Dua Barang Bersubsidi Ini Makin Langka di Kerinci, dan Harganya Melambung, Pedagang Akui Jual Mahal

Penulis: Herupitra
Editor: Nani Rachmaini
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gas melon

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Herupitra

TRIBUNJAMBI.COM, KERINCI – Barang bersubsidi dari pemerintah semakin sulit didapat di Kabupaten Kerinci. Seperti dua item ini, yakni gas elpiji 3 kilogram dan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium.

Kondisi ini dikeluhkan masyarakat di Kabupaten Kerinci. Seperti yang disampaikan oleh Jhondri, bahwa dirinya sudah lama tak membeli premium untuk kendaraannya.

“Bukan tidak mau pakai bensin, tapi untuk mendapatkan bensin itu sulit,” kata warga kecamatan Sitinjau Laut ini.

Ia mengatakan, langkanya BBM jenis premium sudah lama terjadi di Kerinci dan Sungai Penuh. Di SPBU premiun sudah sedikit dijual, lewat dari pukul 9.00 Wib, sudah tidak ada lagi di jual di SPBU.

“Setiap ingin beli bensin di SPBU pasti tulisannya telah habis,” sebutnya.

Sebab itulah ujarnya, dirinya terpaksa membeli BBM non subsidi dengan harga mahal, seperti pertalite dan pertamax.

“Mau tidak mau karena kita butuh, ya terpaksa beli yang mahal,” sebutnya.

Warga lainnya Nelvi, mengeluhkan langka dan mahalnya barang subsidi jenis gas 3 kilogram. Ia menyebut, gas 3 kilogram di Kerinci kini bukan dijual dengan harga subsidi lagi, tapi sudah seperti non subsidi.

“Sekarang gas 3 kg dijual dengan harga Rp 30 ribu pertabung, itupun sulit ditemukan,” keluh ibu rumah tangga ini.

Ia mengharapkan, ada perhatian dari pemerintah terkait hal ini. Sehingga persoalan mahalnya harga gas 3 kg bisa cepat teratasi.

Pantauan Tribunjambi.com, dibeberapa SPBU yang ada di Kota Sungai Penuh, sekitar pukul 10.00 Wib, sudah tidak ada lagi dijual besin. Warga yang ingin membeli BBM diarahkan untuk antre di pompa pertalite dan pertamax.

“Premium memang sekarang ini pasokannya sudah tidak sebanyak dulu lagi, makanya cepat habis,” kata petugas SPBU.

Pantaun lain, untuk gas elpiji pada umumnya warga membelinya dipengecer atau warung-warung. Harga gas elpiji yang dijual di warung-warung jauh lebih tinggi dari harga HET sebesar Rp 19 ribu pertabung. Pengecer atau di warung-warung gas elpiji dijual dengan harga Rp 28 ribu hingga Rp 30 ribu pertabung.

“Kita beli mahal karena sulit didapat. Makanya kita juga jual mahal,” kata pemilik warung.

Halaman
12

Berita Terkini