Hari Kesaktian Pancasila

Dapat Perintah Dari Soeharto, Komandan Kopassus Lakukan Ini Untuk Membuat Gentar Pendukung G30S PKI

Editor: bandot
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Soeharto dan Komandan RPKAD Sarwo Edhie Wibowo

Sampai di Solo mereka mendapati para buruh yang tergabung di Serikat Buruh Kereta Api (SBKA) di Stasiun Balapan melakukan mogok kerja.

Para buruh ini hanya duduk-duduk di pinggir rel.

Akibatnya kereta api dari Yogyakarta, Semarang, Madiun dan tujuan lain tertahan di Solo.

Sarwo Edhie kemudian mengajak dialog para buruh yang sedang mogok kerja tersebut.

Sarwo yang berkaca mata hitam berteriak. "Siapa yang mau mogok, berkumpul di sebelah kiri saya."

Tak ada reaksi dari para buruh, kemudian Sarwo berteriak kembali "Siapa yang tidak mau mogok supaya berkumpul di sebelah kanan saya. Saya beri waktu lima menit!"

Para buruh tersebut ternyata memilih berdiri di sisi kanan Sarwo Edhie, "Lho ternyata tidak ada yang mau mogok. Kalau begitu jalankan kereta api," kata Sarwo.

Rebut RRI Hingga Lapangan Udara Halim Perdana Kusuma

Pada pagi hari tanggal 1 Oktober 1965, enam jenderal, termasuk Ahmad Yani diculik dari rumah mereka dan dibawa ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.

Sementara proses penculikan sedang dieksekusi, sekelompok pasukan tak dikenal menduduki Monumen Nasional (Monas), Istana Kepresidenan, Radio Republik Indonesia (RRI), dan gedung telekomunikasi.

Baca: Kerap Berpakaian Vulgar, DJ Katty Butterfly Tak Mau Lagi Buka-bukaan, Lagi Cari Pendamping Hidup?

Baca: Ketika Kopassus Harus Berhadapan dengan Simpatisan PKI, Mbah Suro yang Kebal Terhadap Senjata Api

Baca: Cerita Mistis Asal Mula Sumur Lubang Buaya Tempat Dibuangnya Jasad Para Jenderal Korban G30S PKI

Hari dimulai seperti biasanya bagi Sarwo Edhie dan pasukan RPKAD yang sedang menghabiskan pagi mereka di markas RPKAD di Cijantung, Jakarta.

Kemudian Kolonel Herman Sarens Sudiro tiba.

Sudiro mengumumkan bahwa ia membawa pesan dari markas Kostrad dan menginformasikan kepada Sarwo Edhie tentang situasi di Jakarta.

Sarwo Edhie juga diberitahu oleh Sudiro bahwa Mayor Jenderal Soeharto yang menjabat sebagai Panglima Kostrad diasumsikan akan menjadi pimpinan Angkatan Darat.

Setelah memberikan banyak pemikirannya, Sarwo Edhie mengirim Sudiro kembali dengan pesan bahwa ia akan berpihak dengan Soeharto.

Halaman
123

Berita Terkini