Pantauan Tribunnews, suasana perbincangam mereka terbilang sangat cair dan hangat. Sesekali mereka bercerita tentang keluarga.
Selain itu, mereka cuka memperhatikan beberapa pajangan yang berada di dalam ruang meseum tersebut.
"Kayaknya patung bapak yang itu tidak berwarna coklat seperti sekarang,"
"Iya ya, sepertinya dulu berwarna agak keemasan. Kenapa sekarang jadi coklat ya,"
Di tengah canda dan perbincangan, sesekali mereka menyantap panganan rebusan singkong dan pisang rebus yang tersedia di atas meja.
"Ayoo silakan mas dimakan," ucap Indriah Ami Yani sembari menyodori singkong rebus.
Baca: Khamami Menutupi Tangannya yang Terborgol dengan Tas Warna Merah: Kisah OTT Bupati Mesuji
Saat mendengar tawaran tersebut, awak Tribunnews teringat kata pemandu museum, Apror yang mengatakan bahwa Jenderal Ahmad Yani semasa hidupnya lebih suka memakan panganan rebusan seperti singkong.
Bahkan, jatah beras yang diterima Jenderal Ahmad Yani selalu dibagikan kepada warga sekitar rumah yang membutuhkan.
"Bapak (Jenderal Ahmad Yani) lebih suka berkebun. Makannya beliau lebih suka pangan rebusan. Ya, sampai sekarang putra-putrinya juga lebih suka makan rebus-rebusan," ujar Apror.
Kembali kecerita penembakan dan penculikan Jenderal Ahmad Yani, Irawan Sura Eddy Yani atau biasa dikenal Edi Yani menceritakan dengan detail bagaimana peristiwa sang ayah ditembak oleh pasukan Tjakrabirawa.
Pasalnya, Eddy lah yang membangunkan sang Ayah bahwa ada tamu dari Tjakrabirawa yang akan menjemput menuju istana Presiden.
Baca: Kopassandi Akan Menangkan Prabowo-Sandi Lewat Pengajian
"Ini yang membuka pintu awalnya mbok Milah (Pembantu Rumah Jend. A. Yani). Awalnya pintu tertutup lalu mereka (pasukan Tjakrabirawa) ketok pintu, lalu dibukakan, mbok Milah bertanya 'ada apa?', 'Tolong bangunkan pak Yani' kata pasukan Tjakrabirawa," tutur Eddy.
"Kebetulan saya terbangun dan tepat berada di belakang Mbok Milah. Lalu mbok Milah menyuruh saya 'Den Eddy, Tolong bangunkan bapak. Lalu saya mendekat ke pasukan Tjakrabirawa. 'Tolong dibangunkan bapak, bapak disuruh menghadap Presiden,"
"Lalu saya bangunkan bapak, pada saat saya bangunkan bapak lagi tidur menyamping. 'Pak..pak.. ada Tjakrabirawa meminta bapak untuk segera ke Istana bertemu dengan Presiden,"
"Bapak sempat melontarkan kata-kata mengunakan bahasa Jawa 'Ono opo toh isuk-isuk Tjakrabirawa' gitu,"