TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Bakso yang diduga mengandung babi yang dijual di kampus Unja adalah bakso tusuk. Pedagangnya berjualan di sana sudah sejak lama dan menggunkan sepeda motor.
Dugaan praktik kecurangan ini bermula dari rasa penasaran Ratumas Sherly Dwijayanti. Ia adalah mahasiswa S2 Unja, Jurusan Produksi Ternak. Dia yang namanya tercantum dalam surat laporan ke kepolisian yang beredar di media sosial.
Sherly, begitu dia disapa, awalnya tak mau diwawancarai. Ia meminta Tribun datang hari ini ke Unja dan aka nada keterangan resmi dari fakultas tempat ia kuliah. Namun akhirnya ia bersedia memberi keterangan melalui sambungan telepon, Kamis malam.
Sherly sempat bertanya dengan pedagang, bakso daging apa yang digunakan. "Penjual bakso itu bilang ini dari daging ayam dan tepung," katanya menirukan.
Karena merasa penasaran dengan bakso yang dibuat oleh penjual bakso tersebut, ia mencoba membuat sendiri berbagai macam bahan dasar bakso di rumah. Kebetulan pula ia sedang melakukan penelitian tentang bahan dasar bakso.
Lalu ia mencoba membuat bakso dengan bahan dasar daging ayam dengan campuran sedikit tepung. Walakin (akan tetapi) hasilnya berbeda dengan yang ia beli di tukang bakso dimaksud.
Lantas ia juga mencoba membuat bakso dengan bahan dasar daging ayam tapi beserta darah dan tulang dalam daging ayam tersebut. Namun hasilnya tetap berbeda dengan bakso yang ia beli.
"Percobaan dengan bahan dasar daging ayam dan tepung sudah berkali-kali saya coba mulai dari sedikit tepung, banyak tepung hingga mencoba mau masukan darah ayam ke dalam campuran bahan dasar bakso," katanya.
Karena sudah merasa tidak pernah sama dengan bakso yang dibeli di sekitar Unja, Sherly mencoba membuat bakso dengan bahan dasar daging sapi, daging kerbau, dan daging ikan.
"Tetapi lagi-lagi hasilnya tetap berbeda dengan bakso yang ia beli pada sampel pertama," paparnya.
Karena sudah merasa curiga, ia mengajukan kepada dosennya agar hasil percobaannya diuji di laboratorium. Maka pada Selasa (13/3) sampel diuji di Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Provinsi Jambi.
Sherly juga mencoba menguji 4 jenis bakso yang berbeda. Pada Rabu (21/3) dari dua kali uji laboratorium dengan menggunakan empat sampel, ada dua jenis bakso yang positif menggunakan daging babi.
Mendapati dua hasil bakso yang positif menggunakan daging babi, ia melaporkannya ke Rektor Unja. Atas dasar kesepakatan antara pihak Unja maka dirinya diperkenankan untuk melaporkan kejadian ini ke Polda Jambi. "Karena jika dibiarkan hal ini dapat berbahaya bagi masyarakat banyak terutama bagi umat muslim," katanya.
Untuk diketahui, kasus bakso daging babi atau tikus pernah terjadi di Unja Mendalo sekitar tahun 2015.
Karena curiga, mahasiswa melakukan uji laboratorium di FKIP Kimia. Hasilnya, ternyata positif daging babi dan tikus.
"Saat itu (penjual) dilarang jualan di kampus, sekitar dua bulan tak ada yang jualan, sama sekali," ungkap mahasiswa yang enggan menyebutkan namanya. (cya/cda)