Bulan
Pemanfaatan air gunung inum (asin) juga menjadi Wisata Air Garam Gunung Inum Tinggi yang berlokasi di desa Sungai Keradak Kecamatan Batang Asai.
Uniknya, masyarakat menilai air garam gunung inum tinggi membuktikan bahwa garam tidak dilaut saja, melainkan ada di gunung, dan hal itu sangat menakjubkan.
Karena selama ini masyarakat umum hanya mengenal air garam hanya terdapat di laut saja.
Diakui oleh Sahari kepala desa sungai keradak mengatakan, air asin yang bisa dikelola menjadi garam di temukan sudah lama semenjak tahun 1445 oleh Leluhur (Nenek moyang), dan sudah digunakan beberapa kabupaten diantaranya Merangin, Rawas dan Bengkulu, akan tetapi setelah datangnya air garam dari laut msyarakat lebih memilih garam laut karena sudah banyak dijual di toko.