Berita Internasional
Jumlah Korban Tewas Akibat Israel dan Iran Saling Serang Rudal, Warga Sipil yang Kena Dampak
Juru bicara Kementerian Kesehatan Iran, H. Hossein Kermanpour, menyatakan bahwa 90 persen dari korban tewas adalah warga sipil.
TRIBUNJAMBI.COM , DUBAI - Ratusan orang tewas akibat saling serang rudal antara Israel dan Iran. Perang dua negara itu masih terjadi pada pada Minggu (15/6/2025).
Meskipun banyak seruan internasional kepada kedua negara untuk saling melakukan gencatan senjata, namun hingga kini belum terlihat tanda-tanda kalau Israel dan Iran akan sama-sama mundur dalam pertempuran yang sudah berkecamuk selama empat hari ini.
Dari pihak Iran melaporkan bahwa Israel telah menyerang kilang minyaknya, membunuh Kepala Intelijen Korps Garda Revolusi Islam, Brigadir Jenderal Mohammad Kazemi dan wakilnya, Jenderal Hassan Mohaqiq.
Serangan udara intensif dari Israel itu juga dilaporkan telah menghantam permukiman warga, menyebabkan peningkatan jumlah korban tewas di Teheran.
Seperti dikutip dari kantor berita The Associated Press (AP) News pada Senin (16/6), 224 warga Iran telah tewas sejak Israel melancarkan serangan militer besar-besaran pada Jumat (13/6).
Otoritas medis setempat juga mencatat bahwa sejauh ini sekitar 1.277 orang terluka dalam konflik ini.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Iran, H. Hossein Kermanpour, menyatakan bahwa 90 persen dari korban tewas adalah warga sipil.
Namun, organisasi non-pemerintah (NGO) yang berbasis di Amerika Serikat, Human Rights Activists, melaporkan bahwa jumlah korban yang tewas jauh lebih tinggi daripada yang dilaporkan pihak berwenang Iran.
Menurut laporan Human Rights Activists serangan Israel telah menewaskan 406 orang warga Iran, sementara 654 lainnya luka-luka.
Di sisi lain, pihak Israel melaporkan bahwa serangan balasan berupa 270 rudal yang ditembakkan Iran sejak Jumat lalu telah menewaskan 14 orang, dan melukai 390 lainnya.
Ratusan Rudal
Dari 270 rudal yang diluncurkan, 22 di antaranya berhasil menembus sistem pertahanan udara canggih multi-tingkat milik Israel dan mengakibatkan kerusakan serius di sejumlah wilayah permukiman pinggiran Israel.
Berdasarkan laporan AP News, Israel bahkan berencana membunuh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang merupakan otoritas agama dan panglima tertinggi angkatan bersenjata di Teheran.
Menyikapi rencana Israel tersebut, seorang pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan kepada wartawan AP News bahwa Presiden AS Donald Trump menentang upaya Israel untuk membunuh pemimpin tertinggi Iran itu.
Israel, satu-satunya negara di Timur Tengah yang memiliki senjata nuklir-meskipun tidak secara resmi menyatakan kepemilikannya-menyatakan bahwa serangan ini merupakan yang paling masif dan kuat yang pernah dilakukannya terhadap Iran.
Israel mengklaim kalau serangannya ini bertujuan untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.
Perundingan antara AS dan Iran yang membahas tentang program nuklir Teheran yang semula dijadwalkan pada Minggu di Oman, telah dibatalkan setelah serangan Israel.
Iran Mengubah Stasiun Metro dan Masjid Menjadi Tempat Berlindung Bom
Israel mengklaim bahwa operasi militer mereka berlangsung bebas di langit Iran.
Pada Minggu Israel, mengatakan kalau serangannya telah menghantam Kementerian Pertahanan, tempat peluncuran rudal, dan pabrik-pabrik yang memproduksi komponen pertahanan udara Iran.
Kerusakan Infrastruktur
Pihak berwenang Iran melaporkan bahwa serangan Israel semakin meluas di Teheran.
Awalnya serangan Israel hanya menargetkan instalasi militer Iran, namun belakangan ini, serangan Israel juga menyasar gedung-gedung pemerintah, termasuk Kementerian Luar Negeri Iran dan beberapa fasilitas energi.
Wakil Menteri Luar Negeri Saeed Khatibzadeh dan Diplomat Iran membagikan foto-foto kantor dan perpustakaan Kementerian Luar Negeri yang hancur akibat serangan Tel Aviv.
Serangan Israel pada Minggu ini juga telah menyebabkan kebakaran besar di depot minyak Shahran di utara Teheran dan tangki bahan bakar di Selatan kota.
Israel sebelumnya menyerang South Pars, ladang gas alam terbesar di dunia, dan kemudian melancarkan serangan-serangan baru pada hari Minggu yang menargetkan pusat energi Iran.
Langkah tersebut mengindikasikan potensi serangan lebih luas terhadap seluruh industri energi Iran, yang dapat melumpuhkan ekonomi Iran dan mengganggu pasar energi global.
TV pemerintah Iran menyiarkan rekaman seorang pria yang diselimuti debu sedang menggendong seorang bayi menjauh dari reruntuhan bangunan tempat tinggalnya.
Ada pula seorang wanita berlumuran darah sedang menelepon dengan panik dari lokasi serangan rudal Israel di pusat kota Teheran.
Stasiun televisi pemerintah Iran melaporkan bahwa stasiun metro dan masjid akan diubah menjadi tempat perlindungan bom mulai Minggu malam.
Lebih lanjut, warga Teheran menceritakan terjadi antrean panjang di pom bensin dan terjadi kemacetan parah saat keluarga-keluarga berupaya untuk meninggalkan kota.
Polisi lalu lintas harus menutup sejumlah jalan untuk mengendalikan kemacetan.
Media yang berafiliasi dengan pemerintah Iran mengakui adanya serangan pada sebuah pesawat pengisian bahan bakar Iran di Mashhad, jauh di Timur Laut negara itu yang menyebabkan ledakan dan kebakaran.
Israel menyatakan bahwa serangan di Mashhad ini adalah serangan dengan jangkauan terjauh yang pernah mereka lakukan di wilayah Iran.
Jumlah Korban di Israel Meningkat
Di Israel, sirene serangan udara meraung di Yerusalem dan kota-kota lain, membuat warga berlarian ke tempat perlindungan bom di kota pesisir Tel Aviv dan kota Pelabuhan utara Haifa.
Militer Israel melaporkan bahwa hampir dua lusin rudal Iran telah menembus sistem pertahanan udara canggih Iron Dome dan menghantam daerah pemukiman.
Pada Minggu pagi, layanan darurat Magen David Adom Israel melaporkan bahwa sedikitnya enam orang, termasuk seorang anak laki-laki berusia 10 tahun dan seorang anak Perempuan berusia 9 tahun telah tewas di apartemen bertingkat di Bat Yam, kota pesisir Tel Aviv akibat hantaman rudal.
Seorang komandan polisi setempat bernama Daniel Hadad mengatakan bahwa 180 orang telah terluka dan tujuh hilang di Bat Yam.
Para penduduk tampak linglung, berjalan terhuyung-huyung di antara puing-puing rumah mereka untuk mengambil barang-barang pribadi, sementara itu tim penyelamat mengangkat logam dan pecahan kaca yang berserakan untuk mencari lebih banyak korban terluka maupun mayat.
Pihak berwenang penyelamat darurat juga melaporkan bahwa empat orang, termasuk seorang anak berusia 13 tahun tewas, setelah sebuah rudal menghantam sebuah bangunan di kota Arab Tamra Israel Utara.
Insiden tragis di Tamra juga menyebabkan 24 orang lainnya menderita luka-luka.
Sementara itu, serangan rudal di kota Rehovot, yang terletak di bagian tengah Israel, telah melukai 42 orang.
Weizmann Institute of Science, pusat penelitian militer di Rehovot, melaporkan terdapat sejumlah serangan di bangunan kampus.
Namun, mereka mengonfirmasi bahwa tidak ada korban terluka.
Sebuah kilang minyak rusak di kota utara Israel, Haifa, kata perusahaan yang mengoperasikannya.
Bandara internasional utama Israel dan wilayah udaranya secara keseluruhan juga telah ditutup selama tiga hari.
Netanyahu: Konflik Bisa Berujung pada Perubahan Rezim
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi mengatakan jika Israel berhenti menyerang Iran, maka pihaknya juga akan berhenti.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengabaikan seruan para pemimpin dunia untuk memghentikan konflik.
Dalam sebuah wawancara dengan Fox News pada hari Minggu, ia mengatakan perubahan rezim di Iran tentu bisa menjadi hasil dari konflik tersebut.
Tanpa memberikan bukti, Netanyahu juga mengklaim bahwa intelijen Israel mengindikasikan kalau Iran bermaksud memberikan senjata nuklir kepada pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman.
Iran selalu mengatakan program nuklirnya bertujuan damai, dan AS serta sekutu-sekutunya menilai bahwa Iran tidak berkeinginan untuk membuat senjata nuklir sejak tahun 2003.
Namun, beberapa tahun belakangan, diketahui bahwa Iran telah memperkaya persediaan uranium yang semakin besar hingga mendekati tingkat yang diperlukan untuk membuat senjata nuklir.
Iran diyakini memiliki kapasitas untuk mengembangkan beberapa senjata nuklir hanya dalam hitungan bulan jika mereka memilih untuk melakukannya.
Seorang pejabat senior AS, yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan Washington tetap berkomitmen pada negosiasi dan berharap Iran akan kembali ke meja perundingan.
Kawasan Timur-Tengah pada dekade ini memang dipenuhi dengan eskalasi ketegangan karena Israel berusaha memusnahkan kelompok militan Palestina Hamas, sekutu Iran, di Jalur Gaza, tempat perang yang masih berkecamuk hingga kini.
Warga Palestina Terjebak di Tengah-tengah
Di tengah eskalasi konflik dengan Iran, wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel masih terus diisolasi alias di-lockdown.
Pintu-pintu masuk ke kota maupun desa dilaporkan ditutupi gerbang besi dan penghalang beton, sementara pasukan Israel terus menggencarkan serangan ke Iran.
Saat ini, blokade di wilayah Tepi Barat masih terus berlanjut dengan operasi militer Israel yang semakin intensif di wilayah Palestina.
Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) per Minggu (15/6/2025), operasi militer di wilayah tersebut telah menewaskan sedikitnya 943 warga Palestina, lebih dari 200 di antaranya anak di bawah umur, sejak perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023.
Dikutip dari Al Jazeera, warga Palestina di Tepi Barat menyebut, tindakan Israel ditujukan untuk mencaplok tanah mereka dan memperluas permukiman ilegal.
Diperkirakan, ada tiga juta warga Palestina yang hidup di bawah pendudukan militer Israel di kawasan Tepi Barat.
Sejak Januari 2025, telah terjadi operasi Israel di tiga kamp pengungsi di daerah Jenin dan Tulkarem di Tepi Barat.
Setidaknya, 137 warga Palestina, termasuk 27 anak-anak, tewas pada 2025 sejauh ini di Tepi Barat, menurut PBB.
Namun dalam beberapa hari terakhir, saat Israel menyerang Iran dan Iran melakukan serangan, wilayah Tepi Barat justru semakin diisolasi.
Lockdown, Israel Membatasi Pergerakan Warga Palestina di Tepi Barat
Militer Israel memberlakukan karantina wilayah di Tepi Barat, sekaligus membatasi pergerakan warga Palestina untuk keluar-masuk dengan mendirikan pos pemeriksaan.
Israel juga menambah personel militer di sejumlah kota di Tepi Barat, seperti el-Bireh dan Ramallah, menurut kantor berita Palestina, Wafa.
Selain itu, pos-pos pemeriksaan yang ketat juga menghambat pergerakan di Nablus, Hebron, Qalqilya, dan Lembah Yordan.
Sehingga, para petani dan distribusi hasil bumi mereka terganggu.
Karantina wilayah membuat aktivitas sehari-hari di seluruh wilayah Tepi Barat lumpuh, mobilitas warga terganggu, akses ke layanan penting semakin terbatas, dan aktivitas ekonomi turut terdampak.
Sementara, warga Palestina yang berusaha mendekati pos-pos pemeriksaan malah mendapat tembakan langsung dari tentara Israel, dilempari granat kejut, atau diguyur gas air mata.
Sejumlah warga Palestina pun mengalami luka-luka maupun cedera.
Misalnya, Wafa melaporkan, seorang remaja berusia 16 tahun di kamp pengungsi Tulkarem dilaporkan ditembak di kaki oleh pasukan Israel.
Lalu, ada 15 orang yang tertangkap saat pasukan Israel melakukan penggerebekan malam di Tepi Barat.
Bahkan, ambulans kesulitan untuk menjangkau yang terluka karena pergerakan mereka juga terhambat.
Adapun di beberapa wilayah di Tepi Barat, tentara Israel telah mengusir puluhan keluarga dari rumah mereka dan menjadikan rumah-rumah itu sebagai posisi militer
Mengapa Tepi Barat di-lockdown?
Menurut warga Palestina, lockdown di wilayah Tepi Barat tersebut dilakukan untuk mengendalikan mereka.
Berdasarkan laporan Kantor HAM PBB pada Maret 2025, pemerintah Israel meningkatkan pembangunan permukiman dan aneksasi Tepi Barat serta menduduki Yerusalem Timur pada 2024.
Israel juga diduga memanfaatkan momen konflik dengan Iran untuk meningkatkan karantina wilayah terhadap warga Palestina.
Qassim Awwad dari unit pemukiman Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) mengatakan, sejak 7 Oktober 2023, Israel telah menambah pos pemeriksaan dan penghalang di Tepi Barat dari 600 menjadi 900.
“Sekarang mereka [Israel] menggunakan waktu ini [perang dengan Iran] untuk meningkatkan penguncian terhadap warga Palestina, mengubah mereka menjadi kantong terisolasi yang terpisah satu sama lain,” kata Qassim.
Sementara itu, operasi militer Israel pada Minggu (15/6) kemarin telah menewaskan sedikitnya 23 orang di Gaza, termasuk 11 orang yang menunggu untuk mendapatkan bantuan.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah menewaskan 55.297 warga Palestina dan melukai 128.426 lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Di tengah karantina wilayah dan pembangunan pos-pos pemeriksaan, kekerasan yang dilakukan Israel terhadap warga terus berlanjut.
Rumah dan properti warga Palestina juga terus diserang oleh Israel. (tribunnews/grace sanny vania/tizkianingtyas)
Gereja Spirito Santo alla Ferratella, Penyelenggara Tur ke Roma dan Pastor Perlu Simak Ini |
![]() |
---|
Orang Terkaya Singapura Goh Cheng Liang Meninggal, Nippon Paint dan Warisan Kebaikannya |
![]() |
---|
ART Asal Indonesia Ditangkap, Selundupkan Kokain Senilai Rp8,4 Miliar dari Afrika ke Makau |
![]() |
---|
Rencana Indonesia Rawat 2.000 Warga Dikaitkan dengan Pengosongan Gaza, Dukung Israel-AS? |
![]() |
---|
MANTAN Pemain Timnas Palestina Tewas Usai Diserang Israel saat Antri Bantuan di Gaza |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.