Berita Nasional

Cerita MPLS: Ada SD Negeri yang Hanya Terima 1 Siswa, bahkan tanpa Murid

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Solo, Dian Rineta, menjelaskan ada sejumlah alasan yang membuat sekolah itu minim peminat.

Editor: Mareza Sutan AJ
Tribunsolo.com/Andreas Chris, Tribunjateng.com/Dina Indrian
MPLS 2025 - (Kiri)Suasana pembelajaran di SDN Kauman 27 Solo untuk kelas I di SPMB tahun ajaran 2025/2026, Selasa (15/7/2025) pagi. Diketahui bahwa ini kali pertama SDN Kauman 27 hanya mendapatkan satu siswa dalam Sistem Pendaftaran Murid Baru (SPMB). (Kanan) Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kranggan 1, yang terletak di Kecamatan Tersono tidak memiliki murid pada tahun ajaran ini.Sebagai solusi, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdukbud) Kabupaten Batang merencanakan untuk merger dengan SDN Kranggan 2. 

TRIBUNJAMBI.COM - Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) biasanya menjadi momen berharga bagi siswa baru karena bisa mengenal lingkungan sekolah sekaligus mendapatkan teman.

Namun, situasi berbeda terjadi di SDN Kauman 27 Kota Solo, Jawa Tengah, yang hanya menerima satu siswa baru pada tahun ajaran 2025/2026.

Padahal, lokasi sekolah tersebut cukup strategis, berada di pusat kota.

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Solo, Dian Rineta, menjelaskan ada sejumlah alasan yang membuat sekolah itu minim peminat.

Dian menyebut adanya perubahan pola pikir orang tua menjadi salah satu penyebab.

Menurutnya, sepuluh tahun lalu jumlah sekolah di Solo mencapai lebih dari 240, namun kini tersisa sekitar 120-an sekolah.

“Yang pertama yang lebih besar (pengaruhnya) adalah orang tua muda yang kami lihat seiring berjalannya waktu lebih memilih mengutamakan menyekolahkan anak di jenjang yang rendah ke sekolah-sekolah berbasis keagamaan,” urai Dian, dikutip dari TribunSolo.com.

Selain itu, lokasi SDN Kauman 27 yang cukup jauh dari permukiman juga dinilai berpengaruh.

Kawasan sekitar sekolah kini lebih banyak dipadati hotel, rumah sakit, dan pusat perbelanjaan.

Hal ini membuat warga cenderung pindah ke pinggiran kota, di mana sekolah-sekolah justru mengalami lonjakan jumlah siswa.

"Yang kedua di tengah Kota Surakarta kini ada pergeseran pemukiman menjadi hotel, rumah sakit, pertokoan, sehingga banyak pemukiman bergeser ke pinggir," jelas Dian.

"Dan kalau kita lihat SD-SD di pinggiran (kota) itu penuh, dan malah cenderung menolak-nolak (siswa)," lanjutnya.

SDN Kauman 27 sendiri berada di lingkungan Keraton Kasunanan Solo dan dikelilingi pusat niaga, dengan jarak pemukiman terdekat sekitar satu kilometer.

“Jadi yang di tengah kota itu tidak ada pemukiman yang cukup di sana. Itu juga menjadi salah satu (penyebab sekolah sepi peminat),” tambahnya.

Dian juga menyinggung faktor lain dari sisi internal sekolah, seperti branding dan promosi.

Menurutnya, sekolah perlu memperkuat citra dan keunggulan mereka agar lebih menarik bagi calon siswa.

"Faktor berikutnya juga dimungkinkan memang yang perlu kita garap kedepannya yakni menampilkan apa sih sisi apa yang dimiliki oleh sekolah atau branding."

"Sekarang yang sedang kami kejar adalah dengan lomba-lomba skala nasional maupun internasional. Tapi, memang kita mulai di jenjang SMP karena di jenjang tersebut dibutuhkan bantuan seperti bahasa," pungkasnya.

Ada SD tanpa Murid Baru

Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. SDN Kranggan 1 di Kecamatan Tersono tak mendapatkan murid baru selama tiga tahun terakhir.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Batang pun mempertimbangkan opsi penggabungan sekolah tersebut dengan SDN Kranggan 2.

Kepala SDN Kranggan 1, Subuh Haryo, menyatakan bahwa proses merger memerlukan sosialisasi ke masyarakat dan koordinasi dengan dinas terkait.

“Rencananya memang sudah sejak tahun ajaran kemarin, tapi kami belum menerima surat resminya."

"Sekarang tinggal menunggu surat resmi dari dinas,” ujar Subuh, dikutip dari TribunJateng.com.

Ia menambahkan, sepinya siswa di SDN Kranggan 1 disebabkan oleh banyak faktor, termasuk berdirinya sekolah swasta di sekitar wilayah tersebut.

"Sebelum berdiri sekolah swasta, masih ada yang masuk ke sini. Setelah ada SD swasta, jumlahnya langsung merosot," ungkap Subuh.

"Ditambah lagi satu kelurahan ini sudah terlalu banyak sekolah,” pungkasnya.

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cerita Pilu MPLS: SD yang Hanya Dapat 1 Siswa di Solo, Tak Ada Murid Baru di Batang

 

Baca juga: 43 Tentara Israel Akhiri Hidup sejak Konflik di Gaza, 15 Ribu Lainnya Alami Cedera Mental

Baca juga: Polda NTB Timbang Perubahan Pasal soal Kasus Kematian Brigadir Nurhadi: tidak Boleh Asal

Baca juga: Kakek Penjaja Mainan itu Tergeletak tak Bernyawa di Teras Ruko Kota Jambi Tadi Subuh

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved