TRIBUNJAMBI.COM--Pertempuran antara Israel dan Arab (Perang Enam Hari/Six Day War) meletus pada 5 Juni 1967) setelah pesawat-pesawat tempur Angkatan Udara Israel berhasil menyerbu Mesir.
Kehadiran pesawat-pesawat Israel itu sebenarnya terdektesi oleh radar Yordania namun ketika Mesir diberi tahu, transmisi berita penting itu tak pernah sampai.
Tapi bagi Yordania serbuan pesawat tempur Israel menuju Mesir berarti tanda dimulainya peperangan.
Pecah di perbatasan Israel dengan Yordania dan Suriah, Perang Enam Hari terutama melibatkan pasukan darat.
Meski begitu dukungan udara juga digunakan.
Alih-alih menyerangpada waktu fajar, Chel Ha'Avir (Angkatan Udara Israel) memutuskan untuk menunggu selama beberapa jam hingga pukul 07.45.
Di pangkalan udara demi pangkalan udara, Operasi Moked dilaksanakan dengn ketepatan yang luar biasa.
Selama perang, pesawat-pesawat Chel Ha'Avir terlibat dalam lusinan pertempuran udara dengan sisa-sisa pesawat tempur Arab.
Banyak pertempuran dilakukan di atas lapangan-lapangan terbang selama serangan udara awal, dan dogfight berlangsung setiap hari selama perang.
Keberhasilan serangan pendahuluan Chel Ha'Avir yang sebabkan hancurnya kekuatan udara Mesir, Yordania, dan Suriah telah mengganggu rencana perang musuh.
Angkatan Udara Israel telah menerbangkan 3.279 sortie pemburu-pembom selama perang.
Dilaporkan bahwa 469 pesawat terbang Arab dihancurkan selama perang: 391 di darat, 60 dalam duel udara, 3 ditembak jatuh oleh tembakan penangkis serangan udara Israel, dan 15 lainnya hilang karena kehabisan bahan bakar atau jatuh ke darat.
Namun, untuk akhirnya memperoleh kemenangan dan juga meraih supremasi udara di Timur Tengah itu, Chel Ha'Avir mengaku kehilangan 46 pesawat terbang dan 23 lainyya mengalami kerusakan berat.
Korban awak udara termasuk 24 pilot yang terbunuh, 18 orang terluka, dan tujuh ditawan.
Selama enam hari peperangan, lebih dari 20 persen pesawat garis depannya telah hancur dan 8,4 persen pilotnya terbunuh.