Harimau Sumatera dalam Ancaman Serius, Populasi "Datuk" di TNKS Hanya Tersisa 136 Ekor Saja

Editor: ridwan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Peresmian Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera (PRHSD), Sabtu (29/7/2017) ditandai dengan pelepasan seekor Harimau Sumatera betina bernama Leony berusia 8 tahun dari kandang perawatan berukuran 54 m2 ke dalam kandang rehabilitasi berukuran 2.500 m2. (Dok Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan)

TRIBUNJAMBI.COM, BENGKULU - Populasi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang hidup di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) terus menurun.

Saat ini diperkirakan jumlahnya tinggal 136 ekor, atau turun dari 150 ekor pada 2007 lalu. Perburuan dan pembukaan lahan diketahui menjadi ancaman dan penyebab berkurangnya populasi binatang langka endemik Pulau Sumatera ini.

Itulah hasil penelitian Flora dan Fauna International (FFI) wilayah Sumatera. Penelitian tersebut dilakukan Flora Fauna International (FFI) bersama Balai Besar TNKS dan beberapa perguruan tinggi di tanah air dan internasional melalui Monitoring Harimau Sumatera (MHS).

Dari penelitian yang melibatkan Universitas Bengkulu, khususnya Agung Jurusan Kehutanan dan Biologi ini juga diketahui bahwa konflik antara manusia dengan harimau yang berujung pada pembunuhan binatang tersebut juga menjadi penyebab lain berkurangnya populasi.

Baca: Mengapa Abu Bakar Baasyir Batal Bebas? Ini Penyebab hingga Kata Staf Kepresidenan

Baca: Mantan Gubernur Jambi Terlihat di Muara Bungo, HBA: Mau ke Kuamang Kuning

Baca: Tewas Tergeletak di Area Parkir, Ternyata Mahasiswa Ini Terjun Bebas: Begini Kondisinya

"Dari penelitian terakhir, jumlah populasi saat ini tidak lebih dari 136 ekor dan ini termasuk 25 persen dari seluruh populasi Harimau Sumatera yang masih hidup. Pembukaan lahan dan konflik menjadi ancaman terbesar, kalau perburuan sudah berkurang," kata Debby Martin.

Faktor pemicu Debby mengatakan, perambahan areal hutan khususnya Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Lindung (HL) menjadi perkebunan, yang akhir- akhir ini semakin marak menjadi pemicu terjadinya konflik antara harimau dengan manusia.

Pembukaan lahan tersebut mengakibatkan berkurangnya wilayah jelajah harimau untuk mencari mangsanya sehingga harimau secara tidak sengaja memasuki perkebunan warga, pembukaan lahan juga memudahkan aksi perburuan terhadap Harimau Sumatera.

Baca: Tertawa itu Punya 5 Manfaat bagi Kesehatan, Salah Satunya Bantu Turunkan Berat Badan Lho

Baca: Ahok Dibebaskan 24 Januari, Dimana? Kemenkumham Minta Satu Hal Ini hingga Grup Band Ahok BTP

Baca: Sepi Penumpang, 3 Maskapai Batalkan Penerbangan Dari Bandara Hang Nadim Batam, Lengang Sejak Senin

"Baru-baru ini di Lebong Selatan Kabupaten Lebong, seekor harimau terlihat berada di kebun karet milik warga dan ini menimbulkan keresahan. Kita sudah melakukan penelusuran dan memastikan kondisi sudah aman sehingga harimau selamat, manusia juga selamat," kata perempuan berkebangsaan Inggris yang fasih berbahasa Indonesia ini.

Debby mengatakan, kasus konflik antara manusia dengan harimau yang ditangani timnya tidak kurang dari 20 kasus per tahun.

Baca: Balada Cinta Dian Nitami-Anjasmara: Benci Berujung Jatuh Cinta, Ini Kisahnya

Baca: Kronologi Perlawanan Pegawai Alfamart ke Perampok Bersenpi, Meluncur dari Lantai 3 Gedung

Baca: Dianggap Mampu, Kriteria Penerima KPM PKH Ini yang Dicoret

Ia mengatakan, hingga saat ini tim monitoring berhasil meminimalkan risiko sebab pada umumnya munculnya harimau di sekitar pemukiman penduduk tidak lain untuk mengincar hewan peliharaan penduduk untuk dijadikan mangsa.

Seorang staf FFI yang menjadi pimpinan program ini Agung Nugraha mengatakan, saat ini pihaknya melakukan survei transit Harimau Sumatera di empat provinsi yang wilayahnya masuk dalam kawasan TNKS (Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan).

Sejak 2004 lalu, tim monitoring memasang camera trap/perangkap kamera di 88 sampling area, dan berdasarkan survei deteksi sekitar 90 persen aktivitas Harimau Sumatera berada dalam kawasan hutankonservasi TNKS.

Baca: Kondisi Adik Vanessa Angel yang Jadi Korban Bully, Tak Berani Masuk Sekolah karena Diledek

Baca: Jokowi vs Prabowo di Debat Capres 2019 - Fahri Hamzah Kritik Pedas Sikap Keduanya

Baca: Bocah 12 Tahun Bunuh Pria 32 Tahun, Gas Motor Kencang-kencang di Hajatan Lalu Tega Tikam Korban

"Saat ini kita fokus di empat lokasi khususnya di wilayah Pesisir Selatan Sumatera Barat sampai ke Musi Rawas, Lubuk Linggau.

Area survei antara 4-40 km dari perbatasan ke dalam kawasan. Penelitian ini melibatkan mahasiswa dari Dice University of Kent Inggris, PHKA, BB TNKS termasuk mahasiswa Unib," jelas Alumnus Universitas Andalas ini. (ANT/WAH)

Berita Terkini