Wawancara Eksklusif

WAWANCARA EKSKLUSIF Terungkapnya Pembunuhan Pasangan Sejenis Pakai Sianida di Jambi

Kapolsek Jelutung IPTU Khairil Umam di podcast Mojok Tribun Jambi bersama Fadli membahas kasus pembunuhan tragis bermotif cinta sesama jenis

|
Penulis: Rifani Halim | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
Tribunjambi.com/Rifani Halim
WAWANCARA EKSKLUSIF - Kapolsek Jelutung, Kasus Pembunuhan Pasangan Sejenis Pakai Sianida 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Kasus pembunuhan tragis bermotif cinta sesama jenis kembali menggemparkan Jambi.

Kali ini, racun mematikan seperti sianida atau NHCL jadi alat eksekusi yang keji. 

Apa yang sebenarnya terjadi di balik kisah kelam ini?  Selengkapnya akan kita simak ceritanya. 

Langsung dari keterangan Kapolsek Jelutung IPTU Chairul Umam di podcast Mojok Tribun Jambi bersama Fadli. 

Baca juga: 7 Berita Populer Jambi, Rekonstruksi Pembunuhan Kopi Sianida Botolan s/d King Kobra Ngamuk

Fadli: Bang Khairul akan menceritakan lebih gamblang lagi tentang kasusnya seperti apa, motif pelaku, dan bagaimana penyelesaiannya dan perkembangannya sampai saat ini?

IPTU Chairul Umam: Awalnya kami dapat laporan dari masyarakat. bahwasanya ada orang meninggal. Itu sih memang sering terjadi kan. 

Ada laporan dari masyarakat, ada orang meninggal di kos-kosan, tetapi sudah dibawa ke rumah sakit. 

Akhirnya kami perintahkan piket patroli, piket reskrim, piket intel untuk datangi TKP.

Pada saat pertama kali dilihat itu laporan dari anggota ada dua orang. Dua orang dikosan dan satunya meninggal. 

Itu laporan awal dengan asumsi keracunan. Itu yang kami tangkap, karena ada kecurigaan dari anggota, maka kawan yang mengantarkan korban ke rumah sakit itu kami amankan dulu, ditahan dulu.

Jangan ke mana-mana sama anggota. Dibawalah ke kosan kembali, dibawa ke kosan. 

Barulah kami datang ke sana untuk memastikan TKP-nya wilayah Jelutung. Terus sambil memastikan apa penyebab meninggalnya orang tersebut. 

Fadli : Itu waktu kejadian pukul berapa Bang kira-kira? Dapat apa? 

IPTU Chairul Umam : Itu sebenar kejadiannya itu sore. Cuman kami ke lokasi itu sudah malam, korban ini sudah dibawa ke rumah sakit  Itu posisi korban sudah di rumah sakit Bhayangkara . 

Pada saat malam itu, kami ngobrol lah sama pelaku. Terduga sama si itu. Terduga waktu itu kan kita enggak tahu siapa pelakunya. 

Nanya-nanyalah apa penyebabnya korban ini meninggal. 

Jadi, kawan ini bilang itu Pak, dia minum itu, minum kopi kopi botolan gitu kopi botolan itu gitu kan.

Terus habis minum itu tiba-tiba korban jatuh. Tiba-tiba kejang itu pengakuan awalnya. Cuman kita kan ada kecurigaan, ada kecurigaan apa sih kandungan di kopi itu gitu kan. 

Setelah kita lihat kopinya pun sudah bersih. Sudah enggak ada lagi kopinya. Bukan habis.

Jadi dituang, dibuang sama yang terduga pelaku ini dibuang dibuang ke toilet dan dibersihkan pakai air. Jadi sudah bersih dua-duanya itu. 

Dua botol itu. Alasan kawan ini sudah habis diminum. Oke, begitu ditanya-tanya rupanya mereka ini merupakan dia melakukan hubungan sesama jenis dan pengakuan mereka sudah 4 tahun mereka pacaran dengan korban. 

Nah, di situlah kami ngobrol-ngobrol sambil menanyakanlah lebih lanjut. Terus memang kawan itu ada chat-nya di handphone-nya itu. Percakapannya ada ya. 

Percakapannya bahwasanya mengajak korban ke datang ke kosan itu karena yang ngekos itu si kawan ini.

Si terduga pelaku ini yang memesan di situ. 

Fadli : Nah, si korban sebelumnya enggak tinggal di mana, Bang? 

Baca juga: Anggi Mencuci Botol Kopi Sianida, Terungkap di Rekonstruksi Pembunuhan Kekasih Sesama Jenis di Jambi

IPTU Chairul Umam: Di Pulau Kijang, Riau.

Begitu dipanggil datanglah ke sini ajak ketemuan segala macam. Menjanjikanlah mohon maaf itu menjanjikan ini ada obat kuat segala macam.

Kata terduga ini Kata iya si terduga ini di chating dari situlah kami tanya apa sih yang kamu kasih obatnya seperti apa gitu kan. 

Apakah dengan obat itu jadi kawan ini korban ini enggak kuat jantungnya seperti itu. 

Masihlah dia berkilah aja Pak ke apotik di apotik ada tuh Pak. Bilang Kalau dia masih aja berkekeh itu bukan racun yang dia beli. 

Bukan. Tetapi obat kuat. Jadi bilang aja ke apotik Pak. Saya mau beli obat kuat nanti dikasih tuh Pak. Saya bingung gitu kan. 

Saya terpikir kayak kasus Mirna inilah Iya iya. 

Akhirnya karena enggak putus malam itu, bawalah ke kantor akhirnya dibawa ke Bawa Polsek ditanya-tanya lagi di situ, diambil keterangan. Masih enggak ngaku.

Masih kuat, enggak ada Pak. Masih padahal adalah informasi dari keluarganya juga datang ke kantor bahwasanya kayaknya inilah Pak pelakunya. 

Buktinya mereka sebelumnya ada juga ngancam-ngancam kami, ada WA-WA juga. Ah, ini kami Kami screenshot. 

Kalau kau yang enggak hancur, akulah yang hancur. 

Cuman kan kita enggak bisa membuktikan alat bukti cuma sebatas itu. 

Ya sabar aja lah saya bilang kan.

Nanti kami cari bukti lain. Selama terduga pelaku ini kita tanya, apakah dia tenang? Tenang dia. Sangat tenang sekali. Oke.

Begitu kami lihat chat di handphone-nya, ada pembelian online. Di situ dia memesan zat kimia Kalium CN 10 (putas).

Begitu dapat itu, kami tanya lagi, “Kamu beli untuk apa?” Dia bilang korban yang nyuruh. Oke. Bingung juga, kan? Korban sudah tidak ada, kita mau tanya ke siapa? Saya tanya lagi, “Mana bukti korban nyuruh kamu beli? Ada chat-nya?” Dia tidak bisa jawab.

Yang kamu beli ini zat kimia beracun, bukan obat kuat. Kalau mau bunuh diri, bisa saja lompat atau setrum. Kalau mau bunuh diri sama-sama, kenapa kamu tidak minum? Saya bilang begitu.

Akhirnya, sekitar jam 2 lewat, dia mulai terdesak oleh pertanyaan penyidik. Baru terbuka. Dia akhirnya jujur, “Iya, Pak. Aku yang beli.” Saya tanya, “Untuk apa beli ini?” “Saya sakit hati, Pak.” “Sama siapa?” “Sama korban. Dia sering marahi dan maki-maki saya.”

Dari keluarga korban juga disampaikan bahwa mereka mau dipisahkan. Korban akan dinikahkan dengan perempuan. Pelaku tahu, jadi muncul sakit hati. Pengakuan ke kami, dia sakit hati karena perlakuan kasar korban.

“Kamu beli ini lewat mana?” Dia jelaskan. Kami korek lagi keterangannya. Kapan kurir antar ke kos? Dia sebutkan tanggal dan jam. Kami juga periksa kurirnya untuk mencocokkan. Benar. Kurir itu juga beri keterangan.

Zat itu dibilang sebagai obat kuat.

Fadli:  Berarti pelaku beli dulu sebelum korban datang. Sudah direncanakan?

IPTU Chairul Umam: Beberapa hari sebelumnya sudah pesan. Begitu barang datang, dia kontak korban, “Datang ke sini, ada obat kuat.”

Pelaku menuangkan zat putas (sianida) di depan korban. 

Korban pikir itu obat kuat, tidak curiga. Zat itu dimasukkan ke kopi. 

Dua cangkir. Diminum korban sedikit. Saat rekonstruksi, diperagakan.

Fadli : Sempat terjadi hubungan terlarang?

IPTU Chairul Umam: Setelah minum sedikit, mereka melakukan oral sex di kasur. Setelah korban teguk lebih banyak, tinggal sedikit di gelasnya, korban langsung jatuh dan kejang. Saat kejang, pelaku beri tahu Ibu Kos. Ibu Kos pikir dia yang sakit.

Kebetulan di kos ada anak-anak yang mau daftar TNI. Mereka bantu bawa korban ke bawah, lalu ke rumah sakit. Setelah itu, pelaku sempat buang sisa sianida ke kloset. Botol juga dituang dan dibersihkan. Jadi waktu kami datang, sudah bersih.

Kalau disimpulkan, pelaku ini memang sudah berniat menghabisi korban. Dia juga pintar membersihkan alat bukti. Saat ditanya polisi pun tetap tenang.

Soal niat, katanya, “Saya tidak mau membunuh, Pak. Saya cuma mau dia tidak bergerak.” Saya bilang, “Kalau tidak bergerak, ya mati.” Tapi dia tetap ngotot, “Saya tidak ada niat membunuh.”

Rekonstruksi kemarin ada 29 adegan. Awalnya tidak sebanyak itu, tapi berkembang di lapangan. Termasuk adegan kurir datang dan beri paket. Jaksa dan pengacara pelaku hadir. Dia beli secara online.

Fadli : Apakah barang itu bebas dijual?

IPTU Chairul Umam : Ya, karena tertulis Kalium CN 10 (putas). Sejenis racun ikan. Tapi setelah otopsi, kami kirim 7 organ tubuh ke Labfor: lambung, otak, jantung, darah, dan urin. Senin lalu hasilnya keluar. Lambung dan otak korban positif mengandung sianida (putas).

Pelaku mengaku tahu soal racun itu dari browsing. Dari rasa sakit hati timbul niat, lalu cari di internet zat yang bisa membuat korban tidak bergerak. Dapatlah racun itu. Makanya kami terapkan pasal 340 atau 338: pembunuhan berencana, ancaman mati, seumur hidup, atau minimal 20 tahun.

Niatnya muncul jauh hari. Meskipun dia beralibi tidak ingin membunuh, tapi ingin meluapkan sakit hati. Dia browsing racun yang bisa dicampur ke minuman.

Sekarang kasusnya tahap satu. Berkas sudah dikirim ke kejaksaan. Tinggal tunggu petunjuk. Kalau sudah lengkap, lanjut tahap dua: kirim tersangka dan barang bukti ke jaksa.

Setelah mengaku, pelaku sempat bilang menyesal. Katanya tidak menyangka akan menyebabkan kematian. 

Sepertinya dia tidak paham dosis, hanya menuangkan sembarangan. Masih ada sisa, yang dibuang ke kloset.

Botol juga diperiksa Labfor, masih terdeteksi zat sianida meski sudah dibersihkan. Pelaku mengaku menyesal karena mereka bertetangga. Satu kampung. Beda parit, kalau di sana bilangnya parit tiga, parit empat. Di sini seperti beda RT.

Dia bilang, “Saya tidak ada niat membunuh, cuma biar dia tidak bergerak.” Tapi ya, tidak bergerak artinya mati.

Sekarang tinggal tunggu langkah dari kejaksaan. 

Ancaman hukumannya pasal 340: hukuman mati, seumur hidup, atau 20 tahun. Kalau 340 tidak terbukti, kami lapis dengan 338.

Fadli : Kasus ini menggemparkan karena sempat viral ada hubungan terlarang. Dan benar. Bahkan katanya, kecemburuan sesama jenis lebih besar.

IPTU Chairul Umam: Karena susah cari pasangan sejenis lagi. Makanya ketika putus, sakit hatinya lebih dalam. 

Mungkin dia pikir, “Kalau bukan aku, ya hancur kamu.” Katanya juga dia kirim pesan ke keluarga korban seperti itu.

Kasus luar biasa ini bisa terungkap kurang dari 1x24 jam. 

Mungkin karena doa keluarga juga. Kalau tidak, pelaku tidak bakal ngaku. 

Apalagi dia tenang, tidak panik. Bahkan sempat nangis waktu di kos, sedih kawannya meninggal. Itu yang sempat viral videonya.

Awalnya kami bingung juga. Tapi setelah autopsi dan hasil Labfor keluar, ternyata betul: penyebab kematian karena zat beracun di lambung dan otak.

Semoga ini kasus terakhir. Semoga tidak terulang lagi, khususnya untuk kasus sesama jenis yang berujung kriminal. Sangat meresahkan.

Sebagai Kapolsek Jelutung, saya pesan kepada masyarakat hati-hati saat parkir motor, gunakan kunci ganda. Kalau bisa, pasang CCTV di rumah atau gang. Ini penting untuk bantu polisi kalau ada kejadian.

Kalau mau pergi jauh, kasih tahu tetangga atau RT. Sekarang banyak kasus rumah kosong dibobol. Kalau warga tahu, bisa bantu awasi dan lapor Babinkamtibmas. Semua warga rata-rata sudah punya kontak polisi.

Jangan ragu lapor ke polisi. Kalau ada sesuatu mencurigakan, langsung lapor. Saya aktif 24 jam.

Untuk pelaku kejahatan, stop sekarang juga. Baik narkoba, geng motor, atau lainnya. Suatu saat pasti tertangkap. Tidak hari ini, besok, atau lusa, pasti akan kami tangkap. Jangan tunggu ditangkap tim Libas Polsek Jelutung.

Baca juga: Misteri Pembunuhan Kopi Sianida Botolan di Jambi Terungkap, Anggi Lihat Korban Kejang Adegan ke-25

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved