Kenapa Ada Orang yang Tertarik Melakukan 'Jihad dengan Kekerasan'?
Kelompok yang menamakan diri Negara Islam (ISIS) telah kehilangan "kekhalifahan" yang berumur pendek di Timur Tengah.
Ratusan, mungkin ribuan, calon jihadis menjadi bingung dan ingin pulang ke negara asal meskipun terdapat ketakutan akan ditangkap dan dipenjara.
Tetapi kekhawatiran bahwa mereka akan melanjutkan tindak kekerasan tidak menghilang.
Baca: 13 Taruna Akpol Dikeluarkan dari Akademi, Kasus Penganiayaan Adik kelas Hingga Tewas
Baca: Keok dalam Perang Vietnam, AS Buang Puluhan Helikopter ke Laut: Ekonomi AS Bangkrut
Baca: Pamer Cincin Tunangan, Ini Sosok Pria Bule Kekasih Rina Nose, Rekan Sesama Artis Ramai Beri Selamat
Serangan hotel di Nairobi, Kenya, dua minggu lalu oleh kelompok militan al-Shabab pendukung al-Qaida mengingatkan kembali banyak orang tentang berbagai hal.
Banyak wilayah Afrika barat laut sekarang peka terhadap serangan kelompok garis keras di Somalia, Yaman dan Afghanistan.
Jadi apa yang membuat orang tertarik melakukan "jihad dengan kekerasan"?
Tekanan masyarakat
Keputusan untuk meninggalkan kehidupan biasa dengan meninggalkan keluarga dan orang-orang tercinta merupakan sesuatu yang berat.
Para perekrut "jihad dengan kekerasan" akan memainkan pemikiran mereka menjadi korban, pengorbanan dan usaha mencapai sesuatu yang lebih tinggi demi agama.
Selama hampir 20 tahun internet dibanjiri berbagai video propaganda mengerikan, sebagian memperlihatkan penderitaan Muslim di berbagai tempat di dunia, yang lainnya menunjukkan serangan balas dendam dan hukuman terhadap orang-orang yang dipandang sebagai musuh.
Hal ini untuk mencapai dua tujuan.
Pertama, untuk membangkitkan simpati dan bahkan rasa malu orang-orang yang menonton dengan nyaman di rumah mereka lewat komputer jinjing sementara "saudara laki-laki dan perempuan mereka dibunuh" di Suriah, Chechnya atau wilayah Palestina, misalnya.
Kedua, video balas dendam terutama menarik perhatian orang-orang bersifat sadis, sering kali yang telah tercatat sebagai penjahat.
Tekanan masyarakat sekitar dapat menjadi pemicu, yang membuat seseorang yang tadinya hanya sekadar marah dengan berbagai kejadian dunia menjadi pelaku kekerasan.