Berita Regional

Ayah yang Pernah Trauma akibat Konflik itu Menangis Akui Telah Tetak sang Anak

SA, warga Kampung Bintang Berangun, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, menghabisi nyawa anak kandungnya berinisial TI (31).

|
Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Mareza Sutan AJ
Dok Polres Bener Meriah
OLAH TKP - Pihak kepolisian melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) pembunuhan ayah terhadap anak kandungnya, Jumat (15/8/2025) malam. 

Malam itu, warga mendengar keributan dari sebuah rumah yang dihuni SA dan anaknya, TI. Tak lama kemudian, ada telepon dari sang ayah, bahwa ia telah melukai anaknya. Warga berdatangan. Namun, anaknya sudah ditemukan tak bernyawa.

TRIBUNJAMBI.COM - SA, warga Kampung Bintang Berangun, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, menghabisi nyawa anak kandungnya berinisial TI (31).

Peristiwa mengejutkan itu terjadi di rumah korban pada Jumat malam (15/8/2025).

Kasus ayah yang membacok anak hingga tewas ini membuat warga sekitar geger.

Sebelum kejadian, SA sempat menghubungi keluarganya melalui telepon sambil menangis, mengaku telah melukai anaknya.

Tidak lama setelah menetak sang anak, ia menutup pintu rumah lalu berangkat menuju Polres Pintu Rime Gayo dengan sepeda motor.

Korban ditemukan sudah meninggal dengan luka bacok di kepala, tubuh, dan tangan.

Perangkat desa yang datang ke lokasi usai mendapat laporan warga menemukan kondisi mengenaskan tersebut.

Polisi mengamankan sebilah parang yang masih berlumuran darah sebagai barang bukti.

Kapolres Bener Meriah, AKBP Aris Cai Dwi Susanto, menyampaikan bahwa pelaku berhasil diamankan tak lama setelah kejadian. Kini SA tengah diperiksa lebih lanjut di Mapolres.

"Kasus ini sangat memprihatinkan, karena melibatkan hubungan ayah dan anak.

"Kami akan menangani perkara ini secara profesional sesuai hukum yang berlaku, dan penyelidikan masih terus dilakukan untuk mendalami motif di balik peristiwa tragis ini," jelas Kapolres.

Kronologi Kejadian

Menurut Kapolres AKBP Aris Cai Dwi Susanto, peristiwa berdarah itu terjadi sekitar pukul 19.00 WIB.

Awalnya warga mendengar pertengkaran dari rumah korban, kemudian melapor ke perangkat desa.

“Saat aparat desa tiba, pelaku terdengar menangis sambil menghubungi keluarga, mengaku telah melukai anaknya. Ia kemudian melarikan diri dengan sepeda motor,” ungkap Aris.

Korban ditemukan tewas dengan luka bacok di kepala, badan, dan tangan.

Parang berlumuran darah diduga kuat digunakan pelaku untuk menghabisi korban.

Polisi bergerak cepat hingga berhasil menangkap pelaku dan membawanya ke Mapolres Bener Meriah.

“Penyelidikan masih berlangsung untuk mengungkap motif pelaku,” tambah Aris.

SA Korban Trauma Konflik Aceh

Keterangan keluarga menyebutkan bahwa SA pernah mengalami trauma akibat konflik Aceh. Bahkan pada 2003 silam ia sempat dirawat di Rumah Sakit Jiwa Medan, Sumatera Utara.

Fauzan Azima, mantan Panglima GAM Wilayah Linge sekaligus Deputi 1 BRA, mengungkapkan bahwa SA dan anaknya TI pernah tinggal bersamanya beberapa tahun setelah perdamaian Aceh.

Ia menceritakan, pada tahun 2000 SA bersama keluarganya harus meninggalkan Kampung Jamur Atu, Kecamatan Mesidah, karena mendapat teror dari orang tak dikenal.

"Dulu itu, ada kasus pembunuhan di Kampung Jamur Atu dalam kondisi mengenaskan, korbannya tak lain adalah tetangganya, karena itu awalnya membuat SA jadi trauma," tutur Fauzan.

Sejak saat itu, SA sering merasa dihantui ancaman, takut mendengar suara kendaraan, hingga bertindak kasar terhadap istrinya. Puncaknya, keluarga membawanya berobat ke RSJ Medan.

Namun, meski mendapat obat, kondisinya tidak banyak membaik.

"Pascapulang dari Medan, ia setiap kali minum obat, efeknya selalu ingin mencoba bunuh diri dengan melompat ke kolam di samping rumah ibunya.

Syukur upaya masih bisa diselamatkan keluarga," kata Fauzan.

Karena perilakunya semakin buruk, istrinya akhirnya meminta cerai.

"Sebab perceraian dengan istrinya SA jadi semakin parah hingga menambah sakit jiwanya," tambah Fauzan.

Sosok Korban

Di mata warga Kampung Bintang Berangun, TI dikenal sebagai sosok pendiam dan jarang berbaur dengan masyarakat.

"Dia ini baru dua tahun tinggal di sini, duluan ayahnya, terus selama di Kampung jarang sosialisasi, berbeda dengan ayahnya yang sangat aktif di kegiatan masyarakat," ungkap Haliyansyah, warga setempat.

Warga juga mengaku sering mendengar pertengkaran antara ayah dan anak itu. Namun biasanya SA yang lebih memilih mengalah.

"Sering kami dengar keributan, cuma cekcok mulut biasa, ayahnya yang selalu mengalah dan pergi saat keributan terjadi," tambahnya.

Pasca perceraian orang tuanya, TI berpindah-pindah antara tinggal bersama ayah dan ibunya. Kondisi ekonomi keluarga yang sulit membuat perhatian terhadapnya kurang.

Pada 2021, SA dan TI pindah ke Kampung Bintang Berangun untuk membuka lahan kebun kopi. Sambil menunggu panen, keduanya bekerja serabutan.

SA pernah menjadi tukang parkir, sementara TI bekerja menjaga alat berat di daerah Lut Kucak.

Namun sejak bekerja di Lut Kucak, TI diduga terjerumus pergaulan buruk sehingga menjadi temperamental.

"Sampai-sampai pernah mencincang HP dan membakar rumahnya dan berkali-kali bahkan mengancam akan membunuh ayahnya," jelas Fauzan.

 

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Sosok Ayah yang Bunuh Anak Kandung di Bener Meriah, Korban Luka Bacok di Kepala hingga Tangan

 

Baca juga: Tegarnya Kevin, Komandan Paskibra Tetap Bertugas meski sang Ayah Baru Berpulang

Baca juga: Lirih Anak Lima Tahun usai Dapati Ibu Hilang Nyawa di Tangan Ayah: Nek, Mamakku Dibunuh

Baca juga: Pilu Balita Empat Tahun Hilang Nyawa di Tangan Ayah dan Ibu lantaran Bicara Kasar

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved