Kisah Kopassus Bersama Prabowo Subianto Buru OPM Penculik Tim Peneliti Lorentz di Operasi Mapenduma
TRIBUNJAMBI.COM - Tragedi pembunuhan belasan pekerja PT Istaka Karya di proyek Jalan Trans Papua di Kabupaten Nduga, Papua, pada 2 Desember 2018 lalu telah melambungkan nama Egianus Kogoya.
Sosok yang mengaku sebagai Panglima Kodap II Ndugama, Papua itu bertanggung jawab atas pembantaian tersebut.
Atas perbuatannya itu, Nama Egianus Kogoya menjadi sangat viral.
Jika tidak percaya, klik nama itu di mesin pencari Google dan Anda akan menemukan sekitar 1.330.000 link yang berkaitan dengannya.
Baca Juga:
KKB Papua Merengek Minta Bantuan ke PBB, TNI Ungkap Fakta dari Fitnah Kelompok Egianus Kogeya
Sama Kejamnya! Ayah Panglima KKB, Egianus Kogeya Pernah Diburu Prabowo Subianto Bersama Kopassus
Tongkat Komando Jatuh ke Tangan Anaknya, ini Rekam Jejak Kekejaman Ayah Panglima KKB, Egianus Kogeya
Sebagian besar link itu berkaitan dengan keterlibatan Egianus Kogoya dalam pembantaian para pekerja PT Istaka Karya yang dipicu oleh pengambilan foto itu.
Pembantaian tersebut diduga dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang ada di bawah komando Egianus Kogoya.
Mungkin tak banyak yang tahu bahwa Egianus Kogoya adalah putra Daniel Kogoya, tokoh pro-kemerdekaan Papua.
Sekitar dua tahun yang tahu Daniel meninggal dan tongkat komando berpindah ke tangan Egianus, anaknya.
Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian, seperti dilaporkan Majalah TEMPO edisi 10-16 Desember 2018, mengatakan, Daniel Kogoya ikut menculik 26 peneliti Tim Eskpedisi Lorentz pada 1996 lalu.
Penculikan itu sendiri dipimpin oleh tokoh Organisasi Papua Merdeka (OPM), Kelly Kwalik, yang tewas pada 2009 lalu.
Terkait penyanderaan Tim Lorentz ’96 dan bagaimana mereka diselamatkan, Intisari pernah mengulasnya secara khusus.
Tim Lorentz ’95 dibentuk di Jakarta berdasarkan kerjasama antara Biological Science Club (BSsC) dari Indonesia dan Emmanuel College, Cambridge University.
Lembaga BSsC merupakan organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) independen yang didirikan pada 7 September 1969 oleh sekelompok mahasiswa ilmu Biologi Universitas Nasional (UNAS), Jakarta.
Baca Juga:
Buaya Terkam Bocah SD di Belakang Rumahnya, Sang Ayah Coba Lakukan Perlawanan, Tapi Sia-sia
Melihat Mewahnya Pernikahan Kedua Furry Setya Mas Pur Tukang Ojek Pengkolan Dengan Dwinda Ratna
Sambut Natal dan Tahun Baru, Tiket Pesawat Diberi Casback Rp 200 Ribu, 9 Maskapai Tambah Penerbangan
Tujuan ekspedisi ini adalah untuk melakukan penelitian terhadap beragam flora dan fauna di Desa Mapenduma, Kecamatan Tiom, Kabupaten Jawawijaya, Irian Jaya—sebelumnya bernama Irian Barat dan sekarang jadi Papua.