Berita Sarolangun
Dari Sopir Angkutan Karet hingga Jadi Bupati Sarolangun Jambi, Ini Perjalanan Hidup Hurmin
Perjalanan hidup H. Hurmin, Bupati Sarolangun, Provinsi Jambi bukanlah kisah yang instan. Ia melewati jalan berliku hingga akhirnya jadi bupati.
Penulis: Hasbi Sabirin | Editor: Nurlailis
TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN – Perjalanan hidup H. Hurmin, Bupati Sarolangun, Provinsi Jambi bukanlah kisah yang instan.
Sebelum menduduki kursi tertinggi di pemerintahan kabupaten, ia melewati jalan berliku: dari sopir angkutan karet, pedagang serabutan, hingga akhirnya dipercaya memimpin Sarolangun.
Dalam wawancara eksklusif bersama Pemimpin Redaksi Tribun Jambi, Yoso Muliawan, dalam program Podcast Mojok Tribun Jambi yang berlangsung di kantor Bupati Sarolangun, Senin (16/6/2025), Hurmin menceritakan perjalanan panjang karier dan hidupnya yang penuh tantangan namun sarat makna.
Baca juga: 100 Hari Memimpin Sarolangun Jambi, Bupati Hurmin Fokus Infrastruktur dan Penataan Kota
Bagaimana awal mula merintis karir sejak jadi kades anggota DPRD Sarolangun 3 periode hingga jadi Bupati?
Alhamdulillah kita meniti karir mulai dari nol, saya memang dari orang biasa, termasuk orang tua saya juga orang biasa.
Tamatan SMA saya pernah merantau ke Jambi dan menapak lah untuk berkerja di salah perusahaan PT Lestari Jaya dan di Barito Fasifik yang ada di seberang Kota Jambi.
Merasa tidak begitu hebat dalam bekerja dan biasa saja, saya harus gigih dan nekat meskipun berkerja sebagai sopir.
Setelah beberapa tahun kerja, habis itu pulang kampung berkeluarga punya anak satu orang.
Baca juga: Update Proyek Jalan Khusus Batu Bara di Jambi, Sarolangun-Batanghari Sudah 72 Km dari 101 Km
Saat itu punya modal sedikit, hanya cukup untuk usaha kecil-kecil dan kerja serabutan sopir mobil kemana mana, kemudian narik amprah karet, setelah itu belajar berdagang karet.
"Karena sejak SMP saya sudah mulai kerja cari duit, pernah jual batu es pas puasa puasa, karena orang tua kita bukan dari orang berada," jelasnya.
Ia juga menceritakan, awal mulai bedagang karet, hanya memiliki modal kepercayaan, karena waktu itu tidak punya modal dikantong.
"Hanya modal pergaulan dan kepercayaan, ambil karet orang kemudian bawa ke Jambi, habis itu baru bayar. Kalau kita bayar langsung ke bawah kita tidak punya uang, hal itulah yang saya lakukan sepanjang hari," ujarnya.
Berkat kegigihan nya, tuhan bukan jalan Hurmin meniti karir politik awal ditunjuk jadi ketua karang taruna di Desa Panti, meskipun dirinya sempat menolak.
"Awalnya saya tidak mau, namun semua pemuda sudah tunjuk saya. Tiap orang rapat karang taruna saya tidak pernah ikut, karena saya pikir setiap amanah yang kita pegang harus tanggung jawab, walaupun hanya ketua karang taruna. Saya tidak hadir waktu pemilihan ketua karang taruna, tiba-tiba saya terpilih datang kabar dari rekan saya," ungkapnya.
Baca juga: Tribun Jambi Sambangi Bupati Sarolangun, Bahas Dukungan Pembangunan Daerah
Setelah satu tahun jadi ketua karang taruna, pamannya waktu itu kepala desa dan meninggal dunia, ketika itu masyarakat pun langsung mendorong dirinya jadi kades.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.