TRIBUNJAMBI.COM - Peristiwa G30S/PKI menjadi noda hitam dalam sejarah Indonesia.
Pada 30 September 1965, terjadi penculikan dan pembunuhan enam jenderal yang merupakan perwira tertinggi TNI serta satu perwira berjabatan kapten.
Bahkan menteri atau Panglima AD Ahmad Yani tidak luput dari sasaran.
Saat itu, satuan TNI AD mengalami guncangan hebat akibat aksi G30S/PKI.
Para perwira TNI AD ingin melakukan tindakan akibat peristiwa kelam yang telah merenggut jenderal TNI tersebut.
Melansir dari Intisari, Mayjen Soeharto sebagai Pangkostrad yang saat itu secara otomatis bisa menggantikan posisi Jenderal Ahmad Yani, segera melakukan inisiatif untuk melumpuhkan aksi G30S/PKI.
Baca: Media Asing Sebut Presiden Inter Milan Ikut Pilpres 2019, Thohir Terlibat dalam Politik Indonesia
Tidak hanya pasukan TNI AD yang bergerak untuk melakukan penumpasan, melainkan organisasi massa dan keagamaan, serta partai anti-PKI juga turun tangan.
Terduga anggota PKI ditangkap dan ada yang dibunuh. Markas mereka dihancurkan.
Aksi penumpasan ini tertuang dalam dokumen rahasia CIA yang dibuka oleh Kedutaan Besar AS di Indonesia pada 17 Oktober 2017.
Keterlibatan CIA dalam penumpasan G30S/PKI tercatat dalam dokumen rahasia September 1965 itu.
Melansir dari Tribunnews yang mengutip dari nsarchive.gwu.edu, dokumen rahasia ini dibuka oleh Arsip Keamanan Nasional di The George Wshington University.
Baca: Ketika Soeharto Berusaha Meyakinkan Soekarno, Pak Harto: Ini Bukti Bahwa PKI Mengkhianati Bapak
Dalam dokumen tersebut menggambarkan para diplomat di Keduataan Besar Jakarta mencatat bahwa pemimpin PKI telah dieksekusi.
Serta pejabat AS secara aktif mendukung upaya Angaktan Darat Indonesia untuk menghancurkan anggota PKI yang tertinggal di Indonesia.
Ada sekitar 39 dokumen yang tersedia dari hampir 30.000 halaman arsip yang merupakan catatan harian Kedutaan Besar AS di Jakarta, Indonesia, dari tahun 1964-1968.
Tak sedikit bab penting dibahas dalam dokumen tersebut.