TRIBUNJAMBI.COM - Keberadaan ojek online (ojol) kian mudah ditemui seiring semakin meningkatnya kebutuhan angkutan berbasis aplikasi di Indonesia. Ojol kian diminati, karena membantu angkutan manusia, hingga barang dalam waktu singkat dan lebih ramah di kantong.
Tinggal klik aplikasi di ponsel, penumpang bisa diantarkan kemana saja dan kapan saja.
Tapi ada aplikasi lain yang juga memudahkan masyarakat, yakni Go Food.
Baca: Ojol Perempuan Kulit Putih Rambut Panjang, Penumpang Nakal Duduk Mepet-mepet ke Depan, Kapok
Baca: Cerita Ira Marcellia, Driver Ojol yang Sering Dapat Penumpang Nakal dan Sampai Ada yang Ngajak Nikah
Baca: Pengendara Ojol Terkaget-kaget, Tiba-tiba Penerjun Tempur Marinir Mendarat di Boncengan Motornya
Enggak jarang pengojek online beristirahat di tempat yang enggak diduga saking lelahnya.
Seperti foto yang diunggah akun Instagram @gojek24jam berikut ini.
Baca: 9.600 Hektare Sawit di Bungo Butuh Peremajaan, Bupati Luncurkan Program Replanting BDPKS
Baca: Di ILC Fadli Zon Diminta Berhenti Bacakan Puisi Ahmad Dhani Oleh Karni Ilyas, Akbar Faisal Tertawa
Baca: Apa Kabar Titi Wati, Wanita Tergemuk Dengan Berat Badan 220 kg, Sempat Operasi Lambung
Seorang pengojek online yang akan mengantarkan pesanan (Go Food) nampak beristirahat karena hujan deras.
Disaat menunggu hujan reda, si pengojek online ini nampak lelah dan ngantuk.
Sampai-sampai si pengojek online tertidur sambil berdiri dibawah halte Busway.
Kepalanya bersandar ke tiang besar biar enggak terjatuh.
Baca: Apa Kabar Titi Wati, Wanita Tergemuk Dengan Berat Badan 220 kg, Sempat Operasi Lambung
Baca: VIDEO: Viral! Mobil Parkir Sembarangan, Pemilik Lompat Pagar dan Ajak Berkelahi Petugas Dishub
Baca: IMLEK 2019 - Sajian Rebung Cah Daging Merica Hitam Goyang Lidah Bersama Keluarga
Badannya nampak lemas dengan tas besar yang masih terpasang di pundaknya.
Kejadian ini berlangsung di daerah Buaran, Klender Jakarta Timur pada Senin (28/1/2019) lalu.
Tanggung jawab yang berat dan besar akan pesanan konsumen.
Baca: Update Terbaru Wanita Penderita Obesitas Titi Wati, Sudah Bisa Duduk dan Berdiri, Turun Berapa Kg?
Baca: Nyali Pak Harto Ciut Disebut Calon Istrinya Bu Tien yang Berdarah Ningrat: Kisahnya Selengkapnya
Baca: Selebgram Reva Alexa Nyabu Bersama Model Majalah Remaja, Ditangkap di Rumahnya
Biar bagaimanapun, tanggung jawab di atas segalanya dan salut melihat perjuangan bapak pengojek online ini.
Semoga selalu diberikan kesehatan dan banyak rejekinya.
Curhat ke Jokowi
Seorang pengemudi ojek online bernama Heri justru beruntung dapat curhat kepada Presiden Joko Widodo mengenai tarif per kilometer yang dinilai terlalu rendah.
Cerita tersebut dilansir dari Tribunjateng.com melalui Kompas,com, saat Heri saat maju ke panggung pada acara Silaturahim Pengemudi Transportasi Online, di JI-Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (12/1/2019).
Ada lima pengemudi transportasi online yang ditunjuk ke atas panggung.
Saat Jokowi memberikan kesempatan untuk memperkenalkan diri, Heri tidak hanya sekadar memperkenalkan diri.
Ia langsung "tancap gas" mengeluarkan uneg-unegnya.
"Nama saya Heri, dari komunitas Jakarta Barat. Saya mau mengeluhkan soal harga tarif Pak...," kata Heri.
Mendengar pernyataan itu, Presiden langsung memotong curhat Heri.
"Saya belum tanya, sudah ngomong keluhan kami saja..." kata Jokowi.
Sekitar 2.000 pengemudi transportasi tertawa mendengar kelakar Jokowi.
Jokowi kemudian mempersilakan Heri meneruskan curhatnya.
"Nah ini baru, silakan dilanjutkan," kata Jokowi.
Heri mengungkapkan bahwa tarif per kilometer yang telah ditetapkan aplikator terlalu rendah bagi para pengemudi transportasi online.
"Masak 5 kilometer, Rp 8.000, Pak. Ya bagaimana caranya lah supaya naik lagi," kata Heri.
Mendengar curhatan Heri, peserta acara bersorak sorai.
"Ya enggak apa-apa, namanya kan curhat," kata Presiden.
Jokowi mengatakan, ia bisa mengerti persoalan itu. Menurut Jokowi, perusahaan aplikator menetapkan tarif per kilometer didasarkan pada banyak pertimbangan.
"Kalau penentuannya keliru, terlalu mahal, bisa terjadi ya perusahaan itu tutup. Makanya hati-hati. Perusahaan juga punya kalkulasi," ujar dia.
"Misalnya ya, ini misalnya saja. Saya minta (tarif per km) itu Rp 9.000 atau Rp 12.000. Kemudian dipaksakan oleh perusahaan, tapi kemudian sekian tahun tidak efektif karena kalah persaingan, apa gunanya?" lanjut dia