Kisah Pemakaman Presiden Soeharto Ada Bunyi Ledakan Aneh, hingga Cuaca Tidak Biasa

Editor: ridwan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi ---Soeharto saat Peristiwa G30S/PKI

TRIBUNJAMBI.COM - Buku 'Pak Harto, The Untold Stories'mengungkap perjalanan hidup mantan presiden RI Soeharto hingga akhir hayatnya.

Banyak hal yang selama ini misteri, terkuak di buku tersebut.

Meninggalnya Presiden RI Kedua Soeharto, bagi sebagian orang tentu meninggalkan duka yang mendalam.
Tidak terkecuali Sukirno yang merupakan juru kunci makam keluarga Soeharto di Astana Giribangun.

Sukirno sendiri memiliki pengalaman yang tak bisa dilupakannya saat menjadi saksi penggalian makam Soeharto tahun 2008 silam.

Itu seperti yang diceritakannya pada buku tersebut.

Dalam buku itu, sebelum menggali makam Soeharto, sejumlah persiapan pun telah dilakukannya.

Di antaranya mengadakan rapat yang dihadiri oleh Rina yang saat itu menjadi Bupati Karanganyar, Muspida, serta mantan Bupati Wonogiri, Begug Purnomosidi.

Menurut Sukirno, penggalian itu dilakukan pada hari Minggu Wage.

Cuaca di sekitar istana dirasanya sangat redup.

Padahal, saat itu hari masih siang. Soeharto dan keluarga

"Matahari entah bersembunyi di mana tetapi udara tidak terasa panas seperti kalau cuaca sedang mendung. Juga tidak ada awan. Sama sekali tidak ada tanda-tanda akan hujan atau gerimis," kata Sukirno dalam buku itu.
Pukul 15.30 WIB, mereka pun duduk mengelilingi tanah makam yang akan digali.

Tidak hanya itu, upacara Bedah Bumi juga mereka laksanakan.

Mereka juga berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing.

"Upacara kecil itu merupakan permohonan izin kepada Tuhan yang Maha Kuasa, agar arwah Bapak HM Soeharto yang sangat kami cintai dikaruniai tempat yang terbaik. Kami juga meminta kepada Tuhan agar pekerjaan kami lancar dan selamat," ujar Sukirno.

Usai berdoa, penggalian pun dilakukan. Awalnya, tak ada yang aneh pada penggalian makam tersebut.
Hujaman linggis yang pertama, dan kedua masih berjalan normal.

Halaman
123

Berita Terkini