Berita Viral

15 Tahun Wanita Paruh Baya Ini Tinggal di Toilet Umum dan Bayar Rp1 Juta per Tahun

Kisah haru Tumini (47), seorang warga yang tinggal dan mengelola toilet umum atau ponten di Taman Ngagel Tirto, Surabaya, menjadi sorotan publik

Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Mareza Sutan AJ
Kompas.com/Izzatun Najibah
TEMPATI TOILET UMUM - Seorang wanita paruh baya di Surabaya tinggal di toilet umum selama 15 tahun. Dia mengaku meneruskan pekerjaan suaminya untuk menjaga ponten tersebut. 

TRIBUNJAMBI.COM, SURABAYA - Kisah haru Tumini (47), seorang warga yang tinggal dan mengelola toilet umum atau ponten di Taman Ngagel Tirto, Surabaya, menjadi sorotan publik setelah videonya viral di media sosial.

Bersama sang ibu, Tumini menjaga dan membersihkan ponten berukuran 4x3 meter bercat hijau.

Ponten itu berada di kawasan RT 1 RW 2, Lumumba, Kelurahan Ngagel, Kecamatan Wonokromo.

Toilet tersebut dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk keperluan buang air kecil dan besar dengan biaya sekitar Rp 2.000.

Namun, perhatian publik tertuju pada mereka karena diduga menjadikan fasilitas umum itu sebagai tempat tinggal.

Tumini menjelaskan bahwa ia hanya meneruskan pekerjaan almarhum suaminya yang sejak 2010 ditugaskan oleh Jasa Tirta untuk mengelola toilet tersebut.

“Jasa Tirta yang nyuruh ngelola tempat ini ke suami. Karena sudah almarhum tahun 2013, saya yang meneruskan,” kata Tumini, Rabu (2/7/2025), dikutip dari Kompas.com.

Sebelum ditugaskan di toilet umum, suaminya bekerja sebagai hansip dan memiliki relasi dengan pengurus kelurahan.

Tumini sendiri sebelumnya bekerja sebagai penjaga parkir becak di kawasan tersebut.

Area taman yang kini ditumbuhi tanaman dan digunakan warga untuk rekreasi, dulunya merupakan lapangan parkir bagi ratusan becak.

“Dulu ada 400 becak yang bisa parkir ini. Terus sejak era Bu Risma (Wali Kota Surabaya 2010-2020) diubah jadi taman,” ungkapnya.

Toilet umum itu dibangun sebagai upaya mengatasi kebiasaan warga yang membuang limbah langsung ke Sungai Jagir, yang airnya akan diolah menjadi air bersih.

Karena telah menjadi tempat usaha, Tumini menyebut dirinya membayar kepada Jasa Tirta sekitar Rp1 juta per tahun.

“Sebenarnya ya bahasanya bukan sewa, seperti uang rokok gitu karena tidak ditargetkan berapa gitu. Karena buat sandang-pangan, ya gimana ya,” ujarnya.

Meskipun sebenarnya dilarang tinggal di fasilitas umum, Tumini dan keluarganya memilih berjaga hingga malam demi menjaga kebersihan dan keamanan toilet tersebut, yang kerap disalahgunakan oleh oknum.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved