Advertorial
Popy Asri Yeni: Jiwa Muda, Kelas Kekinian, dan Semangat Pemuda Tanpa Batas
Di SMP Negeri 18 Muaro Jambi, tawa riuh siswa kerap terdengar dari ruang kelas matematika. Mereka sedang bermain Squid Game.
Penulis: tribunjambi | Editor: Suci Rahayu PK
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Di SMP Negeri 18 Muaro Jambi, tawa riuh siswa kerap terdengar dari ruang kelas matematika.
Bukan karena mereka sedang bercanda tanpa arah, tapi karena mereka sedang bermain Squid Game.
Bukan Squid Game yang menegangkan seperti di layar Netflix, melainkan versi “Semua Bisa Matematika”—sebuah inovasi pembelajaran karya guru muda bernama Popy Asri Yeni, M.Pd.
“Matematika itu sering dianggap momok,” kata Popy sambil tersenyum.
“Tapi saya percaya, kalau anak-anak sudah suka dengan gurunya, mereka akan lebih terbuka dan akhirnya suka juga dengan pelajarannya,” imbuhnya.
Guru Muda yang Dekat dengan Dunia Murid
Sebagai guru matematika, Popy memahami betul karakter anak-anak remaja yang energik dan mudah bosan. Alih-alih menuntut mereka duduk diam di kelas, ia memilih mengikuti arus: membawa tren ke ruang belajar.
Ketika permainan Squid Game viral dua tahun lalu, Popy melihat peluang. Ia mengadaptasi konsepnya ke dalam pembelajaran matematika — lengkap dengan tahapan permainan seperti “mengumpulkan telur” dan “estafet bilangan berpangkat”.
Namun, di tangan Popy, yel-yel “Red Light, Green Light” berubah menjadi “Semua Bisa Matematika!”.
Baca juga: Suasana Pasar Kramat Tinggi di Batang Hari Jambi Terasa Sepi, Pedagang Keluhkan Penurunan Pengunjung
Baca juga: Jokowi Tetap Betah di Sumber, Rumah Pensiun dari Negara di Colomadu Siap Diubah Jadi Ruang Publik
“Setiap telur punya poin. Untuk dapat soal, mereka harus menukarnya dengan telur. Jadi ada strategi, kerja sama, dan semangat kompetisi yang sehat,” tuturnya.
Tak berhenti di situ, Popy juga pernah mengangkat tren cek kodam yang viral di media sosial.
Di kelasnya, “kodam” adalah singkatan dari Kapsul Operasi Dasar Matematika. Siswa menggunakan botol untuk menebak hasil operasi angka—sebuah permainan sederhana, tapi efektif membuat mereka berani dan percaya diri menghadapi angka-angka.
“Saya ingin anak-anak tidak merasa beban melihat matematika,” katanya. “Kalau mereka sudah senang duluan, belajar jadi lebih mudah,” jelas dia.
Berawal dari Ketidakpercayaan Diri
Semangat muda Popy bukan tanpa rintangan. Ketika dipercaya menjadi fasilitator daerah (Fasda) Tanoto Foundation pada 2021, ia sempat ragu.
