Berita Viral

Hancurnya Wawan Gonceng Jenazah Kakaknya Pakai Motor 5 Jam Gegara Jalan Rusak: Ini Tidak Mudah

Hancurnya hati Wawan bawak jenazah kakaknya menggunakan sepeda motor. Tindakan Wawan ini pun terekam hingga viral di sosial media.

Penulis: Tommy Kurniawan | Editor: Tommy Kurniawan
ist
Hancurnya Wawan Gonceng Jenazah Kakaknya Pakai Motor 5 Jam Gegara Jalan Rusak: Ini Tidak Mudah 

TRIBUNJAMBI.COM - Hancurnya hati Wawan bonceng jenazah kakaknya menggunakan sepeda motor.

Aksi warga Gorontalo ini bonceng jenazah kakaknya pakai motor lantaran jalan rusak parah.

Tindakan Wawan ini pun terekam hingga viral di sosial media.

Diketahui orang yang membonceng jenazah tersebut Peo Samania.

Ia membawa jenazah kakaknya yang merupakan warga Kecamatan Pinogu, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.

Perjalanan Wawan membawa jenazah kakaknya itu tidaklah mudah.

Baca juga: Heboh Brigadir Esco Tewas Tergantung di Pohon, Istrinya juga Anggota Polisi Briptu Rizka Sintiyani

Baca juga: Terkuak Daftar Bukti Kasus Arya Daru yang Diabaikan Polisi, dari Amplop Misterius hingga Akun Medsos

Baca juga: Aksi Protes Unik Warga Pati: Datangi Kantor Pos, Kirim 2.500 Surat ke KPK

Wawan harus melewati hutan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, yang terletak di perbatasan Gorontalo dan Sulawesi Utara (Sulut)karena rumah duka berada di dalam hutan tersebut.

Perjalanan membawa jenazah ke rumah duka ini memakan waktu 5 jam tanpa fasilitas jalan yang memadai. 

Jalan yang dilalui berupa tanah becek, yang sebagian sudah tergerus ban motor sehingga membentuk lubang dalam yang memanjang.

Kecamatan Pinogu terletak di tengah hutan (enclave), dan belum banyak fasilitas umum yang dibangun di daerah ini, termasuk rumah sakit.

Oleh karena itu, warga yang membutuhkan rujukan rumah sakit harus dibawa ke luar kecamatan dengan menembus hutan.

“Kejadiannya kemarin. Yang meninggal masih saudara saya,” kata Wawan Thalib, salah seorang kerabat almarhum, Sabtu (23/8/2025). 

Wawan menjelaskan bahwa almarhum Nandar Samania masih terbilang kemenakannya. 

Nandar dibawa ke RS Toto dari rumahnya di Desa Tilonggibila juga menggunakan kendaraan yang sama, sebuah motor yang dimodifikasi agar bisa menembus hutan. 

“Sempat dirawat empat hari di Rumah Sakit Toto,” ujar Wawan. Namun, saat dalam perawatan, Nandar meninggal dunia.

Dari RS Toto, jenazah Nandar dibawa menggunakan mobil ambulans hingga ke Desa Poduwoma, Kecamatan Suwawa Timur. 

Setelah itu, jenazah dibonceng menggunakan motor melewati jembatan gantung oleh Peo Samania melalui Desa Tulabolo dan Tulabolo Timur sebelum masuk hutan taman nasional hingga ke Desa Tilonggibila di Kecamatan Pinogu. 

“Saat dirujuk ke RS Toto dan dibawa pulang ke kampung di Kecamatan Pinogu dengan cara yang sama, yaitu dibonceng dengan motor ojek yang sudah dimodifikasi khusus,” jelas Wawan

Wawan mengungkapkan bahwa perjalanan menembus hutan bukan perkara yang mudah, sekalipun dilakukan oleh para tukang ojek.

Setiap motor dipastikan membawa alat bengkel untuk berjaga-jaga jika terjadi kerusakan di hutan.

Jalan yang dilalui juga bukan jalan aspal, melainkan jalan tanah yang selalu berair dan acap kali longsor. 

“Perjalanan Peo Samania membawa jenazah kakaknya sempat menghadapi pohon tumbang, ini tidak mudah,” ujar Wawan

Peo Samania tidak sendirian dalam perjalanan, ia disertai sejumlah kerabatnya yang juga membawa motor masing-masing. 

Sesampai di Desa Tilonggibila, jenazah Nandar langsung disambut lantunan tahlil dan isak tangis keluarganya.

Sebuah keranda yang sudah dihias menanti di halaman rumahnya, juga dua buah payung sudah disiapkan untuk mengantarkan ke kubur. 

Untuk menurunkan jenazah, sejumlah kerabatnya membuka beberapa ikatan tali. 

Jenazah yang sudah dipakaikan jas hujan plastik ini diturunkan pelan-pelan dari motor sebelum disemayamkan di dalam rumah.

Kejadian ini bukan pertama kali bagi warga Kecamatan Pinogu.

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved