Polemik di Papua

Kata-kata Terakhir Korban Penembakan KKB Papua ke Sang Istri Lewat Video Call

Rahmat Hidayat, menjadi salah satu korban penembakan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua atau KKB Papua. 

Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
Kompas.com/Ist/Kolase Tribun Jambi
Ratna Nurlaelasari, warga Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, mengungkapkan suaminya, Rahmat Hidayat, menjadi salah satu korban penembakan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua atau KKB Papua.  

Kata-kata Terakhir Korban Penembakan KKB Papua ke Sang Istri Lewat Video Call

TRIBUNJAMBI.COM - Ratna Nurlaelasari, warga Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, mengungkapkan suaminya, Rahmat Hidayat, menjadi salah satu korban penembakan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua atau KKB Papua

Kabar itu ia dapat pada Rabu (4/6/2025) pagi dari ketua paguyuban pekerja yang menaungi suaminya, Rahmat Hidayat (45).

Ia terakhir kali berkomunikasi dengan Rahmat melalui panggilan video pada Selasa (3/6/2025) malam. 

Ratna menyebut suaminya kerap memberi kabar beberapa kali dalam sehari. 

Dalam panggilan terakhir itu, Rahmat sempat menceritakan situasi mencekam di lokasi tempatnya bekerja. 

"Tadi malem terakhir komunikasi video call lama, biasa dia cerita begitu-begitu, perang, biasa. Ini lagi-lagi tidur di rumah pa desa mah," kata Ratna, Rabu (4/6/2025). 

Ratna menjelaskan, "pa desa" yang dimaksud suaminya adalah sebutan bagi kepala kampung di Papua. 

Menurut pengakuan Rahmat, tokoh kampung tersebut memintanya tidak tidur di tempat kerja karena kondisi yang tidak aman.

Baca juga: 19 Napi Kabur dari Lapas Nabire Masuk DPO, Termasuk 11 KKB Papua

Baca juga: Prajurit TNI Disiagakan Demi Beri Rasa Aman dari KKB Papua, Pangdam: Demi Hindari Korban Jiwa

"Katanya lagi perang pa tukang, jadi kamu tidurnya jangan di gereja, di rumah saya aja. Nah malem tidur di rumahnya dia," ujar Ratna menirukan pesan suaminya.

Ratna mengungkapkan bahwa suaminya telah lebih dari lima tahun bekerja sebagai tukang bangunan di Papua. 

Awalnya, ia berangkat bersama rekan-rekannya, namun belakangan tinggal bekerja sendiri karena rekannya tidak memperpanjang kontrak. 

Beberapa bulan lalu, karena ada proyek pembangunan gereja dan kekurangan tenaga, Rahmat memanggil keponakannya untuk ikut bekerja. 

Namun keduanya kini menjadi korban penembakan.

"Sekarang dua-dua-nya meninggal di sono (Papua)," ucap Ratna.

"Tadi pagi saya telepon suami saya, yang mengangkat paguyuban di sana, katanya 'tenang dulu, jangan panik, jangan khawatir, suami ibu kena KKB'," kata Ratna mengulangi kabar yang ia terima.

Mendengar kata-kata itu, Ratna langsung shock. Tangisnya pecah.

Baca juga: ALUMNI UGM Sebut Roy Suryo CS Kini Playing Victim Usai Diejek di Kasus Tudingan Ijazah Palsu Jokowi

Pria dalam telepon juga menyebutkan jasad suami dan keponakannya, Sepudin (39), telah dievakuasi dan kini berada di ruang jenazah di salah satu rumah sakit di Papua.

Ratna langsung meminta jasad suaminya dipulangkan segera ke kediaman mereka di Desa Kertajaya, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta

"Saya minta, almarhum suami saya bisa segera dipulangkan, dia ke sana niat untuk bekerja, saya pokoknya mau dia pulang dan dimakamkan di sini (Purwakarta)," ujar Ratna. 

Ratna kini menjadi orangtua tunggal tiga anak, dengan dua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.

Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: Renungan Harian Kristen 5 Juni 2025 - Katakan Tidak pada Insomnia

Baca juga: 19 Napi Kabur dari Lapas Nabire Masuk DPO, Termasuk 11 KKB Papua

Baca juga: Rekam Jejak Komjen Rudy Heriyanto dan Irjen Rudi Darmoko yang Digadangkan Masuk Bursa Calon Kapolri

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved