Hubungan antar pengusaha dagang asal Belanda dan Cina kala itu, memang tak akur. Tragedi tersebut juga ditulis dalam buku "Geger Pacinan" yang ditulis Daradjadi pada 2013.
Meskipun sejarah setelah itu masih terkesan buram, nyatanya wihara bisa ditinggali oleh 18 biksu pada abad 18. Dalam sejarahnya, kelenteng juga sudah beberapa kali ganti nama. Dua di antara namanya, Kwan Im Teng dan Im Tek Le.
“Sejarahnya panjang. Orang mengenangnya hingga sekarang. Bukan cuma dari dalam negeri, melainkan mancanegara,” ujar Ketua Yayasan Wihara Dharma Bhakti Tan Adi Pranata ditemui Kompas.com, Kamis (26/1/2017).