Operasi pengamanan tersebut dinamai Althorpe dan Shalstone.
Baca: Ada Pengalihan Anggaran yang Tak Bisa Digunakan, Pembahasan APBDP 2018 Pemkot Jambi
Baca: Bermodus Iming-imingi Uang dan HP, Gadis Ini Disekap dan Dirudapaksa Pria 50 Tahun
Begg kemudian meminta konsolidasi kekuatan untuk merencanakan operasi Althorpe.
Begg lantas mendatangkan satu skuadron pembom ringan Canberra, satu skuadron pesawat jet Gloster Javelin dan beberapa pembom berat V-Bomber RAF.
Ditambah dengan kapal induk HMS Centaur yang membawa jet tempur Sea Vixen dan Bucaneer.
Dirasa belum cukup maka pihak Inggris menambahkan pesawat Intai maritim untuk suksesnya operasi.
Althorpe akan dilaksanakan untuk jaga-jaga jika kekuatan perang Indonesia menyerbu HMS Victorious dan melakukan tindak balas dengan melumpuhkan semua pangkalan AURI (TNI AU) dan ALRI (TNI AL) di Indonesia.
Sedangkan untuk operasi Shalstone, Begg menargetkan menyerang tujuh sasaran di kepulauan Riau dengan serangan meriam kapal.
Kemudian ada delapan sasaran lainnya, total ada 15 sasaran yang harus dihancurkan dalam operasi Shalstone.
Ke 15 sasaran tersebut dicurigai Inggris sebagai tempat penyelundupan gerilyawan Indonesia ke Malaya dan Singapura.
Baca: 6 Formasi CPNS 2018 di Provinsi Jambi yang Masih Kosong Pelamar
Baca: Bermodus Iming-imingi Uang dan HP, Gadis Ini Disekap dan Dirudapaksa Pria 50 Tahun
Tapi Australia dan Selandia Baru keberatan akan operasi ini karena serangan balik dari AURI dan ALRI bisa mematahkan kekuatan Inggris di Singapura dan mungkin serangan terbatas juga akan berlanjut sampai ke Australia.
Namun kedua operasi itu urung dilaksanakan lantaran HMS Victorious akhirnya lewat selat Lombok karena sudah ada kesepakatan antara Inggris dan Indonesia.
Tapi HMS Victorious dan kapal pengawalnya bukan berarti aman saat lewat selat Lombok.
Mereka dibayang-bayangi oleh pembom AURI TU-16 dan kapal selam ALRI, RI Alugoro serta RI Tjundamani yang siap menyerang jika kapal induk itu berbuat macam-macam.(Seto Aji/Grid)
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM: