Agar Tak Terkapar saat Rupiah Menggelepar, Pengusaha Bersiap Naikkan Harga (bagian-1)

Editor: Fifi Suryani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ibu-ibu berbelanja.

Fajar Budiono, Sekretaris Jenderal Indonesian Olefin & Plastic Industry Association (Inaplas), mengatakan, sejak bulan Juni lalu banyak kontraktor telah mengajukan revisi nilai kontrak proyeknya. “Patokan dollar AS bertikai jauh dari patokan awal, jika proyek mereka lanjutkan, mereka bisa merugi,” ungkap Fajar.

Adapun kontraktor yang nantinya dominan mengajukan revisi kontrak adalah kontraktor yang menggarap proyek yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), khususnya proyek yang baru berjalan setelah bulan Juni 2018. “Untuk yang proyek sedang berjalan atau tinggal sedikit lagi, biasanya kontraktornya melakukan strategi efisiensi atau menanggung kerugiannya,” tambah Fajar.

Baca: Harga Tanah Melejit, Makin Banyak Warga Pindah ke Pinggiran

Baca: VIDEO: Para Investor Jangka Panjang Disarankan Pilih Saham Bagus

Baca: Voting Pengurus DPP Demokrat Dominan Pilih Prabowo Ketimbang Jokowi, Ini Perbandingannya

Baca: Kenaikan Suku Bunga BI Mulai Terasa Dampaknya ke Bursa Efek

Fajar menguraikan, kontraktor yang banyak mengajukan revisi kontrak nantinya adalah kontraktor yang menggarap proyek jangka panjang. Baik itu untuk proyek infrastruktur, energi, konstruksi, jalan, bendungan dan lainnya.

Kondisi yang sama juga akan terjadi untuk perusahaan yang ikut pengadaan barang kebutuhan pemerintah. Fajar bilang, perusahaan yang menang tender ketika dollar AS masih dibanderol Rp 13.300, tetapi saat penyerahan barangnya, posisi dolar sudah bertengger di posisi Rp 14.400.

Salah satu contoh, pengadaan aspal yang dipatok dengan rupiah, tetapi harga pembeliannya di pasar saat ini mengacu dollar AS. “Pilihannya adalah merugi atau melakukan negosiasi ulang,” tambah Fajar.

Untuk itu, Fajar mengimbau, agar semua pelaku bisnis me-review bisnisnya guna menghitung dampak dari loyonya rupiah terhadap dollar AS dalam beberapa bulan terakhir ini. Anda sudah melakukannya?

Beragam Jurus Menahan Jatuhnya Rupiah

Menaikkan harga jual jadi pilihan paling mudah untuk menutup lonjakan biaya akibat anjloknya kurs rupiah. Namun, di saat daya beli masyarakat dianggap lemah seperti sekarang, menaikkan harga jual sangat berisiko.

Penjualan bisa anjlok. Maka, sejatinya ada beragam cara yang bisa ditempuh para pengusaha agar bisnisnya bisa bertahan, syukur-syukur kinerjanya bisa tetap tumbuh.

Pertama, melakukan lindung nilai atau hedging, untuk menurunkan risiko terhadap perubahan nilai tukar mata uang. Cara ini telah dilakukan banyak pelaku industri,  khususnya yang banyak bergantung pada bahan baku impor seperti industri farmasi.

Salah satunya seperti ditempuh PT Kalbe Farma Tbk. “Kami melakukan natural hedging dengan cara menempatkan dana dalam  mata uang dollar AS sebagai cadangan devisa kami,” kata Vidjongtius, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk.

Kedua, menambah pilihan produk yang biaya produksinya rendah sehingga margin bisa dipertahankan. Pilihan membuat produk baru ini juga dilakukan Kalbe Farma. Dengan produk baru, setidaknya perusahaan bisa mengatasi kesulitan penjualan produk lama yang harganya naik seiring lonjakan biaya bahan baku.

Ketiga, melakukan diversifikasi pemakaian bahan baku,  dengan cara mengganti sumber bahan baku impor dan menggantinya dengan bahan baku dari dalam negeri. Namun, untuk substitusi bahan baku impor tersebut tentu membutuhkan riset dan investasi yang relatif besar.

Keempat, memperkecil ukuran produk. Hanya saja, pilihan memperkecil produk juga memiliki risiko, konsumen akan beralih ke produk lain. Pilihan selain itu, mengganti kemasan dengan bahan yang lebih murah.

“Ini pilihan yang bisa dilakukan pelaku industri agar tidak merugi,” kata Adhi S Lukman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI).             

Artikel ini sebelumnya sudah dimuat di Laporan Utama Tabloid KONTAN edisi 9 Juli-15 Juli 2018.

Berita Terkini