Berita Viral
KEJAMNYA Israel Blokir Susu Bayi ke Gaza, 40 Ribu Lebih Balita Terancam Tewas: Ini Menyesakkan!
Perang Israel dengan Gaza kini makin memanas. Terbaru, Israel memblokir kiriman susu formula yang seharusnya ke Gaza.
Penulis: Tommy Kurniawan | Editor: Tommy Kurniawan
TRIBUNJAMBI.COM - Perang Israel dengan Gaza kini makin memanas.
Terbaru, Israel memblokir kiriman Susu Formula yang seharusnya ke Gaza.
Akibat tindakan kejam Israel ini, lebih dari 40.000 bayi berisiko meninggal akibat larangan Susu Formula bayi.
Kabar terbaru ini diungkap Otoritas Gaza yang memperingatkan situasi berbahaya itu pada hari Senin (28/7/2025).
"Ada risiko kematian yang mengancam bagi ribuan bayi di Jalur Gaza akibat larangan pendudukan Israel atas masuknya Susu Formula bayi," ungkap pernyataan kantor media pemerintah Gaza.
Kantor itu menjelaskan, “Gaza berada di ambang bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mengancam nyawa puluhan ribu bayi, karena Israel terus-menerus memblokir masuknya Susu Formula bayi selama 150 hari dalam apa yang merupakan genosida diam-diam."
"Ada lebih dari 40.000 bayi di bawah usia satu tahun di Gaza yang berisiko meninggal perlahan akibat blokade kriminal yang menyesakkan ini," papar kantor tersebut.
Baca juga: TERBONGKAR Isi Chat Meta Puspitantri ke Penjaga Kos Sebelum Arya Daru Tewas, Ada Sandal Depan Kamar
Baca juga: BUKANNYA MALU, Kades Heni Mulyani Malah Senyum Pakai Rompi Tahanan Usai Korupsi dan Jual Posyandu
Mereka menyerukan pembukaan segera dan tanpa syarat perlintasan perbatasan Gaza serta masuknya Susu Formula bayi dan bantuan kemanusiaan dengan segera.
Kantor tersebut menyatakan, “Israel, para pendukungnya, dan komunitas internasional bertanggung jawab penuh atas setiap nyawa tak berdosa yang hilang akibat blokade sistematis ini."
Krisis kelaparan di Gaza telah berkembang menjadi bencana kemanusiaan. Rekaman video yang mengerikan menunjukkan penduduk yang sangat kurus, beberapa di antaranya tinggal kulit dan tulang, pingsan karena kelelahan, dehidrasi, dan kelaparan berkepanjangan.
Israel telah memberlakukan blokade di Gaza selama 18 tahun, dan sejak 2 Maret telah menutup semua penyeberangan, memperburuk kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 147 warga Palestina, termasuk 88 anak-anak, telah meninggal dunia akibat kelaparan dan malnutrisi sejak Oktober 2023.
Menolak seruan internasional untuk gencatan senjata, tentara Israel telah melancarkan serangan brutal di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Israel telah membunuh lebih dari 60.000 warga Palestina, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Pengeboman tanpa henti telah menghancurkan wilayah tersebut dan menyebabkan kekurangan pangan.
November lalu, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di wilayah kantong tersebut.
Menyesal Netanyahu setelah Tank Israel Hancurkan Gereja Gaza hingga Pastor jadi Korban
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyampaikan penyesalan mendalam setelah sebuah tank militer milik negaranya secara tidak sengaja menembak satu-satunya gereja Katolik yang berada di Kota Gaza.
"Israel sangat menyesalkan sebuah amunisi nyasar yang mengenai Gereja Keluarga Kudus di Gaza,” ujar Netanyahu dalam pernyataan resminya setelah berbicara dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, sebagaimana dikutip BBC International.
“Setiap nyawa tak berdosa yang hilang adalah sebuah tragedi, kami turut berduka cita atas kehilangan yang dialami keluarga dan umat beriman,” imbuhnya.
Pernyataan tersebut disampaikan setelah insiden penembakan oleh tank militer Israel, Pasukan Pertahanan Israel (IDF), dalam operasi di Gaza.
Target dari serangan tersebut diyakini merupakan fasilitas milik Hamas, namun yang terkena justru Gereja Keluarga Kudus—satu-satunya gereja Katolik yang berada di wilayah itu.
Patriarkat Latin Yerusalem yang mengelola gereja tersebut membenarkan bahwa insiden terjadi ketika warga sipil sedang mengungsi di kompleks gereja guna menghindari intensitas konflik yang terus meningkat di sekitar Kota Gaza.
Tempat ibadah itu dijadikan lokasi perlindungan terakhir oleh warga setelah mereka kehilangan tempat tinggal dan harta benda akibat perang yang berkepanjangan.
Disebutkan bahwa gereja tersebut menjadi tempat berlindung bagi 400 hingga 600 orang, termasuk anak-anak, lansia, dan para penyintas kekerasan.
Warga Sipil Jadi Korban
Dari serangan tersebut, tiga orang warga sipil dilaporkan meninggal dunia, sementara sepuluh lainnya mengalami luka-luka, termasuk pastor gereja, Fr Gabriel Romanelli, yang terkena serpihan peluru.
Dalam pernyataan terpisah, pihak IDF menyebut bahwa berdasarkan hasil penyelidikan awal, amunisi mereka menghantam gereja secara tidak sengaja saat operasi berlangsung.
“IDF menyesalkan segala kerusakan yang tidak disengaja yang terjadi pada warga sipil dan bangunan keagamaan,” ujar pernyataan resmi militer Israel.
Insiden ini menambah daftar panjang tragedi kemanusiaan di Jalur Gaza, yang terus bertambah seiring konflik antara Israel dan kelompok bersenjata Palestina kembali memanas.
Seruan dari komunitas internasional agar kekerasan segera dihentikan serta perlindungan terhadap rumah ibadah kembali digaungkan, terlebih setelah serangan terhadap simbol keagamaan yang begitu penting bagi komunitas setempat.
Reaksi Internasional
Paus Leo XIV turut menyampaikan “duka mendalam” atas korban jiwa dan luka-luka dalam serangan ini.
Ia menyerukan dilakukannya gencatan senjata sesegera mungkin di wilayah Gaza, dan menegaskan bahwa tempat ibadah harus dijaga sebagai zona netral dan tidak boleh dijadikan sasaran dalam keadaan apapun.
Patriarkat Latin Yerusalem juga menyampaikan kecaman keras atas peristiwa ini.
“Umat kami berlindung dengan harapan bahwa tempat suci akan memberi keselamatan dari horor perang," ungkap otoritas tertinggi gereja Katolik di wilayah itu.
Di Amerika Serikat, Presiden Donald Trump, melalui juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt, menyatakan bahwa ia tidak memiliki "reaksi positif" terhadap kejadian tersebut.
Dikatakan bahwa Trump langsung menghubungi Netanyahu dan menyebut insiden itu sebagai "kesalahan yang mencoreng komitmen Israel terhadap hak asasi manusia dan kebebasan beragama."
Sejumlah pemimpin negara Eropa pun menyampaikan keprihatinan mereka.
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menyebut tindakan tersebut “tidak dapat dibenarkan secara moral maupun hukum.”
Sementara itu, Uni Eropa, melalui juru bicara urusan luar negeri, menyerukan agar Israel membuka jalur investigasi independen atas insiden ini dan menghindari serangan terhadap fasilitas sipil serta keagamaan.
Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Wilayah Palestina, Lynn Hastings, menyatakan bahwa penyerangan terhadap tempat ibadah yang difungsikan sebagai tempat perlindungan merupakan pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional.
PBB juga mendesak agar Israel menghentikan penggunaan kekuatan di kawasan padat penduduk dan menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian dalam setiap operasi militernya.
Alvi Hanya Butuh 2 Jam Mutilasi Tiara Jadi 554 Bagian, Jasad Disimpan di Jok Motor |
![]() |
---|
Cerita Pilu Pengantin Baru Tewas di Kebun Tanah Laut, Dua Teman Ditangkap Polisi |
![]() |
---|
Keluarga Mpok Alpa Kaget Aji Darmaji Ajukan Permohonan Perwalian Anak, Rupanya Tak Diberitahu |
![]() |
---|
Bantahan Walikota Prabumulih usai Viral Kepsek SMPN 1 Dicopot, Sebut Anak Tak Bawa Mobil ke Sekolah |
![]() |
---|
Jawaban Dedi Mulyadi Soal PHK di Jawa Barat Tertinggi se-Indonesia: Ada yang Berhenti Ada yang Masuk |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.